Selasa, 08 November 2016

The K2 - Episode 7 Part 2


Kepala Kim menyambut kehadiran Yoo Jin di JSS. Yoo Jin bertanya keberadaan Anna padanya. Kepala Kim memberitahukan bahwa Anna ada di ruang medis. Yoo Jin memerintahkan Sekretaris Kim untuk pergi ke Cloud Nine lebih dulu, dia akan menemui Anna sebentar.



“Bagaimana kondisinya? Dia bisa bicara?” tanya Yoo Jin pada Dokter JSS.

Dokter memberitahukan keadaan Anna yang sudah membaik hanya saja mereka perlu membawanya ke psikolog. Mereka harus merawatnya yang telah melakukan percobaan bunuh diri.

Rumah sakit? Yoo Jin menentang saran itu, yang perlu mereka lakukan hanya mengawasinya agar tak melakukan tindakan bodoh.


Je Ha memperhatikan Yoo Jin dari kejauhan.



Yoo Jin masuk ke dalam ruangan Anna dan memerintahkan semua orang meninggalkan mereka. Je Ha masih berdiri didepan pintu. Rekan Bodyguardnya mengisyaratkan agar Je Ha pergi.

“Apa?” balas Je Ha.

Bodyguard itu ternyata tak punya nyali dan akhirnya membiarkan Je Ha tetap berada disana.



Yoo Jin memuji Anna yang terlihat cocok menggunakan pakaian biarawati. Suaranya juga cukup menyentuh. Tapi apa yang sebenarnya Anna harapkan dengan muncul disana? Apa Anna pikir dia akan menghalangi Ayahnya untuk melihatnya? Kau melihatnya sendiri digereja kan?



Anna balas menatap Yoo Jin dengan tajam namun ia tak bisa memungkiri bahwa Ayahnya memang menghindari kontak mata dengannya ketika di gereja. Saat Ayah melihatnya, dia malah berbisik pada Yoo Jin.


Yoo Jin seolah mengolok Anna kalau Ayahnya tak akan menemuinya. Dia tidak akan muncul, sama seperti saat Ibunya meninggal dan saat Anna dikirim ke Spanyol. Memang menyakitkan tapi nyatanya semua Ayah seperti itu. Yoo Jin juga seorang anak perempuan, dia tahu betul rasanya. Mereka punya perasaan spesial pada Ayahnya tapi Ayah tak mengetahui perasaan itu. Mungkin Anna pikir Ayahnya hanya memilikinya tapi nyatanya Anna bukan siapa – siapa untuk Ayahnya. “Kau hanya beban dimasa lalu.”


Je Ha duduk didepan ruang rawat Anna dan mendengar semua omongan kejam Yoo Jin.



“Kalau begitu biarkan aku bertemu Ayah. Aku akan bertanya sendiri...”

Bagaimana? Bagaimana cara Yoo Jin membawa Ayahnya kalau Ayahnya yang tak mau menjenguknya? Walaupun mereka pasangan suami – istri, ia tak bisa melakukan hal semacam itu.

“Ayah...tidak mencintaimu.” Ucap Anna membuat Yoo Jin langsung bungkam.

Yoo Jin terdiam sejenak kemudian kembali tersenyum. Dia menebak kalau Ibu Anna yang sudah mengatakan hal itu. Ibu Anna pasti membencinya, tapi ada hal yang Anna tak ketahui. Ibu Anna sudah memeras Ayahnya menggunakan Anna dan juga masalah pemilu. 

“Aku yakin cukup sulit bagimu, karena ibumu seorang pecandu alkohol. Apalagi yang bisa kau berikan padanya selain pil tidur?” olok Yoo Jin.



Anna tak percaya kalau Ibunya meninggal karena pil tidur yang ia berikan. Ada seseorang dirumahnya dan mencoba membunuhnya juga.

Jadi? Apa itu Yoo Jin? Yoo Jin pikir ingatan Anna sudah membohongi dirinya sendiri. Mungkin kebenaran sulit diterima tapi bagaimanapun ini adalah kenyataannya. Ibu Anna meninggal karena pil yang diberikan olehnya.



“Bohong. Aku mendengar semuanya dari pengurus rumah lama kami.” Elak Anna.

Pengurus rumah tangga? Wanita yang ditemui Anna sebelumnya? Yoo Jin tertawa sinis karena kalau benar dia membunuh Ibu Anna dan Ahjumma itu mengetahuinya, sudah pasti Yoo Jin akan melenyapkan Ahjumma itu.

Anna mencoba kuat dengan terus menatap tajam Yoo Jin tapi sebenarnya dia telihat ketakutan dan air mata mengalir dipipinya mendengar ucapan Yoo Jin yang memojokkannya.



“Hentikan. Anna sedang sakit.” Tegur Je Ha masuk dalam ruang rawat.

Yoo Jin sadar sudah mengatakan terlalu banyak hal tak penting pada orang sakit. Dia menyuruh Anna untuk beristirahat. Dia juga meminta Je Ha untuk datang ke Cloud Nine.


Anna menangis sesenggukan saat Yoo Jin meninggalkan ruangannya. Je Ha memintanya tidak menangis. Tunggu, dia akan membawa Ayah Anna kemari.


Beberapa orang berpakaian serba hitam memasuki sebuah gedung. Mereka bisa melewati alat pendeteksi dan langsung masuk ke toilet. Mereka mengambil beberapa peralatan yang sudah disisipkan melalui atap.

Rombongan itu bergegas menggunakan tas yang sudah mereka persiapkan.


Je Ha juga datang ke tempat gedung kampanye Se Joon. Dia melihat rombongan mencurigakan yang berpakaian serba hitam dan berniat mengikutinya.

“Apa yang kau lakukan disini?” tegur Ketua Tim Seo.

Je Ha hanya ingin melihat pertunjukan Parlemen Se Joon saja. Ketua Tim Seo kesal dengan kata ‘melihat pertunjukan’ yang dipergunakan oleh Je Ha, apa yang dia rencanakan sekarang?


“Tidak.. Dan orang itu...” Je Ha menunjuk ke arah rombongan serba hitam yang sempat dia lihat. Ternyata orang – orang itu sudah menghilang. “Bukan apa – apa.” Ucap Je Ha masuk ke dalam gedung.

Ketua Tim Seo mendesis kesal “Berandalan itu..”


Se Joon membawakan topik tentang ekonomi saat ini dan populasi usia lanjut yang semakin meningkat tapi pemuda malah mengeluh dengan menurunnya lapangan pekerjaan.



Je Ha melaporkan lewat alat komunikasi kalau disana ada beberapa orang yang terlihat mencurigakan. Ketua Tim Seo tak mengerti maksudnya. Je Ha menjelaskan secara rinci beberapa orang yang mencurigakan tersebut, mereka tampak seperti menyembunyikan sesuatu.

“Ketua Tim di sini. Orang-orang itu melewati pemeriksaan keamanan sebelumnya. Tidak ada masalah.”

Je Ha mengalah saja meskipun dia cukup yakin dengan dugaannya. Ia pun meninggalkan aula dan Ketua Tim Seo tampak tersenyum kecil, dia mungkin mengira insting Je Ha salah.



Je Ha tanpa sengaja melihat sebuah mobil polisi yang terparkir diluar gedung. Didalamnya terdapat pria menggunakan pakaian serba hitam dan Je Ha semakin curiga saja. Ia memutuskan kembali ke aula.


Sebenarnya Se Joon ini pembicara yang baik dan mampu membawa suasana acara menjadi hidup. Dia bisa menyelipkan beberapa candaan dalam pidato seriusnya. Audiens juga tampak menerima pidato Se Joon dengan cukup baik.

Je Ha bersembunyi didekat pintu sambil memantau jalannya acara dari sana.


Dia bisa melihat gelagat mereka yang semakin mencurigakan. Mereka saling kontak mata satu sama lain. Je Ha melapor pada Ketua Seo dan memintanya menghentikan jalannya acara. VIP dalam keadaan bahaya.


Ketua Tim Seo masih enggan percaya, kau ada dimana?

“Dibalik panggung.” 

Je Ha memberikan isyarat pada Ketua Tim Seo kalau orang – orang mencurigakan itu membuat kontak mata satu sama lain.


Seorang dari mereka mengambil sesuatu dari balik jaket. Je Ha sudah tegang tapi ternyata pria itu hanya merogoh ponsel. Ketua Tim Seo menyuruh Je Ha untuk berhenti melakukan hal – hal tak berguna.


Tapi seorang berpakaian serba hitam tiba – tiba bangkit dari duduknya. Je Ha sontak menubruk pria itu dan menahannya dilantai. Namun saat kacamata pria mencurigakan itu dilepas, Je Ha baru sadar kalau pria itu adalah K1. Apa yang kau lakukan disini?



Tepat saat itu, pria – pria mencurigakan melempari Se Joon menggunakan telur. Mereka menyuarakan kalau Se Joon membenci keuangan Internasional. Bangun dari delusi kalian! Bagun!

JSS menahan pria pembuat onar itu tapi Se Joon menyuruh mereka melepaskannya. Mereka memang punya hak melakuan hal semacam ini karena mereka sudah sering dikecewakan oleh politisi. Toh mereka tidak ingin menyakitinya, kalau mereka ingin menyakitinya maka mereka akan melempar batu bukan telur. Dia tak akan mati hanya karena dilempar telur.


Semua orang tertawa dan kondisi kembali kondusif. K1 tersenyum menunjuk ekspresi audiens, Je Ha kesel banget dan langsung mencubit pipi K1.


Se Joon berkata kalau dia akan bangun sesuai kemauan orang – orang yang melemparinya telur. Dia akan memeriksa Grup Keuangan seperti yang dicurigai oleh mereka semua. Selanjutnya, dia tak akan menggunakan kekebalan yang diberikan padanya dan akan datang ke kantor kejaksaan besok pagi. Kalau sampai ditemukan adanya kecurigaan korupsi sedikit saja, maka dia akan mengundurkan diri dari pencalonan.

“Jika kalian puas dengan hasil penyelidikan ini, jangan buang telur itu dan berikan saja padaku. Tidak apa-apa menyerangku dengan telur tapi aku lebih suka jika kalian memberikannya pada istriku, yang suka memasak... aku sangat mencintainya..” sandiwara Se Joon.


Je Ha cuma bisa menggelengkan kepala mendengar semua ucapan manis Se Joon dihadapan publik.


Setelah keluar dari aula, Se Joon mengeluh bau amis. Dia kan sudah bilang untuk melempar dua telur saja, Apa sekretaris –nya punya dendam padanya?

Sekretaris itu mengelak dan berkata kalau efeknya luar biasa dengan kejadian tadi. Se Joon menyuruh mereka untuk menunggu sedikit lebih lama, dia akan mandi lebih dulu.


Se Joon langsung melepas pakaian dalam ruangan, menggoda perias dan memintanya masuk ke kamar mandi juga.


Diluar ruangan, Sekretaris Se Joon mengajak Ketua Joo untuk minum kopi. Mereka tak akan tahu harus sampai kapan menunggu. Ketua Joo memerintahkan salah satu bodyguard untuk berjaga.



Saat sudah tak ada siapa – siapa, Perias membuat kode ketukan pada pintunya. Bodyguard itu membalas sandinya kemudian perias membukakan pintu. Bodyguard memberikan sebuah suntikan pada si perias.

Je Ha yang berada dibalik tembok bisa melihat jelas apa yang mereka lakukan.




Se Joon memanggil perias untuk segera masuk ke kamar mandi. Perias membuka pintunya dengan berhati – hati tapi tiba – tiba perias itu ambruk dan Je Ha muncul dibelakangnya. Dia menyuruh Se Joon untuk segera mengenakan pakaian, mereka harus segera keluar dari sana.

Se Joon sudah bersiap menggunakan seragamnya, dia bertanya siapa bodyguard yang pingsan.

“Dia ada dipihak wanita itu. Polisi akan memaksa masuk kesini sebentar lagi. Karena polisi berada di pihak mereka juga.”



Polisi sudah memasuki gedung, Je Ha membimbing Se Joon untuk melewati lorong yang berlawanan arah. Terjadilah kejar – kejaran antara polisi dan Se Joon. Sampai akhirnya mereka bisa bertemu dengan rombongan Ketua Joo dan yang lainnya, “Polisi membuat perangkap. Kuserahkan padamu. Terima kasih!” ucap Je Ha.



Mereka langsung menebak kalau gerombolan itu adalah orang – orang Gwan Soo. Mereka saling todong pistol untuk berjaga. Orang suruhan Gwan Soo memerintahkan orangnya untuk menahan Se Joon yang kabur dari TKP.

Ketua Joo memerintahkan mereka memberikan surat perintah. Sepertinya dia merencanakan sejak awal dan menunggu diluar. 

“Surat perintah? Aku tidak perlu. Korban memanggil kami dan melaporkan dia karena pelecehan seksual.”

Sekretaris Se Joon menunjukkan foto bodyguard dan perias yang pingsan. Ketua Joo menyuruhnya untuk mengirimkan foto itu dan melaporkan kalau polisi bersekongkol untuk melakukan pembunuhan pada politisi.

Oknum polisi suruhan Gwan Soo pun mulai gentar karena gertakan Ketua Joo.



Se Joon berhasil keluar dari gedung pertemuan dan Ketua Joo langsung menurunkan pistolnya. Pertunjukan sudah selesai. Oknum polisi menatap Ketua Joo tajam, sampai jumpa lain kali.


Se Joon tertawa terbahak – bahak dan mengucapkan terimakasih atas bantuan Je Ha. Dia kemudian bertanya kemana mereka akan pergi. Je Ha mengatakan mereka akan menemui putri Se Joon.

Seketika Se Joon marah, Hentikan mobilnya!

“Jika kau tidak ingin menemuinya. Jika kau tidak ingin melihat dia, katakan padanya sendiri. Jangan memberikan harapan palsu.”

“Siapa yang memerintahmu untuk melakukan sesuatu seperti ini?”

Je Ha bukan tipe yang akan menuruti perintah orang. Se Joon bertanya apakah dia pikir dia bisa lolos setelah melakukan semua ini?


Bahkan anjing, memiki rasa tanggung jawab pada anaknya. Dan disini Se Joon memiliki anak, bukankah seharusnya dia mengawasinya? Apa Se Joon tahu dimana Je Ha menemukan Anna? Dream Land. Anna mengkhawatirkan Se Joon.

Se Joon terkejut saat tahu Anna memakan stroberi. Dia punya alergi parah pada stroberi.



Je Ha membenarkan. Anna mencoba bunuh diri bukan karena membenci Se Joon melainkan dia khawatir menjadi beban untuknya. Dia ingin menghilang diam – diam, itulah mungkin kenapa dia mencoba memakannya.


Mereka sampai ke kantor JSS. Se Joon berkata kalau memang Je Ha melakukan semua ini demi Anna maka lakukanlah sampai akhir. Jika dia setuju, dia akan menemui Anna. Je Ha menyetujui permintaan Se Joon, dia berjanji.


Ketua Joo menghubungi Je Ha dan langsung mendampratnya tapi Se Joon meminta ponsel Je Ha. Dia memberitahukan kalau dia sekarang ada dikantor JSS. Dia meminta agar Ketua Joo segera menyusulnya ke sana.


Setelah panggilan berakhir, Se Joon memberitahukan alasannya kenapa dia tak menemui Anna. Dia tak mau kalau sampai Anna dalam bahaya. Dia sudah menjual dirinya demi sebuah keserahan yang tidak berujung. Se Joon harus mempercepat rencanannya dan melepaskan diri dari genggaman Yoo Jin. Anna adalah sandera. Jika dia mundur saat ini maka Yoo Jin akan menganggapnya tak berguna dan Anna dalam bahaya. 



Kalau dia bertemu Anna dan Yoo Jin mencurigai sesuatu, mungkin dia akan mengirimkannya ke tempat yang tak bisa Se Joon temukan. Saat tahu kalau Anna ada di Korea, ini seperti sebuah hukuman mati. 

“Tapi tidak ada gunanya seperti ini. Kau lebih baik memenuhi janjimu. Aku memohon padamu.” Pungkas Se Joon.


Di Cloud Nine, Yoo Jin menerima kabar kalau Se Joon menemui Anna. Dia meminta cerminnya untuk menunjukkan tayangan CCTV ruang rawat Anna.


Se Joon memanggil Anna tapi dia tak mau menyahut. Dia bertanya pada Dokter apakah Anna sudah tidur?

“Um, tidak. Belum.” Jawab Dokter.

Se Joon menebak kalau Anna sedang marah padanya. Dia bertanya – tanya apa yang telah membuat Anna sakit? Kenapa dia masih disini?

“Ya, dia makan es krim stroberi dan...”

Se Joon pura – pura tak tahu kalau Anna memiliki alergi stroberi. Dia meminta mereka semua untuk lebih berhati – hati dan tak memberinya stroberi lagi.


Yoo Jin tersenyum miris melihat seorang Ayah tak tahu kalau anaknya punya alergi stroberi.



Se Joon meminta semua orang keluar meninggalkan mereka berdua. Dia membalikkan tubuh Anna yang terus memunggunginya. Dia mengajaknya untuk berbicara sebentar, mumpung mereka cuma berdua.

Dia mengusap air mata yang mengalir di pipi Anna.


Anna bangkit dan memeluk Se Joon, “Aku sangat merindukanmu, Ayah!”

“Ya, aku merindukanmu juga, Anna.” Jawab Se Joon.

Anna menangis karena akhirnya bisa bertemu dengan Ayahnya. Se Joon melihat putrinya sudah dewasa dan bisa menikah. Dia meminta Anna untuk menunggu sedikit lebih lama. Kalau dia sudah menjadi presiden, ia akan mencarikan pria baik untuknya. Dia bisa berkencan dan bertemu dengan teman – teman. Saat waktunya tiba, dia akan membiarkan Anna menikah.


“Ayah, tolong dengarkan aku. Ibu tidak bunuh diri. Aku ingat semuanya yang terjadi malam itu. Ketika aku pergi ke kamar Ibu, dia sudah tidak sadarkan diri. Dan seseorang menutup mataku jadi aku tidak bisa melihat siapa mereka dan menutup mulutku juga.”



Se Joon meminta Anna melupakannya, itu hanyalah masa lalu. Anna meyakinkan dan Choi Yoo Jin yang telah membunuhnya.

Anna! Sela Se Joon yang memintanya berhenti mengatakan hal sembarangan. Ucapannya bisa membuat mereka dalam keadaan sulit. Se Joon meyakinkan Anna bahwa semua itu hanya ilusi masa kecilnya saja.



Anna masih terus meyakinkan tapi Se Joon tetap memintanya berhenti mengatakan hal semacam itu atau dia hanya akan membuat Ayahnya gagal. Dia tak akan menemui Anna lagi kalau terus begitu. Kau tak mau bertemu Ayah lagi?

Ayah pun memeluk Anna, “Ya. Kau gadis yang baik."



Yoo Jin dan Je Ha bisa melihat kedekatan mereka.



Anna kemudian bertanya apakah Ayah mencintai Ibunya. Se Joon tertawa, tentu saja karena dia mencintai Ibu Anna makanya Anna lahir. 

“Dan apakah Ibu benar-benar menggunakan aku untuk memerasmu? Apa itu sebabnya kau membuangku dan Ibu?”

Se Joon terkejut dan menatap putrinya sedih. Dalam batinnya dia berkata “Choi Yoo Jin. Kau iblis.” Dia berkata kalau ini adalah urusan orang dewasa. Anna meyakinkan bahwa dia sudah dewasa dan ingin mengetahuinya. 

“Anna. Itu sudah tidak penting.” Ucap Se Joon.


Anna sedih dan memberondong Se Joon dengan banyak pertanyaan. Katanya Ayah mencintai Ibu tapi kenapa dia tak datang saat Ibu meninggal? Saat dia dikirim ke luar negeri dan tak mencarinya? Jadi kenapa itu tidak penting?

Se Joon mencoba bicara halus dan berkata kalau Ayah Anna adalah orang yang penting. Dia hanya melakukan hal yang penting.

“Jadi itu benar.” ucap Anna.

“Apa maksudmu?”

Anna membuat kesimpulan sendiri kalau Ayah memang menganggapnya hanya beban masalalu yang tak penting. Benar yang dikatakan Yoo Jin. Ini hanyalah vana ilusiĆ³n (Mimpi sia-sia).



Anna marah dan memutusakan untuk merebahkan tubuhnya. Se Joon tahu kalau Anna sudah kelelahan hari ini. Jangan berfikir yang tidak perlu dan jaga diri baik – baik. Dia akan sering menemuinya mulai sekarang.


Saat meninggalkan ruang rawat Anna, Se Joon berpapasan dengan Je Ha.


“Untuk berpikir aku mempertaruhkan nasibku pada sampah sepertimu.” Batin Yoo Jin. Dia tertawa terbahak – bahak.. namun dalam tawanya itu tersirat sebuah kepedihan yang mendalam. 



Anna menangis diruangannya setelah Se Joon pergi. Je Ha memperhatikannya dengan kasihan.

-oOo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar