Kamis, 03 November 2016

Uncontrollably Fond Episode 7

Joon Young duduk mengarahkan pandangannya ke laut lepas seolah mencari keteduhan yang ada disana.

Pikirannya melayang kembali pada saat ia masih bersama No Eul di penginapan. Dia menatap foto sebuah pulau indah pada pajangan penginapan. Joon Young tersenyum sembari mengalihkan pandangannya pada No Eul.

“Aku datang kesini untuk membawamu ke pulau itu. Tapi.. Aku akan pergi sendiri.” Ucapnya dengan seulas senyum miris. “Jika aku membawamu, aku akan menyembunyikanmu disana. Sehingga kau tak bisa pergi pada orang lain.  Jadi jangan muncul dihadapanku. Jika aku melihatmu, aku akan membawamu pergi.”




Terik matahari membuat mata Joon Young silau. Ia pun mengenakan kacamata hitamnya.
Suara ketukan sepatu mendekatinya, No Eul mengeluh lalu melepas kacamata Joon Young. Dia menggerutu karena harus khawatir dengan Joon Young yang bersantai disaat semua orang mengkhatirkan dia.

Satu..” batin Joon Young lantas ia bangkit meninggalkan No Eul.



No Eul mengejar Joon Young dan menyadarkan dia kalau semua ini bukan lah mimpi. Dia mengibaskan tangannya tepat didepan wajah Joon Young.

Dua..”
No Eul terus mengatakan kalau ini bukanlah sebuah mimpi.
Tiga..”



No Eul berniat mencubit wajah Joon Young namun Joon Young menahan tangannya. Dia meminta No Eul untuk pergi. Enyah dari hadapannya. Joon Young berjalan meninggalkan No Eul.

No Eul kebingungan, entah bagaimana dia harus menghadapi semua ini. apa dia melakukan kesalahan? Kesalahan besar apa yang kembali ia lakukan? Kalau aku mabuk lagi, aku benar – benar menjadi anjing.

No Eul menampar mulutnya sendiri dengan kasar.



Pandangan Joon Young terus tertuju ke arah lautan. No Eul perlahan mendekatinya, dia menacapkan sedotan pada botol susu kemudian menyuapkannya ke mulut Joon Young, dia pasti belum sarapan. Joon Young masih menutup mulut hingga sedotan itu mengenai bibirnya. Ah..

 No Eul mengaku kalau dia sangat buruk saat mabuk. Paling buruknya lagi, dia tak ingat apapun. Dia tak tahu apa yang salah dengannya, dia ingin meminta maaf.

Empat..”

“Ya tuhan, aku sangat ingin minta maaf. Kenapa aku tak mengingat apapun? S*al.” Ujar No Eul seraya melirik Joon Young lewat sudut matanya.

Lima..”




Ponsel No Eul bergetar, ia menerima panggilan dari Ji Tae. Ia perlahan berjalan menjauhi Joon Young sebelum menerima panggilannya.

Joon Young rupanya cukup penasaran, sudut matanya tertuju pada No Eul namun ia masih keras kepala untuk tetap mengabaikannya.


“Kenapa kau tak mengangkat panggilanku? Dimana kau?” tanya Ji Tae diseberang telefon.
No Eul meminta maaf, ada sesuatu yang penting yang harus ia lakukan. Ji Tae menjeda pertanyaanya, apa kau bersama dengan Joon Young.

No Eul mengelak namun sedetik kemudian dia meralat jawabannya, “Ya.”



Perhatian Joon Young rupanya tertuju pada pembicaraan No Eul. Tapi ia melangkahkan kakinya pergi saat melihat kapal yang menepi ke dermaga pulau itu.

No Eul melihat kepergian Joon Young, dia mengatakan pada Ji Tae bahwa dia telah melakukan kesalahan besar pada Joon Young. Dia mengakhiri panggilannya dan berjanji akan menghubungi lagi nanti.


Ji Tae tampak kecewa dan menaiki lift bersama asistennya. Asisten Ji Tae memberikan sebuah map, map itu berisi foto Ji Tae yang menggandeng tangan No Eul di konser Joon Young. Ji Tae terkejut, bukankah seharusnya dia sudah menghentikan pemberitaan itu. Asisten Ji Tae meminta maaf dan memberitahu bahwa kemungkinan Nyonya Yoon telah melihatnya.

Ji Tae ingat akan panggilan mendadak Jung Eun, menanyakan apa dia datang ke konser Joon Young. Asisten Ji Tae menambahkan bahwa Nyonya Yoon juga telah mencari informasi latar belakang dari No Eul.



***** 
No Eul mencoba menarik perhatian Joon Young karena dia sama sekali tak mau menatapnya. Dengan lantang No Eul mengatakan kalau dia lupa segalanya. No Eul menggeplak kepalanya keras – keras, “Bodoh, bodoh, bodohnya aku.”

Joon Young tak perduli. No Eul melihat beberapa rumput kering mengotori sepatu Joon Young. Ia berniat membersihkannya.

Joon Young bergerak meninggalkan No Eul lagi, “Enam..”


Kini No Eul mulai frustari, dia berjongkok lalu menyembunyikan wajahnya.

No Eul mencoba mengajak Joon Young sarapan sebelum mereka pergi. Tak ada respon, dia akhirnya berjalan menghadang Joon Young.

“Aku memang meluapkan perasaanku saat mabuk. Jadi kenapa? Ayahku mengatakan kalau orang yang melampiaskan dendamnya saat mabuk adalah orang yang paling baik di dunia ini. dia mengatakan padaku untuk berteman dengan orang seperti itu.”

Joon Young berniat melangkahkan kakinya, “Tujuh..”



No Eul merentangkan kedua lengannya, kalau memang Joon Young marah. Dia bisa melampiaskannya, pukul saja dia. Pukul sampai kemarahannya reda.

No Eul menengadahkan pipinya. Dalam batin Joon Young ia kembali berhitung, “Delapan..”

Joon Young mendorong kepala No Eul dengan telunjuknya lalu berjalan menuju mobil. No Eul super duper frustasi, dia menggelengkan kepalanya kuat – kuat. Seolah ingin merajuk kesal tapi dia coba tahan saat harus menghadapi sifat menyebalkan Joon Young.



Joon Young masuk dalam mobil dan No Eul buru – buru mengejarnya, dia bergegas duduk disamping Joon Young. Joon Young diam menatapnya. No Eul mengedipkan mata tak mengerti, ah, dia yakin Joon Young sudah lama menyimpan dendam padanya. Tapi kenapa dia jadi tak pemaaf seperti ini? Dia mabuk juga karena Joon Young, dia berkontribusi besar sampai ia ingin mabuk. Bukankah dia seharusnya meminta maaf?

“Keluar.”

No Eul menolak lalu memakai sabuk pengaman.

“Sembilan.” Joon Young lah yang keluar dari mobil.



No Eul menegaskan bahwa dia tak mengingat apapun. Dia tak ingat apa yang telah perbuat hingga Joon Young begitu marah.

Sembilan setengah..”

“Aku ingat kalau aku digendong oleh mu.”

Sembilan tiga perempat..

“Kau menggantikan...” No Eul meralat ucapannya, “Aku ingat kau membantuku berganti baju. Aku ingat kau mengungkapkan perasaanmu..”


Sebuah taksi melintas hingga No Eul mengakhiri ocehannya karena Joon Young naik dalam taksi itu. No Eul melongo melihat Joon Young menghamburkan uang saat disana juga ada mobil Joon Young.



Joon Young meminta pada supir taksi untuk mengantarkannya ke Seoul. Dia melihat ke arah kaca spion, ada sosok No Eul yang masih berdiri menatap kepergiannya. Entah itu senyuman kecil atau hanya penglihatanku, Joon Young sepertinya cukup senang karena usaha keras No Eul meminta maaf padanya.



No Eul bergegas membangunkan Gook Young yang tidur di bagian belakang mobil. Keduanya dalam perjalanan menuju Seoul dan No Eul masih mencoba mengingat apa yang telah ia lakukan hingga Joon Young sebegitu dongkol padanya. No Eul menggeplak kepalanya kuat – kuat.

“Itu tak akan membantu kau mengingatnya.”

“Melakukan ini bisa membuatku ingat beberapa hal.”

Gook Young menyuruh No Eul berhentik sejenak dan PLAKK! Dia memukul kepala No Eul keras, sontak No Eul kalap. YAK!


***** 
Joon Young merogok saku dan tak menemukan ponsel miliknya. Ia ingat betul kalau ia sudah melempar ponselnya ke laut. 

Joon Young menurunkan syalnya lalu dengan ramah ia meminjam ponsel dari sopir taksi.


Dikedai, Young Ok makan semangkuk besar makanan. Bukan makan tepatnya tapi lebih seperti menjejalkan makanan itu terus menerus dalam mulutnya. Jung Shik datang dan bergegas merebut mangkuk makanan itu. dia memarahi Young Deuk yang diam saja saat melihat Young Ok melakukan kebiasaan buruknya. Jung Shik meminta Young Ok melepeh makanan yang sudah ada dimulut tapi Young Ok malah menatapnya kesal.

Ponsel Young Ok berdering. Young Ok mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal.



“Halo, ibu ini aku. Kau pasti sangat mengkhawatirkan aku.” Ucap Joon Young diseberang telefon.

“Maaf, anda salah sambung.” Ketus Young Ok meskipun sedikit kelegaan ada diraut wajahnya.


Mimik wajah Joon Young sungguh kecewa mendengar ucapan ibunya. Apalagi saat sambungan telefon langsung terputus. 


Jung Shik merebut ponsel Young Ok karena ia yakin kalau itu panggilan dari Joon Young. Ia kembali menelfon Joon Young. Sontak panggilan itu membuat Joon Young sumringah. Tapi lagi – lagi sedikit kecewa mendengar Jung Shik –lah yang menghubunginya.

Jung Shik memberitahukan bahwa sebenarnya Ibu Joon Young sangat mengkhawatirkan dia. Dia hanya berbohong. Bahkan dia sedang makan satu mangkuk besar bimbimbap. Kau tahu artinya, kan?

Joon Young tersenyum, “Aku tahu. Aku tahu kalau ibu sangat mengkhawatirkan aku.”

Young Ok menggeram meminta Jung Shik menghentikan ucapannya. Dia bahkan melempar sendalnya namun Jung Shik malah kabur keluar kedai.



Diluar kedai, Jung Shik bertanya kenapa Joon Young harus berakhir dengan seorang wanita mata duitan (gold digger). Harusnya dia sudah tahu apa akibatnya bahkan Gook Young mengalami semua itu dan dia sampai harus dipenjara. Joon Young sendiri yang dulu membantu keuangan Gook Young.

“Dia bukan wanita mata duitan.”

Young Ok yang kini mendengarkan pembicaraan Joon Young lantas merebut ponselnya, “Kalau begitu dia silver digger? Aku pikir kau seorang bintang. Kau sangatlah kaya. Kenapa kau sangat buruk dalam hal wanita. Beraninya kau membiarkan...” 



Dengan suara lembut dan tulus, Joon Young mengatakan kalau dia menyukainya. Dia baru sadar akhir – akhir ini. dia sejujurnya mencintainya...sangat. 

Jung Shik mengeluh mendengar ucapan Joon Young. Lain halnya dengan Young Ok, dia diam tertegun.

“Itulah kenapa aku lari. Jika aku terus melihatnya, aku tak tahu apa yang akan aku lakukan. Jadi aku lari darinya.”

Young Ok diam mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut putranya. Dia tahu, bahkan sangat tahu bagaimana perasaan cinta namun cinta itu juga memaksa untuk melepaskan dan merelakannya pergi. OMG Baper sendiri nulisnya..




***** 
Dalam perjalanan, Gook Young mengutarakan pendapatnya bahwa Joon Young memang serius dengan ucapannya. Bahkan saat tahu No Eul punya alergi, dia segera menendang Pororo keluar.

“Tak bisa dipercaya.”

Gook Young membenarkan. Diluar sana memang banyak wanita yang lebih baik dari No Eul. Seolah ini memang mustahil. No Eul membenarkan, mungkin Joon Young sudah gila. Gook Young suka dengan cara pandang No Eul, dia cukup baik dan sadar akan kenyataan. 


Ibarat kisah Cinderela, Pangeran mempesona menikahi si Malang Cinderella. Meskipun malang, Cinderela gadis yang baik. Dia rajin dan juga jujur.

“Aku rajin dan...jujur juga.” Ujar No Eul.

Gook Young mengatakan kalau akhir – akhir ini dia merasa Joon Young kurang sehat. Saat Syuting terakhir kepalanya dipukul kayu. Mungkin otaknya bengkak dan dia tak bisa berfikir jernih. Dia akan segera memeriksakan Joon Young ke rumah sakit.

No Eul meminta Gook Young menghentikan ceritanya. Gook Young kembali bertanya, apa kau benar – benar tak ingat apa yang kau katakan pada Joon Young?


No Eul berfikir keras, “Kalau Joon Young tak berbohong dan mengatakan yang sebenarnya. Jika dia menyukaiku, apa yang harus aku lakukan?”

Gook Young membalas dengan candaan, dia akan membawa Joon Young dengan No Eul bersama – sama ke rumah sakit.


***** 
Setelah berhasil menghindari puluhan wartawan yang menantikannya didepan gerbang, Joon Young masuk lewat pintu belakang rumahnya. Pororo menyambut tuan –nya dan ia pun membelai Pororo.

Joon Young bangkit, seketika rasa nyeri kembali muncul. Dia memijat keningnya sebentar dan masuk ke rumah.




Rasa nyeri benar – benar tak tertahan lagi, tubuhnya roboh terduduk dilantai. Ia meringis dan isak sakit sesekali keluar dari mulutnya. Dia mengerang menahan dan memukul kepalanya sendiri.


**** 
Istri Hyun Joon, Eun Soo menerima kabar dari pelayannya bahwa Joon Young mengidap penyakit brainstem glioma (tumor otak) dan dalam kondisi kritis. Pelayannya membenarkan selain itu, letak tumornya memang sulit jika dilakukan sebuah operasi.

Tangan Eun Soo gemetaran, apa ibunya tahu?

Pelayan mengatakan bahwa Joon Young dengan keras mencoba menutupi penyakitnya dari keluarganya. Eun Soo menatap lukisan yang tengah ia kerjakan, dia menatap wajah Hyun Joon yang tersenyum disana. Dia bekata kalau ini berita yang menyedihkan untuk Joon Young dan ibunya.



Disebuah pertemuan, Hyun Joon mengajukan keberatan atas pendapat beberapa anggota rapat. Dia menolak penunjukkan pada seseorang karena orang itu ia anggap tak layak, bahkan dia punya banyak sekali kasus. Anggota lain meminta Hyun Joon jangan terlalu keras, toh beritanya nanti akan hilang dengan sendirinya.

Hyun Joon kekeuh, berita itu juga akan timbul kembali suatu saat nanti. 


Tuan Yoon angkat bicara, “Aku yakin, setiap orang disini pernah melakukan kesalahan. Untuk mendapatkan sesuatu yang besar, membuat beberapa kesalahan tak bisa ter-elakkan. Politik adalah tentang menolong orang lain yang membutuhkan.”

“Politik seperti itu akan menyebabkan penyesalan. Itu akan membuatu.. melakukan apa yang tak kau inginkan.”

Tawa Tuan Yoon pecah, “Sepertinya kau punya banyak waktu kosong? Bagaimana bisa kau punya waktu untuk menyesal.”

Hyun Joon menunjukkan senyum terpaksa, matanya menyipit tanda tak suka dengan cara pandang Tuan Yoon.



Hyun Joon membasuh wajahnya di toilet. Dia menatap pantulan dirinya dikaca, “Penipu itu.”


***** 
Puluhan pewangi tergeletak di dekat tempat mandi Haru. Dia berteriak frustasi sambil memegang tab –nya. Bibi Jang datang dengan terburu – buru. Ia mengira kalau teriakan itu karena api atau apa tapi rupanya itu hanya karena komentar negatif antis Joon Young di internet.

Haru menunjukkan foto – foto editan antis, mereka membenci Joon Young yang telah mengkhianati fans –nya.

“Bibi Jang, kau tahu mimpiku untuk menikah dengan Joon Young? Masa lalunya, aku tak perduli semacam itu. tapi sekarang aku tak tahu dia hidup atau mati.”




Haru menjerit frustasi kemudian meminta Bibi Jang membawakan dia parfum lagi. Dia masih bau sampah. Bibi Jang mencium aroma tubuh Haru, dia sudah wangi seperti bunga. Dia harus cepat keluar dari air sebelum tubuhnya melar.

“Sh, Jik kunyuk. Aku akan balas dia.” Rutuk Haru.


***** 
Jik menuju ke apartemen Hyun Woo (Ji Tae), dia bertanya pada petugas disana namun petugas jaga tak pernah dengan pria yang bernama Hyun Woo. Jik menunjukkan foto Hyun Woo dan petugas hanya mengerutkan dahi, dia tak kenal.

Ponsel Jik berdering, Hyun Woo menghubunginya. Jik mengaku kalau dia tengah berada dirumah Hyun Woo, kau dimana?



Ji Tae terkejut namun berubah tersenyum, dia mengatakan kalau dia sudah pindah. Dia mungkin belum mengatakannya. Jik tanya, kau pindah kemana?

Ji Tae tak menjawab, dia mengatakan kalau dia sedang ada di Daejeon dan dalam perjalanan pulang. Dia akan menemui Jik di toko tempatnya bekerja.




Ji Tae bergegas masuk ke toko Jik dengan tergesa – gesa. Jik bergegas menyambutnya dengan satu gelas bubble. Ji Tae bertanya apa maksudnya ini, apa yang ingin dia katakan? Jik mengaku kalau shift –nya masih ada sepuluh menit lagi, jadi dia akan mengatakan intinya saja.

“Kakakku pernah jatuh cinta pada Joon Young. Itu saat kita tinggal di Suyu-ri. Aku melihatnya menulis di diary. Tapi dia menyerah karena dia adalah pacar Na Ri. Jika dia mulai menunjukkan ketertarikan, dia akan jatuh dengan mudah kepelukannya.”

Ji Tae meremas tangannya. Dia memasang senyum, bukankah itu akan lebih baik, jika seorang superstar menyukai No Eul?


Jik menggeleng. Baginya antara No Eul dan Joon Young mempunyai dunia yang berbeda sekarang. Dia hanya ingin kakaknya memiliki pasangan yang sama, makan makanan yang sama, berpakaian yang sama, cara pandang yang sama. 

Ji Tae tersenyum kaku, “Apa yang ingin kau katakan?”

“Bisakah kau menahannya? Kau satu – satunya, yang bisa membuatnya kembali sadar akan kenyataan. Aku mohon.”



Joon Young tersadar dengan peluh membasahi dahinya dan bibir pucat pasi. Dia mentap tangannya dan pandangan Joon Young mulai kabur.

Dia bangkit dari tidurnya untuk membasuh muka serta meminum beberapa obat.



Joon Young tertegun melihat No Eul kini sibuk didapurnya. Dia diam memperhatikan sampai saat No Eul tanpa sengaja menyentuh benda panas.



Joon Young tak bisa diam melihat No Eul terluka, pada akhirnya dia mendekat lalu menarik tangannya untuk dibasuh air. Sekarang setelah tahu akan perasaan Joon Young, No Eul menjadi kikuk saat Joon Young berada didekatnya.

“Kapan kau bangun? Aku melihatmu tertidur jadi aku tak membangunkanmu.”

No Eul menoleh dan melihat Joon Young menatap lurus kearah tangan No Eul. No Eul kembali mengatakan bahwa dia masuk lewat pintu belakang, Manager Oppa yang sudah membiarkannya masuk. Soalnya didepan ada banyak reporter.

Joon Young bungkam.

“Aku punya jari tebal, jadi ini tak terlalu sakit.”



Joon Young melepaskan tangan No Eul lantar pergi. No Eul memanggilnya untuk makan namun tak diperdulikan.

“Aku sudah berusaha untuk membuatnya. Lupakan, tak usah makan kalau begitu. Aku akan memakan semuanya.” Gumam No Eul.


Kerja keras No Eul berbuah sepotong daging gosong yang ia letakkan diatas piring. No Eul membela dirinya sendiri, tak masalahkan asalkan rasanya enak. Dia pun menyuapkan sepotong daging kemulutnya. Tapi memang tak rasa maupun rupa, semuanya memang tidak sedap.

No Eul menggerutu sendiri setelah menghadapi sikap Joon Young sekarang. Memangnya dia pikir aku penyakit atau apa? Dia terus mengabaikanku. Kalau memang marah, dia bisa langsung mengatakannya padaku. Piciknya.



Joon Young tiba – tiba kembali muncul. No Eul tertegun dan segera menelan daging gosong asinnya. Joon Young rupanya kembalu untuk mematikan lampu dan menutup jendela rumahnya.

“Ada apa ini?” tanya No Eul bingung.


***** 
CEO Namgoong menerima panggilan Reporter Kim yang mengatakan bahwa rumah Joon Young lampunya sudah mati. CEO Namgoong membenarkan, itu karena dia mengirim pembantu untuk memberi makan anjing Joon Young. Dia masih diluar rumah, jadi mereka harus segera pergi.

Man Ok datang ke sana membacakan komentar terbaik di Internet. [Tak ada satupun yang melihat No Eul dan Joon Young selama dua hari. Mungkinkah mereka bunuh diri seperti Romeo dan Juliet.]

CEO Namgoong menjelaskan pada Repoter Kim bahwa Joon Young melakukan semua itu karena dia sedang banyak tekanan. Dia melakukannya tanpa pikir panjang.

Man Ok kembali membaca komentar dengan keras. [Apa No Eul lebih memilih menjadi juliet dari pada wanita mata duitan?]



CEO Namgoong meminta Man Ok untuk berhenti membaca komentar seperti itu sepanjang hari. Man Ok hanya melengos. CEO Namgoong kembali menjelaskan bahwa Joon Young tak pergi sendirian, dia bersama dengan Managernya.

“Anyeong~” sapa Gook Young masuk ke ruangan.

CEO Namgoong menambahkan bahwa dia akan bunuh diri kalau sampai Joon Young menyukai wanita seperti No Eul. Dia akan melepaskan karir dan hidupnya.


“Kau tak boleh menjajikan hal seperti itu dengan mudah.” Bisik Gook Young terkejut.

CEO Namgoong melempari Gook Young dengan bantal seraya berbicara ditelefon. Dia mengatakan kalau Joon Young sebenarnya sedang berkencan. Ya, dia berkencan Kim Yoo Na selama satu tahun. Kim Yoo Na adalah rekan satu agensinya.


***** 
Jung Eun mengulas riasannya di toilet. Dia mengeluarkan foto Ji Tae dan No Eul dari dalam tas lalu menyobeknya.


Ji Tae tersenyum palsu menatap ke arah Jung Eun yang mencium karangan bunga dengan hati senang. Ji Tae memuji penampilan Jung Eun, dia tampak sangat cocok dengan gaun yang ia kenakan. Ji Tae teringat akan laporan yang diberikan oleh asistennya bahwa Jung Eun mungkin sudah mengorek informasi mengenai No Eul.



Ji Tae menawarkan wine untuk Jung Eun namun Jung Eun menolak, dia ingin yang lain. “aku ingin ciuman.”

Ji Tae terkejut, ditempat ini?

Jung Eun duduk mendekat disamping Ji Tae lalu mendekatkan bibirnya.


Namun belum sempat bersentuhan, Ji Tae angkat bicara.

“Aku dengar kau telah melihat fotonya. Namanya No Eul, usianya 28 tahun. Dia bekerja sementara untuk film dokumenter. Dia lulus dari Universitas Terbuka Nasional Korea. Orang tuanya telah meninggal dan memiliki seorang adik. Kau tak usah memeriksa latar belakangnya.”

Jung Eun terkejut, dia meminta penjelasan Ji Tae. Ji Tae mengaku kalau dia tak ingin Jung Eun terkena masalah.



“Apa hubunganmu dengannya? Kau menyukainya.”

“Kalau aku menjawabnya, aku tak akan bisa menepati janjiku padamu. Ayo minum segelas wine saja.”

“Jawab aku Ji Tae. Aku bertanya padamu! Jawab Aku!”

Ji Tae membenarkan, dia menyukainya. Ji Tae sibuk menuangkan wine untuk Jung Eun. Jung Eun mengambil segelas wine dan menumpahkannya diwajah Ji Tae.


Jung Eun bangkit, dia tanya apakah makna dari mawar christmas yang dibawa Ji Tae adalah ‘aku tak punya sesuatu untuk diberikan padamu’. Ji Tae mengusap wajahnya dengan tisu. Tanpa ragu dia membenarkan pertanyaan Jung Eun.

“Aku pastikan.. aku akan membuatmu menyesal.. karena hal ini.”



Jung Eun pergi sedangkan Ji Tae masih sibuk minum wine. Wajahnya datar tanpa emosi. Menyeramkan.


***** 
Joon Young memberitahukan alasannya kenapa dia mematikan lampu. Agar para repoter segera pergi karena mengira dia tak ada dirumah. Saat itulah No Eul bisa kembali karena sekarang pintu belakang juga sudah dipenuhi reporter. Berharap saja dua jam kemudian mereka akan pergi.


No Eul tiba – tiba bercerita, “Teman Jik pulang ke rumah tengah malam setelah sekolah, dan ibunya menunggu dia di elevator. Elevator berjalan dari lantai satu ke lantai dua... dan menuju lantai tiga. Terus berjalan. Lalu ibunya mengatakan ini.”

No Eul berdiri disamping Joon Young untuk menakut – nakuti, “Apa aku masih terlihat seperti ibumu?”

Joon Young menatap datar, apa yang sedang kau lakukan?


No Eul mengaku kalau dia ingin meledek Joon Young. Kata fans Joon Young, dia takut dengan hantu. 

Joon Young diam, dia menunjuk ke punggung No Eul dan berkata kalau dibelakang No Eul ada hantu. No Eul menoleh, dia melihat patung manekin dalam kegelapan. Sontak No Eul menjerit ketakutan.




Joon Young menyalakan lampu dan melihat No Eul meringkuk ketakutan di atas sofa. Joon Young melanjutkan hitungan dalam hatinya, “sembilan setengah, seperempat, seperdelapan, seperenam belas dan sepertigapuluh dua.”

Joon Young tak kuasa menahan senyumnya. Awww



No Eul heran kenapa Joon Young kembali menyalakan lampu, bukankah dia bilang akan mematikannya. Joon Young duduk dihadapan No Eul, tirai disana itu kedap cahaya. Dia hanya ingin meledek No Eul saja.

No Eul kesal dijadikan bahan candaan, dia menarik kerah baju Joon Young lalu menindihnya. Joon Young diam terpaku menatap No Eul, “Sepuluh.”

“Apa?” Tanya No Eul tak mengerti.



Joon Young bangkit dari rebahannya dan mengusap pipi No Eul, dia mengaku kalau dia telah menghitung dalam hatinya. Dia sudah berusaha keras menjauh dari No Eul tapi No Eul sendiri yang telah memilih untuk tetap tinggal. 

“Apa yang kau katakan?”

Joon Young tak menjawab, dia bilang kalau dia ingin makan. No Eul makin heran saja, bukankah tadi dia sendiri yang tak mau makan?

“Aku tak pernah mengatakannya.”



No Eul masih memperhatikan sikap Joon Young yang berubah 180 derajat dari sebelumnya. Dia menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya, Kau sangat berubah? Kau membuatku bingung, apa kau kembaran Joon Young?

“Bagaimana mungkin?” tanya Joon Young.

Joon Young mulai memakan masakan No Eul. No Eul bertanya apakah masakannya tak asin. Bagi Joon Young, itu enak kok. Dia kemudian menarik tangan No Eul, luka bekas terkena panas. Dia akan mengambilkan obat.


No Eul mengedipkan mata tak percaya, “Apa – apaan ini? Siapa dia? Apa dia hantu?”

No Eul kemudian makan sepotong daging di piring Joon Young. Belum apa – apa wajahnya berubah masam dan memuntahkan isi mulutnya.

Joon Young berlari menuju ke toilet tapi saat ia akan memuntahkan makanannya, Joon Young mencoba bertahan. Dia menelan daging dengan susah payah. Wajahnya menunjukkan perjuangan yang luar biasa. 

Joon Young kumur berulang kali sebelum akhirnya dia tersenyum sendiri. Awww.



No Eul menuduh Joon Young telah memuntahkan makanannya. Joon Young kembali menyuakan potongan daging ke mulutnya, bagaima bisa aku memuntahkan makanan buatanmu?

No Eul menyentuh pipi Joon Young menggunakan telunjuknya. Memang benar Joon Young bukanlah hantu, dia pikir hantu telah mengambil tubuh Joon Young.

Joon Young menirukan ucapan No Eul, “Apa aku masih terlihat seperti Joon Young?”

“Heol~~” senyum No Eul.


Joon Young telah membuat No Eul terkejut. Baru saja dia menyuruhnya pergi tapi tiba – tiba berubah menjadi sangat baik. 

“Apa aku tak boleh baik padamu?”

“Jika seseorang tiba – tiba berubah baik, artinya dia akan segera meninggal.”

Joon Young membeku mendengar ucapan No Eul. Tapi kemudian dia menata perasaannya dan kembali mengobati jari No Eul.



***** 
Nari keluar dari rumah menyapa Ji Tae dengan pakaian rapi dan lengkap dengan make – up. Ji Tae heran dibuatnya, Nari pun menjelaskan kalau dia pikir akan ada repoter disana tapi rupanya mereka sudah pergi.

“Dimana No Eul?” tanya Ji Tae.

Nari mengatakan kalau No Eul belum kembali, tadi dia menghubungi tapi baterai ponselnya habis. Ji Tae kembali bertanya, apakah dia bersama Joon Young?

Nari membenarkan. Katanya No Eul punya urusan penting jadi dia menyuruhku untuk tidur duluan.



Wajah Ji Tae kembali berubah pilu. Arh, kemaren kan dia yang udah ngelepas No Eul yang ibaratnya udah ada digenggaman dia. Jangan nyesel Ahjussi :D


***** 
Ji Tae sampai digerbang rumah Joon Young. Reporter sudah mulai sepi dan beberapa bebenah untuk pulang. Ji Tae menerima panggilan dari Hyun Joon, dia mengajak Ji Tae untuk minum bersama. 

Ji Tae menolak karena ibu akan marah padanya. Hyun Joon memintanya sekali saja menjadi temannya, dia tak akan minum lagi setelah ini. Ji Tae tetap menolak, ada sesuatu yang harus dia kerjakan. Dia meminta Hyun Joon untuk pulang atau ibu akan sangat khawatir.

“Baiklah. kau memang hanya perduli pada ibumu, Ji Tae.” Canda Hyun Joon kemudian memutuskan panggilannya.



Hyun Joon mengeluarkan kartu nama Nyonya Song. Ia kemudian meminta pada supir untuk menepi, dia akan menyupir dari sana dan supir itu bisa pulang.



Hyun Joon kini bertatap muka dengan Nyonya Song. Hingga akhirnya Nyonya Song jengah menerima tatapan tajam Hyun Joon. Dia memintanya berhenti atau mungkin wajahnya akan bolong karena tatap itu.

Hyun Joon meminta maaf. Nyonya Song bertanya apakah dia harus tetap duduk tanpa menuangkan minuman? Tanpa melakukan aegyeo? Dan kau akan pulang tanpa memegang tanganku? Apa kau takut dengan istrimu?

Hyun Joon tersenyum. Dia membenarkan semua ucapan Nyonya Song.



Nyonya Song yakin kalau wanita bernama Young Ok adalah wanita yang sangat Hyun Joon cintai. Dia terus memanggilnya Young Ok saat mabuk. Hyun Joon mengaku bahwa dia melakukan banyak hal yang salah pada Young Ok.

“Sepertinya aku menyukaimu?”

“Jangan. Aku tak akan mengijinkan wanita lain menyukaiku mulai sekarang.” Jawab Hyun Joon menenggak minumannya.

Istri Hyun Joon menantikan kehadiran suaminya. Memakai parfum dengan senyum senang. Namun sebuah panggilan dari sekretarisnya membuat mulut istri Hyun Joon bergetar menahan marah.

“Kemana dia pergi?”


Ditempat lain, Young Ok duduk melamun tak berkosentrasi. Beberapa pelanggan menegurnya meminta air minum tapi dia tetap diam. Akhirnya Jung Shik yang melayani mereka.


****** 
No Eul melempar daging dari balkon untuk Pororo. Dia meminta maaf telah membuat Pororo harus tinggal diluar rumah. Tapi dia akan mencoba untuk menghilangkan alerginya.

Suara bel rumah mengejutkan No Eul, dia pikir itu dari para reporter. Haruskah dia membuat konferensi pers dan mengatakan kebohongan?

Pororo menggonggong hingga membuat No Eul terkejut.


Didalam ruagan, Joon Young menatap Ji Tae dilayar. Ji Tae sedang berada diluar gerbang Joon Young, ia memberitahukan bahwa repoter telah pergi jadi Joon Young bisa mengeluarkan No Eul. 

Joon Young bergegas mematikan layarnya saat No Eul mendekat.



No Eul bertanya apa No Eul punya jalan rahasia, rumahnya kan besar seperti di drama – drama? No Eul meraih ponselnya yang sudah terisi penuh. Joon Young tiba – tiba berseru, “Batu gunting kertas..”

No Eul reflek membalas dengan kertas dan Joon Young menunjukkan gunting. Joon Young tersenyum, dia sudah menang. Ia menghukum No Eul untuk mencuci piring.




Awalnya No Eul heran tapi dia menurut saja dan kini berkutat dengan cucian menumpuk. Ponsel No Eul berdering, dia menerima panggilan dari Nari.

“Hey Eul, apa kau sudah melihat berita?”

“Tidak. Belum. Apa ada orang yang menyerangku lagi?”

“Ini sangat tak bisa dipercaya. Joon Young pasti gila.” Semprot Nari diujung telefon.


Joon Young berjalan keluar rumah, suara ketukan pada gerbang membuat Joon Young mendekat. Dibalik gerbang masih ada Ji Tae yang menantikan No Eul. Joon Young berbicara dengan lirih, dia tak akan melepas No Eul. Dia berniat akan mengambilnya.

“Dia bukan barang.”

Joon Young tersenyum, Ji Tae sendiri yang telah melepaskan tangannya. Jangan menyesali pilihannya dan menjauh dari No Eul.

“Aku pikir kau yang seharusnya mejauh darinya. Aku tak pantas untuknya tapi kau, kau lebih buruk dari pada aku. Pikirkan apa yang sudah kau lakukan padanya, bagaimana bisa kau masih sanggup menatap matanya dan mengatakan kalau kau menyukainya?”



“Shin Joon Young.” Tegur No Eul sudah bersiap pergi. Joon Young menghampiri No Eul dan mengatakan kalau disana masih ada reporter.

No Eul dengan marah bertanya apakah Joon Young sudah berpacaran dengan Yoo Na? Selama satu tahun? Dan dia hanya menggunakan skandal mereka agar bisa mengalihkan skandal Joon Young dengan Yoo Na. CEO namgoong sudah melakukan interview. Dan semua sudah menyebar di internet.

Joon Young tertawa tak percaya. Tidak mungkin. Entah darimana dia mendengarnya, tapi semua itu bohong.




No Eul masih tak percaya tapi sedikit bersyukur, dengan ini dia bisa berjalan tanpa beban lagi. Bahkan tak ada yang akan mengatainya sebagai wanita mata duitan. Dan dia masih bisa meminta uang kompensasi untuk perawatan psikologisnya. 

Joon Young memohon agar No Eul jangan mendengarkan orang lain. Dengarkan saja dia. Jangan percaya orang lain.

No Eul berniat pergi namun Joon Young menahan lengannya.



“Aku mencintaimu, Eul.” Lirih Joon Young. “Aku mencintaimu.”

No Eul meminta Joon Young berhenti, seluruh korea tahu kalau Joon Young aktor yang baik. Jadi dia memintanya berhenti berbohong.

“Aku mencintaimu.” Ucap Joon Young dengan suara bergetar. 

No Eul hampir menangis, dia mengatakan kalau Jik sudah memperingatkan dia bahwa Dunia mereka sudah berbeda. Dan jangan sampai bingung dengan tindakan kecilnya. Jangan sampai goyah dan sakit. Aku yang sudah gila! Aku sudah gila! Harusnya aku mendengarkan Jik.




Joon Young menatap pilu kedua mata Eul. Ucapannya mungkin sangat menohok hatinya. Dia pun membungkam mulut Eul menggunakan mulutnya. Eul sontak membulatkan matanya.


****

OMONAAAAA..... Suka banget sama episode kali ini.. ditengah manis banget, kaya gulali bikin mata bling bling liat senyuman ganteng Joon Young. Tapi akhirnya pilu..
Aku mungkin update previewnya, tapi agak siangan yah ^_^


Bersambung ke Eposide 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar