Kamis, 03 November 2016

Uncontrollably Fond Episode 6

“Kemana kau akan pergi?” tanya No Eul pada Joon Young yang kini tengah membawanya pergi. Joon Young memperingatkan No Eul untuk tak meminta mengeluarkan dia, dia tak ada niatan untuk menghentikan mobilnya.

Joon Young menekan gas mobilnya agar melaju lebih kencang.





*****


Ji Tae menuju ke tempat olah raga, dia menemukan Ayahnya sedang berolah raga disana juga. Ayah berkata kalau Ji Tae terlambat. Ji Tae tersenyum miris, dia mengaku kalau ia baru saja mendengarkan curhatan temannya.

“Temanku dan adiknya menyukai wanita yang sama. Sayang sekali.” ungkap Ji Tae dengan senyum sedih. “Ayah temanku punya hubungan yang buruk dengan keluarga si gadis. Temanku tak ada pilihan lain selain menyerah untuk mendapatkannya. Disisi lain, saudaranya, mengambil wanita itu dan membawanya pergi.”





Hyun Joon merasa sedikit aneh mendengar cerita Ji Tae, dia mengerutkan dahinya lalu mengatakan kalau kisah itu seperti drama yang ditonton oleh Nyonya Jang. Ji Tae hanya tersenyum mendengar ucapannya.

Ji Tae menghentikan olah raganya, dia mengajak Ayah untuk pergi minum dan melewatkan olah raga mereka malam ini.



*****
Joon Young menghentikan mobilnya, dia tak mungkin melajukan mobilnya lagi atau mereka akan masuk ke laut.

“Ayo kita menceburkan diri saja. Lagipula aku tak ingin hidup.” Ujar No Eul malas. “Kau tak bisa melakukannya kan? Dasar br*ngs*k.”

Joon Young menatap No Eul tajam, tangannya meraih starter dan menarik tuasnya bersiap melajukan mobil.



No Eul terkejut, dia bergegas mematikan mobil itu. Joon Young tanya bukankah dia yang ingin mati.

“Gila! Kau gila! Kalau kau mau mati, mati saja sendiri.”

No Eul bergegas keluar dan tak memperdulikan Joon Young yang memanggilnya. Ponsel Joon Young terdengar berdering, dia melihat ada panggilan Gook Young masuk. Joon Young mengbaikan panggilan itu lalu mematikan ponselnya.







Joon Young mengikuti kemana pun No Eul pergi namun No Eul tak memperdulikan dia. No Eul hanya menatap sinis Joon Young.





No Eul duduk ditepian pantai sambil menenggak soju yang baru ia beli di minimarket. Dia tampaknya sangat frustasi setelah semua kejadian yang menimpanya hari ini.

Dan tanpa No Eul sadari, dia meninggalkan ponselnya di mobil Joon Young. Ponsel No Eul bergetar menerima panggilan dari No Jik.





****
No Jik mengkhawatirkan No Eul karena sampai sekarang belum juga bisa menghubunginya. Na Ri juga khawatir dan bertanya – tanya kemana Joon Young membawa No Eul pergi.

Na Ri membuka internet dan melihat 10 pencarian teratas semuanya terkait dengan Joon Young dan No Eul. “Lihatlah komentarnya. Sepertinya fans Joon Young ingin membunuh No Eul.”





Mendengar kata fans Joon Young membuat No Jik ingat dengan Haru. Dia langsung menghubunginya. Haru menerima panggilan No Jik dengan malas. Tanpa basa – basi, No Jik memperingatkan Ha Ru untuk tak mengganggu No Eul. Kalau sampai dia menyentuh sehelai rambutnya saja maka dia akan membuat mereka membayarnya. Katakan pada semua bawahanmu!

“Hey!” sentak Haru bangun dari tidurnya.

“Dan kalau kau tak menghentikan komentar jahatmu, aku akan melacak IP-mu lalu menghancurkan kalian selamanya. Katakan pada mereka, juga.”

“Berani – beraninya kau. Kau tahu siapa aku? Beraninya kau mengancamku.”

No Jik memperingatkan mereka yang sudah mencari informasi pribadi No Eul. Kalau mereka macam – macam maka dia akan menunjukkan apa itu suram pada mereka. Haru yang punya harga diri tinggi bertanya dimana keberadaan No Jik sekarang? Dia akan menyuruh ayahnya mengirim polisi untuk menangkapnya.

“Yeowool Villa Block 102 Suite 210, Ssangmun-dong. Datanglah, aku akan menyambutmu kapan saja!” tegas No Jik.



Haru mendengus kesal, dia segera menghubungi Ayahnya. Dan hendak menceritakan masalah ini tapi malah Ji Tae yang mengangkat panggilan Haru. Ji Tae memberitahukan kalau Ayah mabuk dan sekarang pergi ke toilet. Ada apa?

“Ini hanya karena seseorang berfikir bahwa aku...” ucapan Haru terhenti karena dia ingat Ji Tae marah besar saat dia membahas masalah Joon Young dihadapannya. Haru langsung berubah jual mahal, “Tak usah dipikirkan. Memangnya kau mengenalku? Apa kau perduli padaku?”

Haru memutuskan panggilannya.



Hyun Joon kembali dari toilet dengan sempoyongan hingga Ji Tae harus membantunya berjalan. Hyun Joon tak tahu kenapa dia sekarang tak kuat minum banyak. Mungkin karena Ibu sangat protektif padanya.

“Sekarang kau tak bisa minum sebanyak yang kau mau.”

Hyun Joon tersenyum, dia mengajak Ji Tae untuk pulang.



****
No Eul sudah menghabiskan berbotol – botol soju sedangkan Joon Young hanya diam mematung memperhatikan dia. No Eul merogoh sakunya dan tak berhasil menemukan ponselnya.

No Eul melepas sepatu, “Apa mungkin disini?”

Jelas tak ada ponsel disana. “Tak ada. Apa kau tahu dimana?”

“Tidak.” Jawab Joon Young. No Eul yang mabuk makin bertingkah aneh, dia mengintip kedalam botol Soju. Apa mungkin disini?





Joon Young memberikan ponselnya. No Eul yang mabuk tak sadar kalau itu bukan miliknya. Dia dengan polos mengingat nomor panggilan cepat yang akan dia hubungi.





****
Ji Tae membawa Hyun Joon pulang dan Ibu khawatir melihat kondisi Hyun Joon mabuk berat. Dia seharusnya menjaga kesehatannya sekarang karena beberapa hari dia kurang tidur dan sibuk bekerja. Ji Tae meminta maaf.

Ibu menepuk pundak Ji Tae, dia sangat egois membuat Ayahnya sampai mabuk. Ibu lalu meminta Ji Tae membantu mengganti baju dan dia akan membuatkan teh madu.





Ponsel Ji Tae berdering menerima panggilan dari nomor tak dikenal. Dia mengangkat panggilan itu tapi tak ada suara siapa – siapa. Dia meminta orang diseberang telefon untuk berbicara.

“Kau tahu.. betapa beratnya untukku? Pura – pura tak menyukaimu itu.. kau tak tahu betapa sulitnya aku.”

Tenggorokan Ji Tae tercekat, dia tak sanggup menjawab ucapan No Eul.

“Kenapa kau sangat baik padaku... kenapa kau membelikanku baju dan makanan? Bahkan kau tak punya uang untuk dirimu sendiri. Kenapa kau selalu tersenyum padaku, perduli kalau aku sudah makan atau belum. Dan membawaku ke rumah sakit, kenapa kau melakukan semua itu?”



“Kau menolakku dua kali. Itu didepan umum juga, itu sangat memalukkan. Kenapa kau membuatku bingung. Kenapa? Apa yang membuatmu spesial? Katakan! Kau tak lebih kaya dari Joon Young. Kau lebih tua darinya. Dia punya tiga mobil dan kau tak satupun. Kau tak punya rumah. Apa yang membuatmu menolakku?!” teriak No Eul sambil menangis.

Joon Young tak bisa mendengar ocehan No Eul, dia meminta ponselnya. No Eul menolak dan memegang ponsel Joon Young dengan kedua tangannya.







“Bisakah kau memikirkannya untuk yang terakhir kali? Kau bisa menangkapku kalau kau mau. Aku janji aku akan sangat baik padamu. Tolong bawa aku kembali. Kau bisa berkencan dengaku, kumohon?”

Ji Tae masih tak bersuara dan seolah menahan diri untuk mengungkapkan perasaannya juga.



Joon Young merebut ponsel dari tangan No Eul. No Eul mencoba meraihnya lagi tapi Joon Young tak mau. No Eul berusaha merebut tapi Joon Young lebih memilih meleparkan ponsel itu ke laut dari pada memberikannya pada No Eul. Dia hanya mempermalukan dirinya sendiri.







*****
Ji Tae bergetar menahan emosinya yang benar – benar ingin ia luapkan. Tapi dia segera meredam segalanya saat melihat Hyun Joon menggerakkan badan. Ji Tae menawarkan minum pada Ayah namun Ayah menggerakkan tangan, dia tak mau. Hyun Joon kembali tertidur.

Ji Tae menatap Ayah dengan sedih.

“Ini kesalahanmu. Karena apa yang kau lakukan, telah membuatku tak bisa bersama No Eul.”



*****
No Eul meminta Joon Young untuk pergi dan mengambil ponsel yang sudah dia buang. Joon Young menolak, lagipula itu ponselnya.

“Pergi dan ambillah! Aku belum selesai bicara dengan Ahjussi.”
“Pergi dan ambil sendiri!!!” bentak Joon Young marak.





No Eul berjalan sempoyongan ke tepian pantai. Joon Young terkejut karena No Eul nekat mengikuti kata – katanya. Dia berlari menghampiri No Eul untuk menariknya ke darat. No Eul menolak, lepaskan aku!

Joon Young hilang kesabaran, dia pun memikul tubuh No Eul dengan paksa.





Dia menaruh No Eul ditepian dan mereka sama – sama berteriak, YAKK!

Joon Young mendudukkan No Eul yang sudah setengah sadar. “Bisakah kau melihatku?! Pikirkan apa yang sudah kulakukan padamu! Kau tak bisa melihatku?”

No Eul menatap kedua mata Joon Young dalam, “Ahjussi..” rengeknya.

Joon Young yang kesal melepaskan tubuh No Eul. No Eul terkulai lemas di batuan dan masih merengek memanggil nama Ahjussi.





*****
Sinar matahari menerobos masuk ke kamar yang tengah ditempati No Eul. Dia mulai tersadar dan memijit kepalanya yang pusing. Dia bangun, melihat bayangannya dicermin dengan pakaian yang sudah berganti. No Eul mencubit pipinya dengan kasar, dia memang tidak sedang bermimpi.



No Eul menemukan bajunya sudah tergantung dipelataran. Bibi pemilik penginapan sudah membawakan No Eul, dia mabuk parah semalam. No Eul tanya kenapa bajunya tergantung disana?

Bibi terkejut karena No Eul tak ingat sama sekali apa yang terjadi. Dia sendiri yang masuk ke laut dan datang basah kuyup lalu melempar semua pakaiannya. Suaminya susah payah membantunya berganti pakaian.





“Suami?”
“kau bahkan tak mengingatnya? Dia tinggi dan datang dari Seoul. Bukankah kau sudah menikah?”

“kau bilang... orang yang memakaikan ku baju adalah suami... bukan, maksudku... si br*ngsek itu? Dia yang memakaikanku baju?”

Bibi berdecak heran, memang benar suaminya yang menggantikan baju. Lagipula bukankah dia sudah pernah melihat dia tanpa pakaian sebelumnya?





No Eul menyilangkan tangan didepan dada. Dia memandang pakaiannya yang basah kuyup dengan ngeri. “Tak mungkin...”



*****
No Eul mencari Joon Young dimobilnya yang terparkir ditepi pantai. Tapi Joon Young tak ada disana, No Eul malah menemukan ponselnya yang sudah kehabisan baterai. No Eul kembali mengingat ucapan Bibi kalau suaminya pasti sudah melihat dia tanpa baju sebelumnya.

No Eul menarik kerah bajunya ngeri, “Aku tak bisa mengingat apapun, aku tak bisa.”




Di cafe, No Eul menemukan koran dengan headline dirinya dan Joon Young. Dia membaca koran itu. Pelayan datang untuk mengantarkan ponsel yang sudah terisi penuh baterainya, dia menatap wajah No Eul dan berhasil mengenali dia sebagai pacar Joon Young.

No Eul langsung menarik syalnya, “Aku lahir dan tumbuh disini, aku tak pernah meninggalkan tempat ini.”

Pelayan tersenyum, kalau memang dia tumbuh disini kenapa dia menggunakan dialek jeolla diprovinsi Gyengsang. No Eul masih berusaha mengelak meskipun kebohongannya sudah nampak jelas.







Saat perjalanan dalam bus pun orang – orang mengenali No Eul. Mereka bergunjing dan mencemooh cara berpakaiannya.

No Eul berdecak mengabaikan. Dia lalu menghubungi No Jik, dia minta maaf tak menghubunginya semalam dan membuatnya khawatir.



“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Jik pura – pura.

“Kau tak melihat berita?”

No Jik mengatakan kalau dia ini pejalar, mana sempat dia membaca berita. No Eul pun bersikap kalau semuanya baik – baik saja. Dia bilang kalau dia ada diluar Seoul untuk urusan kerja. Dia akan segera pulang.

No Jik mengiyakan, dia pamit mematikan ponselnya karena kelas sudah mau mulai. No Eul mengingatkan agar No Jik jangan sampai melewatkan makan siang.



*****
Na Ri bertanya kenapa No Jik harus berbohong, dia bahkan tak sempat mengerjapkan matanya untuk tidur karena khawatir. No Jik menahan amarahnya yang menggebu – gebu, “Kalau aku mengatakan padanya, dia akan lebih kecewa. Tunggu saja sampai Shin Joon Young kembali. Aku akan menghajarnya.”





Kembali pada No Eul yang memeriksa daftar panggilan yang masuk ke ponselnya. Ahjussi sama sekali tak menghubungi dia dan tak mengkhawatirkannya.

No Eul terdiam, “Ahjussi?”



KILAS BALIK, Joon Young menggendong No Eul yang mabuk, dia masih terus merengek memanggil nama Ahjussi.

“Aku Shin Joon Young. Aku berhak mendapatkan lebih dari ini. Kau tak tahu betapa beruntungnya kau.”

“Ahjussi...”

“Kau katakan sekali lagi, aku akan melemparmu ke laut.” Bentak Joon Young.



No Eul mengangguk dan disaat bersamaan dia memuntahkan isi perutnya ke jaket Joon Young. Joon Young berteriak kesal, AISH!





Kembali ke masa kini, No Eul memijit kepalanya pusing memikirkan apa yang sudah dia lakukan pada Joon Young. Dia sampai keceplosan dan berteriak keras di bus.

Sontak semua orang menatapnya tapi No Eul sudah tak perduli dengan siapa – siapa.



*****
Ponsel Ji Tae berdering menerima panggilan dari No Eul namun dia segera menolak panggilannya. dia sedang meeting penting untuk membahas proyek sebuah restaurant.

Berbeda dengan sikap bodoh Hyun Woo, Ji Tae bersikap tegas tanpa ampun mengungkapkan semua keburukan bawahannya yang sudah menunjukkan proposal yang tak berdasar, tak menarik dan ketinggalan zaman. Dia terlalu asik pergi ke sauna bermain golf dan membiarkan bawahannya mengerjakan semua pekerjaannya.

Bawahan Ji Tae meminta maaf, dia akan memperbaikinya. Ji Tae tak mau memberikan toleransi dan menyuruh orang lain untuk menangani proyek tersebut. Lalu mengakhiri rapat mereka hari ini.





Ponsel Ji Tae kembali berdering. Melihat nama No Eul muncul, Ji Tae kembali menolaknya. Mungkin dia akan benar – benar menjauhi No Eul saat ini.





*****
Dikantor, CEO Namgoong sibuk menerima panggilan dari beberapa reporter yang menanyakan kabar terbaru Joon Young. CEO Namgoong mengelak kalau No Eul bukanlah pacar Joon Young.

Gook Young menghubungi No Eul dan bertanya dimana Joon Young. No Eul jelas tak tahu. CEO Namgoong marah besar dan menyuruhnya untuk membawa Joon Young kembali dan berkata kalau No Eul sudah membawa dia kabur.

“Hei! Aku juga korban disini!” teriak No Eul kesal. Seisi bus kembali terkejut mendengar lengkingan suara No Eul. Baginya Joon Young bersalah, dia yang br*ngsek.







Kilasan ingatan No Eul kembali muncul, setelah Joon Young merebahkan tubuhnya di penginapan. Joon Young menyapu muntahan No Eul dengan sapu tangan. Bibi pemilik penginapan menyuruh Joon Young untuk menggantikan pakaiannya juga, kalau hanya membersihkan wajahnya tak akan cukup.

Joon Young ragu, dia dengan malu meminta bantuan Bibi. Bibi menolak, dia kan lebih muda. Lagipula dia suaminya, dia sudah biasa melihatnya kan.

Joon Young tersenyum kikuk, “tapi....”







Bibi tak mendengarkan alasan Joon Young, dia pergi meninggalkannya.

Joon Young maju mundur, antara iya atau tidak. Dia perlahan melepas satu persatu kancing baju No Eul.

“Ahjussi..” rengek No Eul lagi.

Wajah kikuk Joon Young berubah kesal. Dia menepuk mulut No Eul saat itu juga. Hahaha.







*******

Man Ok dan Young Deuk menunjukkan komentar negatif mereka untuk Joon Young dengan bahagia. Lalu suara Gook Young terdengar meneriaki mereka sebagai Pretty Spy dan Slang dragon. Dia mengancam kalau ia telah mengirimkan aduan pada polisi. Mereka harus memeriksa email mereka.



Man Ok memanggil Young Ok, Ahjumma?

“Mereka tidak melakukan pelanggaran. Aku yang memasang komentar-komentar jahat itu, dan aku juga meminta mereka untuk menulisnya. Kalau kau ingin menuntut seseorang, tuntut aku saja.”
























































































CEO Namgoong hilang kesabaran, dia membentar Young Ok yang bersikap kejam pada putranya. Seharusnya dia menjaganya, kenapa dia malah memperlakukannya seperti itu.
Gook Young mencoba untuk menenangkan CEO Namgoong tapi gagal. CEO berkata kalau dia sudah lama memendam perasaannya ini. dia sudah menahan diri demi Joon Young, dia hanya akan bicara kebenaran.

Young Ok membentaknya. CEO Namgoong tak terima dirinya diperlakukan seperti itu, dia lebih tua dari nya dan dia masih berani membentak. Young Ok tak perduli, kau boleh meremehkanku juga kalau begitu.

CEO Namgong berdecak, kalau orang tua lain mungkin sudah memujanya kalau anaknya bisa sukses seperti Joon Young.

“Apa yang ingin kau katakan kepadaku sementara kau merebut.. putraku yang pandai dan menjadikannya badut?”

“Apa, badut? Badut? Dia bintang Hallyu, bukan badut!”

CEO Namgoong sudah tak perlu mempertanyakan darimana asal watak egois Joon Young. Ibunya sendiri saja tak waras. Jung Shik muncul dan menarik kerah jas CEO Namgoong, dia tak terima Young Ok dikatai tak waras.

Dia menyuruhnya untuk meminta maaf. Young Ok makin tak nyaman dengan keributan ini, dia hanya ingin mereka berhenti.

“Cepat lepaskan dia. Jangan bereaksi! Diam saja! Jauhi putraku! Kau, jauhi dia. Kau juga. Jangan lakukan apapun!”

Young Ok pergi meninggalkan mereka, Gook Young mengatakan kalau mereka harus menemukan Joon Young lebih dulu.

CEO Namgoong meminta bantuan Gook Young agar Jung Shik mau melepaskannya. Jung Shik menolak, yang Young Ok katakan hanyalah dia. Dia sudah diam ditempat sekarang ini.

Young Ok keluar dari cafe dengan kesal, dia juga sebenarnya penasaran dimana Joon Young sekarang. Dan wanita siapa yang berkencan dengannya.

Ponsel Young Ok berdering, sebuah pesan diterimanya. Disana ada foto Hyun Joon bersama Haru dan temannya. Pesan itu mengatakan kalau Hyun Joon telah datang ke konser putra Young Ok.

Tak jauh dari sana, Istri Hyun Joon sedang memperhatikan Young Ok. Eun Soo bertanya, apa pengawalnya tahu kenapa Joon Young kemarin ada dirumah sakit?

*****
Hyun Joon sedang berada disebuah acara pertukaran budaya China dan Korea. Dia bisa bicara bahasa china dengan lancar. Sepertinya mereka asyik dengan pembicaraanya.

Tanpa sengaja Hyun Joon melihat sosok yang sangat dikenalinya. Young Ok berjalan melewatinya dengan pakaian anggun dan menggunakan polesan make – up juga. Dia meminta rekannya untuk mengantarkan tamu mereka ke aula.

Hyun Joo menyapa Young Ok didepan lift. Wanita itu dengan tertawa berkata kalau Hyun Joon kembali memanggilnya Young Ok. Dia ini bukan Young Ok melainkan Madam Song. Madam Song memberikan kartu namanya dan berkata kalau dia sekarang membuka cabang di Gangnam. Dia memberikan kartu namanya.

Madam Song memberikan kecupan perpisahan dari dalam lift sedangkan Hyun Joon masih menatapnya terpaku didepan lift.

*****
Na Ri memakaikan kacamata hitam untuk No Eul. No Eul kesal kenapa dia harus melakukan sampai sejauh ini? Nari akan menunjukkan seberapa besar masalah yang tengah dihadapi sahabatnya itu. berita yang tersebar diinternet mengatakan kalau No Eul menjadi PD film dokumenter Joon Young karena dia mengancamnya dengan sebuah video lalu dia memerasnya dengan itu.

 Apa? Itu tidak masuk akal.”

Nari membungkam mulut No Eul, memang terdengar tak masuk akal tapi orang – orang akan mempercayai apapun yang ingin mereka percayai. No Eul berkata bahwa wajahnya disamarkan kok di koran. Nari tahu itu, tapi kalau gambar yang tersebar di internet menunjukkan keseluruhan wajahnya. Mereka mencari informasi No Eul, bahkan mungkin mereka tahu merk pakaian dalam yang dia gunakan.

“Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku pindah ke luar negeri?”

Ponsel No Eul berdering, dia mengangkatnya denga malas. Diseberang telefon, Gook Young menanyakan keberadaan Joon Young. No Eul jangan bohong padanya.

“Kenapa aku harus berbohong? Aku sudah menjadi orang paling dicari. Apa aku juga pembohong? Aku tidak mengetahui keberadaan Joon Young. Kalau kau sudah sangat frustrasi, hubungi saja polisi! Dia penculiknya. Minta polisi menangkap...”

Nari meletakkan telunjuknya didepan bibir karena suara lantang No Eul sudah membuat banyak mata memperhatikan mereka. No Eul masih terus mengoceh hingga akhirnya dia membungkap mulut berisik No Eul.

*****
Jik sedang membuang sampai. Ketika dia berbalik, dia dikejutkan dengan kehadiran Haru disana. Haru mengejek sikap Jik yang hanya berani mengancam, dia datang kesana malah Jik ketakutan. Jik mengaku kalau dia tak takut, hanya saja dia terkejut melihat orang jelek dari dekat.

Haru tanya, apa sebenarnya hubungan Jik dengan No Eul? Kenapa dia sampai mengancamnya.

“Sampai sebatas itu saja. Aku selalu melindunginya, dan aku akan mengancam siapapun yang mengancamnya. Jadi, jangan memaksaku untuk melewati batas.”

Jik berniat meninggalkan Haru tapi Haru menahan tangannya, dia tanya dimana keberadaan No Eul. Jik sinis, kau ingin mengirim temanmu untuk membunuhnya?

“Aku tidak akan melakukan itu. Beri tahu di mana dia. Joon Young menghilang setelah pergi bersamanya. Tidak seorang pun di media sosial yang mengetahui keberadaannya. Mereka mengatakan kalau dia menyukai uang. Kalau dia menjualnya atau...”

Jik tiba – tiba membopong Haru lalu menaruhnya dalam bak sampah. Haru berniat bangkit tapi Jik menahan kepalanya. Haru mengancam akan memberitahukan Ayahnya, ayahnya jaksa terkenal.

“Kenapa aku dituntut karena membuang sampah ke tempatnya?”

Haru marah, dia menggingit lengan Jik dengan sekuat tenaga. Jik pun meringis kesakitan.

 
*****
No Eul melenggangkan kaki dijalanan, beberapa orang menatapnya aneh. Style yang entah darimana kiblatnya itu terlihat aneh, memakai topi pantai dijalan. Dengan kacamata hitam tengah malam.
No Eul mencoba cuek saja. Dia lalu menerima panggilan dari manager Joon Young lagi. Dia menggerutu kesal.


Ingatannya kembali melayang saat dia bersama Joon Young. Malam hari setelah mabuk – mabukan, No Eul bangun dari tidurnya. Dia muntah – muntah diluar kamar.

No Eul setengah sadar melihat Joon Young sedang mencuci tengah malam.

“Kenapa kau masih bangun? Apa kau ingin muntah lagi?” tanya Joon Young padanya.

No Eul menerima panggilan Gook Young, dia meyakinkan kalau dia memang tak tahu keberadaanya. Saat dia bangun, Joon Young sudah tak ada disana. Dia bahkan meninggalkan mobilnya dipinggir pantai. No Eul akan mengirimkan alamat tempatnya pada Gook Young.

No Eul pulang ke rumah, naun dia sudah disambut oleh puluhan wartawan didepan rumahnya. No Eul bersembunyi dibalik mobil dengan kesal.

Seseorang menepuk pundak No Eul, No Eul terkejut saat melihat pria dibelakanganya adalah Ji Tae. Ji Tae memberi tanda agar No Eul janga berisik.

Bong Sook menghidangkan sup untuk No Eul, dia memujinya yang kini sudah menjadi terkenal. No Eul suntuk, ini bukan seperti yang dia pikirkan. Bong Sook berbisik, dia tahu kalau No Eul ingin menjaga identitasnya tapi dimana keberadaan Joon Young sekarang?

Ji Tae kasihan dengan No Eul, dia lalu menunjuk kalau daging yang ada disana sudah hampir matang. Bong Sook mengeluarkan candaan, Ji Tae menatapnya tak mengerti. Bong Sook malu, dia tertawa garing dan pergi. Dia mengingatkan No Eul untuk memberikan tanda tangan sebelum pergi.

Ji Tae melihat No Eul yang duduk tak nyaman. Dia mengomentari penampilannya, dan menyarankan untuk jangan menggunakan kacamata itu. tak memakainya saja, dia sudah sering tersandung. Dan topi No Eul tampak berlebihan.

“Kau benar.” Lirih No Eul.

Ji Tae mengganti topi No Eul dengan miliknya lalu melepas kacamata hitamnya. No Eul tanya apakah Ji Tae iri dengannya? Kalau dia tak pergi maka dia akan menjadi terkenal sepertinya.

“Mm.”
“Pengecut.”
“Mm”

No Eul heran bagaimana Ji Tae masih bisa datang menemuinya. Dia pikir Ji Tae akan pergi menghilang dan tak akan menemuinya lagi.

“Aku merasa seperti itu. Tapi, aku tetap datang ke sini. Aku juga sama bingungnya seperti kau.” Jelas Ji Tae. Dia mengajak No Eul untuk mulai makan, mienya nanti lembek. Apa mungkin mereka harus makan sup pereda mabuk?

No Eul bersiap makan, bagaimana kau tahu kalau aku semalam mabuk?

Ji Tae mengaku menerima panggilannya saat No Eul mabuk. No Eul tak ingat, dia tak melihat catatan panggilan keluar pada Ji Tae.

“Kau meneleponku dengan menggunakan ponsel Shin Joon Young. Saat kau meneleponku, apa dia bersamamu?” tanya Ji Tae sedih.

No Eul mencoba mengingat – ingat tapi tetap saja tak bisa. Dia tak tahu. Dia penasaran dengan apa yang sudah ia tanyakan pada Ji Tae. Ji Tae tertawa, dia juga sudak lupa.

Ji Tae menerima panggilan dari Jung Eun, dia permisi kebelakang. Sedangkan No Eul memukuli kepalanya dengan frustasi, kekacauan apa saja yang sudah dia buat.

Jung Eun dan Ji Tae basa – basi busuk sampai akhirnya Jung Eun tanya apakah kemarin Ji Tae datang ke konser Joon Young. Ji Tae mengelak, dia tak akan punya waktu untuk melakukan hal semacam itu.

“Baiklah. Ternyata bukan kau. Seseorang mengatakan mereka melihatmu di sana.” Ucap Jung Eun dengan senyum sinisnya. Dihadapannya kini terdapat beberapa foto yang menunjukkan Ji Tae berada didepan gedung konser dengan menggandeng tangan No Eul.

“Jeong Eun, bagaimana kalau kita makan malam bersama besok?” ajak Ji Tae.

No Eul merendam wajahnya setelah ingat percakapan di dengan Ji Tae ditelefon. No Eul mendongak terkejut karena dia juga mengingat sesuatu yang lain.

Malam itu, Joon Young merebahkan diri tidur disamping No Eul. Dia menatap wajah tidurnya, sedangkan No Eul sempat tersadar tapi mengabaikan Joon Young. Dia membalikkan badan memunggunginya. Pura – pura kembali tertidur.

“Wanita aneh yang meninggalkanku, tidak mau melihatku bahkan sebentar saja. Bahkan, dia menginginkan pria yang mengabaikannya. Aku Shin Joon Young.”

Perlahan mata No Eul terbuka, dia mendengarkan ucapan Joon Young sedari tadi.

“Haruskah aku menghiburnya? Haruskah aku mengancam akan memukulnya kalau dia tidak berhenti? Sudah jelas dia tidak normal. Haruskah aku membawanya ke dokter? Atau mungkin aku sudah terlambat. Haruskah aku melupakanmu? dan melepaskanmu ke pelukan pria itu?”

Ji Tae kembali menemui No Eul namun mejanya sudah kosong. Bong Sook memberitahukan bahwa dia sudah pergi.

No Eul sampai ke pantai tempat mobil Joon Young, dia menggunakan taksi dan biayanya lebih dari 400 ribu won. No Eul mencoba menawar tapi sopir menolaknya, tak ada sopir taksi yang bisa ditawar.

No Eul ragu memberikan kartu ATMnya, “Apa kau menerima cicilan?”

Mobil Joon Young masih terparkir diposisi semula. Gook Young menghampirinya, dia sudah mengerahkan orang untuk mencari Joon Young tapi belum membuahkan hasil. No Eul menyarankan untuk melapor pada polisi? Gook Young menolak keras, kalau mereka melakukannya maka media akan mencium masalah mereka.



“Menurutmu mungkinkah dia berjalan ke laut?” Gook Young bergegas ketepian jembatan dan mulai memanggil-manggil Joon Young.

“Bagaimana kalau dia benar-benar mati?” tanya No Eul.

“Kita harus pergi menjemputnya!”

Gook Young menuduh No Eul mungkin yang sudah membuangnya. Harga jam tangannya saja puluhan ribu dolar, mungkin dia yang sudah merapasnya. No Eul dongkol, “Aku membunuhnya. Aku menginginkan uangnya, jadi, aku membunuhnya. Kenapa? Berapa banyak uangmu? Haruskah aku membunuhmu?”

Gook Young melempem, dia hanya punya banyak hutang.

No Eul meninggalkan Gook Young tapi Gook Young memanggilnya. Dia tanya kenapa No Eul harus menolak pernyataan cinta Joon Young dihadapan semua orang? Kalau sampai terjadi sesuatu yang dratis karena itu, maka dia tak akan diam.

No Eul menuju ke tempat menginap yang mereka tempati semalam. Pemilik rumah mengatakan kalau semalam banyak orang yang mencari suami No Eul. Mereka seolah bersikap kalau Joon Young dan No Eul sedang berselingkuh.

“Dia benar-benar tidak memberitahumu ke mana dia pergi?”

“Tidak. Dia memintaku memasak sup pereda mabuk untukmu. Karena bajumu belum kering, dia memberiku banyak uang untuk memberikan bajuku kepadamu.”

No Eul duduk terpekur dikamar tempat dia menginap. Dia menyesali ucapannya yang selalu berdoa agar Joon Young cepat dijemput oleh malaikat dan menghilang dari hadapannya. Dia harap dia tak mengucapkan hal itu.

Ingatan No Eul kembali muncul, di saat ia tertidur. Joon Young duduk tak jauh darinya. Dia menatap lurus pada sebuah foto pulau yang indah.

No Eul bertanya pada pemilik rumah, dimana tempat yang ada dalam gambar itu. Bibi mengatakan kalau tempat itu ada dipulau seberang. Dia bisa kesana dala waktu 40 menit dengan kapal.

No Eul bergegas menuju dermaga tapi masih terlalu pagi dan jadwal penyeberangan pertama itu pukul 7.30 dan sekarang baru jam 05.09. No Eul duduk kedinginan menanti didepan pintu.

Tapi tanpa sengaja dia melihat nelayan yang bersiap melaut. No Eul menghampirinya dan meminta izin untuk menumpang.

No Eul berhasil menyeberang dan dia mencari disetiap sudut pulau kecil untuk menemukan Joon Young. Dia belum juga menemukan jejaknya padahal dia sudah sampai jatuh kelelahan.


No Eul menghubungi Gook Young, “Ini aku, Eul. kau sudah menemukan Joon Young?”

“Belum. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang buruk. Kalau kita tidak menemukannya hari ini, kami berencana melaporkannya ke polisi.” Jawab Gook Young menangis.

No Eul kembali melakukan pencarian, dia melihat sosok Joon Young sedang tidur menghadap laut. No Eul berdiri tepat dihadapannya.

No Eul marah dengan sikap Joon Young, bagaimana dia bisa tidur saat orang lain sangat mengkhawatirkannya. Dia bahkan sampai naik taksi dan berdiri kedinginan didermaga hanya untuk mencarinya.

Joon Young bungkam. Dia berjalan meninggalkan No Eul. No Eul mengejarnya.

“Apa kau pikir ini mimpi? Ini bukan mimpi. Aku benar-benar Eul. Aku datang jauh-jauh ke sini untuk mencarimu. Kau benar-benar mengira ini mimpi, ya?”

No Eul berniat mencubit Joon Young agar dia sadar. Joon Young menahan tangan No Eul.
“Pergilah.”
“Apa?”
“Pergilah dan menghilang dari hadapanku.”

Joon Young dengan wajah datar meninggalkan No Eul begitu saja.

******

Bersambung ke Episode 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar