Minggu, 06 November 2016

The K2 - Episode 1


Seorang gadis tengah rebahan di ranjangnya. Dia tak terlelap dan wajahnya tampak menyimpan keresahan. Gadis itu tanpa henti memainkan jemarinya. Diam.


Dia memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya. Ia bersimpuh di lantai dan menyatukan kedua tangannya di depan dada. Ia berdoa.

Tampak sorotan lampu mobil datang. Gadis itu dengan riang mengira ayahnya telah kembali. Ia pun bergegas keluar dari kamar menuruni tangga.



Rupanya Ayah gadis itu tidak pulang. Dia, Anna kecil melihat ke arah kamar Ibunya yang tampak aneh. Seperti ada sorotan – sorotan senter yang menyala dalam kamarnya. Perlahan Anna mendekati kamar Ibunya dan membuka pintu kamar tersebut. Ia menemukan Ibunya tergeletak di lantai dengan obat yang berceceran disampingnya. Jendela kamar terbuka lebar.

Anna kecil jelas bingung berbuat apa. Dia menghampiri ibunya dengan mata berkaca – kaca “Ibu...”


Tanpa Anna sadari, seorang pria berpakaian serba hitam berdiri dibelakangnya. Pria itu kemudian menutup pintu kamar. Terdengarlah suara lengkingan jeritan Anna.

-oOo-


Anna digandeng oleh seorang wanita bule menuju ke sebuah gereja megah. Wanita itu menggandeng Anna dengan kasar, dia berjalan dengan kencang meskipun Anna harus berusaha keras mengikuti langkah kakinya.

Wanita itu kemudian meninggalkan Anna didepan seorang biarawati dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.



Anna jelas tak tahu harus berbuat apa. Dia berdiri dengan gusar menatap ke arah si biarawati asing itu.


Anna mengikuti biarawati itu menuju ke suatu tempat. Dia tak menangis ataupun merengek. Namun bisa kita lihat bagaimana wajah frustasi dan tertekan Anna. Matanya meremang ingin menangis namun tertahan.


Denting lonceng terdengar nyaring. Rupanya waktu telah berputar dengan begitu cepat. Kini Anna sudah tumbuh dewasa. Dia berjalan menghindari para biarawati yang ada disana dan menggunakan kesempatan ini untuk bisa kabur dari gereja.



Anna berlari melewati jalanan ber –aspal menuju ke kota tanpa menggunakan alas kaki sama sekali. Dia terus berlari dan berlari tanpa memperdulikan orang – orang yang ada disekitarnya. Wajahnya ketakutan. Tubuhnya kumal. Ramburnya berantakan.



Tanpa sengaja, Anna menabrak seorang pria ditengah jalan. Uang koin yang ada dalam genggamannya terjatuh semua. Anna tak mungkin meninggalkan uang itu, dia pun berjongkok memunguti koinnya ditengah jalan.

Lampu merah berganti hijau, orang – orang meng –klaksonnya agar Anna cepat pergi. Anna telihat semakin panik mendengar suara klakson yang nyaring.



Disebuah kamar yang berantakan berisi gunting serta perban yang berlumuran darah. Seorang pria, Kim Je Ha tengah rebahan dengan tubuh penuh darah. Perutnya terluka parah, ia perban luka itu sekenanya.



Susah payah, Je Ha membawa tubuhnya berdiri dan berjalan menuju ke arah jendela kamar. Dia mengintip ke jalanan diluar tempatnya menginap. Tak ada yang mencurigakan disana namun Je Ha tetap bersikap waspada.


Je Ha sudah berada dijalanan menggunakan pakaian serba hitam. Dia mencoba menghindar dari tangkapan kamera CCTV dan terus menunduk menyembunyikan wajahnya.


Seorang pria gay tak dikenal menghampiri Je Ha, dia tergoda dan menganggapnya sebagai barang hot. Dia mencoba merayu Je Ha namun pasangannya marah. Dia langsung menyalahkan Je Ha “Kau mencoba untuk memulai sesuatu?! Kau mau berkelahi denganku?”

Je Ha sama sekali tak perduli. Fokusnya malah pada kamera yang terpasang didepan sebuah bangunan. Dia terus menunduk dan berjalan melewati dua pria gay tanpa memperdulikan mereka.



Anna masih sibuk dengan pelariannya. Sekarang malah ada dua pria bewok yang mencoba mengejar Anna.


Anna menuju ke tempat pembelian tiket. Dia memasukkan uang recehnya dan meminta petugas tiket memberikan tiketnya dengan cepat. Petugas itu seolah menyepelekan Anna dan melayaninya dengan ogah – ogahan.

“Cepat!”

Petugas itu hanya melirik sebentar dan menghitung uang koin Anna dengan malas. Setelah uang selesai dihitung, dia memberikan sebuah tiket pada Anna.


Pria bewok yang mengejar Anna berhasil melihatnya. Dia tersenyum sinis karena buruannya akan segera tertangkap.



Anna berlari dan tanpa sengaja menubruk Je Ha dipersimpangan jalan. Dengan  nafas terengah – engah, dia mengucapkan maaf dalam bahasa korea. Namun sedetik kemudian dia mengubahnya dengan bahasa spanyol “Maafkan aku.”

Je Ha memperhatikan Anna yang tampak kesakitan untuk berdiri. Dia mengulurkan tangannya dan berbicara dalam bahasa korea “Apa kau baik – baik saja?”

Sadar kalau Je Ha adalah orang Korea. Anna memohon bantuan padanya. Je Ha sendiri sepertinya dalam pengejaran, dia memperhatikan kamera CCTV yang terpasang disetiap sudut ruangan. Je Ha cepat – cepat menunduk dan mengabaikan Anna.



Anna sampai bersujud dihadapan Je Ha meminta bantuan. Je Ha masih diam ditempat tak memberikan respon sampai akhirnya pria bewok yang mengejar Anna datang. Anna buru – buru bangkit dan kembali berlari.



Je Ha melanjutkan perjalanannya. Pria bewok yang berpapasan dengan Je Ha melemparkan kedipan padanya. njiir..


Anna bersembunyi dibalik pilar dengan nafas terengah – engah. Kakinya terluka akibat goresan dengan jalanan yang kasar. Ia mencoba menahan nafas dan bergerak sehati – hati mungkin agar pria bewok yang ada didekatnya tak menyadari keberadaannya.


Pria bewok celingukan, dia tak menemukan Anna dan memutuskan untuk kembali. Anna bisa sedikit menghela nafas lega. Namun ternyata kelegaan itu hanya berlangsung beberapa detik saja, pria bewok merasa curiga dan kembali mengecek pilar yang ada disana.

Pria bewok jelas bisa tersenyum senang menemukan Anna tengah bersembunyi dibalik pilar “Main petak umpetnya sudah berakhir. Ayo kembali ke rumahmu!”

“Tidak!”

“Kau mulai membuatku risih!”


Anna mencoba untuk kabur tapi pria bewok menjagal tangannya. Je Ha muncul dan membantu Anna. Dia menyuruh pria bewok untuk berhenti. Dia lalu berkata pada Anna agar segera pergi.

Terjadilah perkelahian antara pria bewok dan Je Ha. 



Anna sempat memperhatikan perkelahian diantara mereka. Je Ha mampu mengimbangi kemampuan berkelahi pria bewok, dia malah bisa mengunggulinya. Dia menendang pria bewok sampai terjungkal ke tanah. 

Pria Bewok melihat Anna masih berdiri tak jauh dari sana. Dia mencoba mengabaikan Je Ha dan mengejar Anna.



Jelas Je Ha tak membiarkan pria itu menangkap Anna begitu saja. Dia berlari dan menendang pria bewok lagi. Pria bewok tak bisa mengelak, dia harus melawan Je Ha sebelum mengejar Anna. Dia mencoba untuk membanting Je Ha namun Je Ha menggunakan kesempatan ini untuk menendang kepala pria bewok.

Pria bewok tergeletak di tanah, Je Ha segera menyikat lehernya menggunakan lengan. Dia terus menahannnya sampai pria itu kehabisan nafas dan pingsan.



Je Ha melihat dompet pria bewok dan ternyata pria itu adalah seorang polisi. “Sialan..” desisnya dan memilih untuk segera kabur.


Perkelahian antara Je Ha dan pria bewok tertangkap kamera CCTV. Petugas stasiun segera menghubungi penjaga kalau terjadi perkelahian di peron dua.


Anna kembali muncul dihadapan Je Ha. Dia memohon agar Je Ha mau menolongnya. Ayahnya ada di Madrid, kalau Je Ha mau menolongnya maka Ayah akan memberikan hadiah yang besar untuknya. Aku mengatakan yang sebenarnya!

Je Ha menolak dengan keras. Dia menyuruh Anna untuk pergi. 

“Orang – orang jahat itu mencoba untuk membawaku, Tuan!” tutur Anna.



“Kalau polisi adalah orang jahat untukmu maka kau yang sebenarnya jahat, kan? Lepaskan aku, cepat! Jangan hidup seperti ini!”

Anna masih terus memohon. Dia panik bukan kepalang ketika melihat petugas stasiun datang menghampiri mereka. Anna menggosok – gosokkan kedua tangannya memohon bantuan.

“Cepat lepaskan dan pergi.” Ucap Je Ha.






Je Ha membiarkan Anna untuk pergi dan dia menghadapi dua polisi yang berjaga disana. Polisi itu mengarahkan pistol padanya “Angkat tanganmu! Kami punya beberapa pertanyaan untukmu!”

Je Ha melihat salah satu polisi hanya membawa senjata pentungan. Je Ha yang awalnya bersikap patuh pun mulai beraksi. Dia menyerang polisi yang menggunakan pistol sebagai senjata lalu dengan kilat mengeluarkan peluru yang tersimpan dalam pistol tersebut. Polisi yang menggunakan senjata pentungan mencoba menyerang namun Je Ha dengan mudah menghindar.

Tak butuh waktu lama untuk Je Ha melumpuhkan dua polisi gendut dihadapannya.



Je Ha keluar dari stasiun dan menemukan sebuah mobil yang terparkit tak jauh dari pintu keluar. Dia melihat Anna sudah tertangkap dan terperangkap dalam sebuah mobil. Je Ha terkejut melihatnya, dia seolah kasihan melihat nasib Anna. Dari dalam mobil, Anna memohon meminta bantuan. Selamatkan aku! Tolong, selamatkan aku!

Je Ha hanya bisa menggeleng kecil pada Anna.


Polisi yang menjaga Anna menyuruh Anna untuk diam. Dia lalu mendorong Je Ha agar cepat pergi “Lanjutkan jalanmu! Aku seorang polisi!”

Je Ha masih sempat mencuri pandang ke arah Anna dengan iba.


Je Ha masuk ke dalam mobil. Dia meminta pada supir untuk diantarkan menuju bandara.


Anna memperhatikan mobil yang membawa Je Ha pergi. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang sangat amat. Harapan untuk bisa kabur yang sempat tumbuh harus pupus seketika itu pula. 



Seoul, 6 bulan kemudian

Je Ha tengah mengecat sendirian disebuah tempat. Dia kemudian mengistirahatkan dirinya sambil menikmati semilir angin disana. Dia duduk ditemani seekor kucing kecil yang terus bermain dikakinya. Je Ha tersenyum dan berbagi cumi kering yang tengah ia makan.

Dia pun kemudian terlelap di atas sofa sampai sore hari.


Suara ponsel membangunkan Je Ha dari tidurnya. Dia pun bergegas mengambil ponselnya “Ya, Pak?”


Je Ha bekerja perusahaan periklanan, Tae Shin Ads. Dia mengendarai mobilnya menuju ke suatu tempat. Diseberang telefon, seorang pria terus menggerutu kesal karena pelanggan mereka terus mengeluh. Katanya spanduk-nya longgar akibat terpaan angin. Mereka tak mungkin bisa memperbaikinya besok. 

Orang diseberang telefon menyuruh Je Ha untuk membiarkannya saja, mereka tak akan bangkrut ini.



Je Ha memilih untuk segera memperbaiki spanduk malam ini juga. Petugas hotel menghentikannya. Dia berkata kalau jam kerja telah berakhir. Je Ha beralasan dia melakukan semua ini karena ada yang memintanya.

Petugas berfikir sejenak, apa kau punya tanda pengenal?

Je Ha tak memilikinya. Petugas tak memberikan toleransi, dia meminta Je Ha untuk kembali kesana esok hari.




Nenek cleaning service datang dan menyuruh petugas membiarkan Je Ha masuk. Manager sendiri yang menuntut agar spanduk segera diperbaiki. Lagipula pria ini yang kemarin menggantung spanduk terakhir kali. Petugas masih kekeuh tak mau membiarkan orang tanpa tanda pengenal masuk ke sana begitu saja.

“Kau berada dalam masalah besar sekarang. Manajer tampaknya telah dimarahi habis-habisan oleh Nyonya.” Tutur Nenek.

Petugas akhirnya pikir – pikir dan meminta rekannya untuk menemani Je Ha memperbaiki spanduk.


Petugas yang menemani Je Ha tampak sangat malas apalagi saat tahu Je Ha butuh waktu 20 sampai 30 menit untuk memperbaiki spanduk. Je Ha mengucapkan terimakasih pada Nenek yang telah membantunya bicara pada petugas.

Tak masalah. Lagipula pekerja harian seperti mereka memang tak boleh membuang waktu. Nenek jadi memikirkan anaknya yang katanya kesulitan di bursa kerja. Dia mengingatkan Je Ha kalau malam ini angin cukup kencang “Apa kau akan baik-baik saja?” ucap Nenek memegang tangan Je Ha.

“Aku akan baik-baik saja.” Jawab Je Ha.



Sesampainya di puncak gedung, Je Ha memasang alat pengaman. Dia berdiri di tepian gedung dan menjatuhkan tubuhnya tanpa ragu. Petugas yang menemaninya sampai terperangah melihat aksi Je Ha.


Gerombolan pria aneh menggunakan masker menuju ke suatu tempat. Mereka bersiap untuk melaksanakan aksi mereka.


Je Ha masih sibuk memperbaiki spanduk kampanye Jang Se Joon.



Digedung yang sama, seorang wanita menggunakan pakain tidur yang seksi tengah memasukkan bubuk ke dalam sebuah minuman. Se Joon masuk kedalam ruangan, wanita itu bergegas membuang bungkus obatnya.

Se Joon tanpa memberi waktu langsung memeluk dan mengecup wanita itu dengan tak sabar.


Terdengar siaran di televisi, Se Joon mengakhiri ciumannya dan bergegas melihat acara apa yang ada disana. Rupanya istri Jang Se Joon, Choi Yoo Jin tengah menghadiri acara talk show di televisi.

Wanita simpanan Se Joon memberikan wine yang sudah ia campuri obat. Dia bertanya apakah Se Joon tak bosan melihat wajah istrinya setiap hari. Se Joon hanya tersenyum “Kita dengarkan saja apa yang akan dia katakan.”


Di TV, pembawa acara mengatakan kalau Yoo Jin telah terpilih menjadi kandidat paling populer menjadi first lady. Yoo Jin terkejut tak percaya mendapatkan julukan first lady.

Se Joon tersenyum sinis melihat tingkah polos istrinya di televisi.


Jam menunjukkan tepat pukul 11 lebih seperempat. Gerombolan pria bermasker saling memberikan isyarat dan mereka pun keluar dari dalam mobil bersama – sama.



Di TV, pembawa acara mulai memberikan beberapa pertanyaan dan berkata bahwa Choi Yoo Jin disebut sebagai istri pendukung yang sempurna. Yoo Jin malu – malu mendengar sebutan tersebut. Yang dia lakukan hanyalah menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dia bahkan membuat suaminya memiliki kebiasaan buruk, dia tak bisa makan makanan yang bukan masakannya.

MC kagum mendengar ucapan Yoo Jin. Dia menyiapkan sendiri makanan untuk suaminya bahkan kalau ada tamu yang berkunjung, dia juga memasak sendiri untuk menyuguh mereka.

“Itu bisa menjadi hal yang memalukan.” Tutur Yoo Jin dengan malu – malu.


Gerombolan pria bermasker memasuki gedung dan menyerang pertugas yang berjaga. Pemimpin pria bermasker meminta anak buahnya untuk menyiapkan kamera dan pastikan mereka dengan benar.

“Ya, Pak!”



Je Ha masih belum menyelesaikan tugasnya. Tepat saat itu, dia tanpa sengaja berdiri didepan jendela tempat Se Joon bermalam dengan selingkuhannya. Je Ha pun bisa melihat aksi mesra yang tengah dilakukan mereka berdua. Dia melihat mereka dengan wajah datar tak bereaksi.

Se Joon cepat – cepat melepaskan pelukannya. Dia membalikkan badan dan meminta tirainya ditutup. Namun obat yang diberikan oleh selingkuhannya mulai bereaksi, Se Joon pun pusing dan kehilangan kesadaran. “Dasar kau... beraninya kau...”

“Tidur yang nyenyak. Itu semua akan segera berakhir.” Ucap selingkuhan Se Joon sinis. Dia lalu mengerlingkan mata ke arah Je Ha dan menutup tirai kamarnya.



Je Ha kembali melanjutkan pekerjeaannya. Kini dia malah melihat Nenek yang tengah sibuk mengepel ruang kantor. Nenek melambaikan tangan kearahnya dan Je Ha membalas dengan anggukan.



Tepat saat itu, gerombolan orang bermasker masuk ke tempat nenek bersih – bersih. Je Ha terkejut sekaligus tak mengerti apa yang tengah terjadi. Dia memberikan isyarat pada nenek namun Nenek tak mengerti maksudnya.

Pria bermasker tanpa ampun langsung memukul kepala Nenek dengan kerasnya sampai dia pingsan. 



Je Ha terbelalak melihat darah mengalir deras dari kepala Nenek. Pria bermasker melihat ke arah Je Ha. Dia tersenyum kecil seolah mengejeknya.


Selingkuhan Se Joon sudah menidurkan Se Joon diranjang. Entah apa niatannya, dia membuat Se Joon telanjang dada kemudian tidur disampingnya. Mungkinkah dia tengah merekam semua ini?

Bel alarm tiba – tiba berbunyi. Selingkuhan Se Joon bangkit dengan paniknya. Dia berlari ke arah pintu “Apa ada orang disana?”


Penjaga yang tadinya meninggalkan tempat CCTV langsung mengeceknya. Sudah terjadi kekacauan didalam gedung. Penjaga itu segera menghubungi atasannya untuk meminta bantuan.



Pria bermasker menuju ke kamar tempat Se Joon tidur. Selingkuhan Se Joon meminta agar pintunya segera dibuka. Komplotan bermasker langsung berusaha mendobrak pintu kamar Se Joon. Selingkuhan Se Joon sangat panik karena alarm terus berdering, sepertinya dia takut kalau Se Joon sampai sadar disaat seperti ini.



Je Ha melihat nenek masih terkapar dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya. Dia pun berusaha untuk masuk dari jendela dan menendangnya supaya kacanya pecah. Kaca itu cukup kuat sampai Je Ha kesulitan memecahnya, dia mengeluarkan obeng dan melempar ke arah kaca. Kaca pun retak, Je Ha langsung menendang kaca retak itu menggunakan kaki.

Je Ha berlari ke arah nenek dengan khawatir. Pria bermasker langsung menyerang Je Ha.


Dia awalnya enggan untuk berurusan dengan orang – orang itu. Hanya saja mereka terus memukul punggung Je Ha hingga Je Ha terpancing emosi. Dengan mudahnya, dia menyerang balik mereka dan mampu mengalahkan mereka semua.



Je Ha menjagal salah seorang dari pria bermasker. Dia menahan tangannya dan melihat ada sebuah bekas luka besar yang terdapat dipergelangan tangan pria bermasker itu.


Diluar, salah seorang komplotan pria bermasker memberitahukan kalau polisi sudah sampai disana.


Pria bermasker yang dijagal Je Ha segera melepaskan diri. Dia memberitahukan rekannya untuk segera pergi.



Je Ha membiarkan mereka pergi dan bergegas menghampiri nenek. Dia mencoba menggoncangkan tubuhnya tapi tak mendapatkan respon. Petugas kantor masuk ke dalam ruang kantor tapi tak seorang pun diantara mereka yang memperdulikan si Nenek.

Je Ha sampai berteriak menyuruh mereka memanggil 911.

Petugas baru sadar ada orang yang terluka. Dia pun segera menghubungi ambulans.



Kembali ke acara talkshow, MC bertanya apakah keberhasilan yang diraih oleh Anggota Parlemen Jang Se Joon sebagian besar karena pengaruh dari mertuanya? Apalagi mengingat Yoo Jin adalah putri sulung dari JB Grup. Salah satu perusahaan yang paling berpengaruh di Korea.

Topik ini sepertinya cukup sensitif bagi Yoo Jin. Dia menunjukkan wajah sedihnya, mungkin saja kalau suaminya menikah dengan wanita lain maka dia akan dianggap begitu luar biasa oleh keluarganya. 

Alamarhum Ayah Yoo Jin tak menyukai keluarganya terlibat dalam bidang politik.


Sekretaris yang tengah memperhatikan wawancara ini terlihat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarakan oleh MC.


MC baru bisa menyimpulkan, Ayah Yoo Jin memutuskan untuk mengakhiri hubungan diantara mereka karena Anggota Parlemen Jang Se Joon masuk dalam bidang politik. Yoo Jin hanya memberikan senyum kecut sebagai jawaban.

“Saya minta maaf. Tampaknya saya menyentuh pada topik yang sensitif.” Ucap MC.

Yoo Jin menghapus air mata di sudut matanya, “Tidak, tak apa. Pria dan wanita keduanya harus setia kepada orang yang mereka cintai, kan?”

MC memuji ke setiaan Yoo Jin yang begitu mencintai suaminya. Dia merelakan warisannya demi bersama Anggota Parlemen Jang Se Joon. 
-oOo-


Didepan kantor Se Joon, banyak wartawan yang meliput dan bertanya apa yang telah terjadi disana. 

Je Ha memperhatikan keributan disana dari dalam mobil. Saat ia melihat Nenek diangkut ke dalam ambulans, Je Ha memutuskan untuk segera pergi dari sana.


Di kantor, Ketua Jo tengah memperhatikan kondisi kantor yang sudah berantakan. Dia menemukan obeng yang digunakan oleh Je Ha untuk meretakkan kaca jendela. 

“Dia bekerja di sebuah perusahaan iklan? Namun ia memecahkan kaca setebal ini?”



Kembali ke acara talkshow, MC terus saja mencecar Yoo Jin dengan pertanyaan mengenai sahamnya di JB Grup. Dia dengar Yoo Jin memiliki sedikit warisan saham yang ia terima saat belum menikah?

Yoo Jin semakin tak nyaman menerima pertanyaan itu. Namun ia mencoba tersenyum dan memberitahukan kalau saham yang ia terima ketika masih lajang sudah ia sumbangkan ke Yayasan Beasiswa Pyeonchang.

“Namun, saya mendengar bahwa ada hubungan khusus antara anda dan dua direksi. Jika itu benar, bukankah sebenarnya anda  masih memiliki banyak saham JB Group?”

Sekretais Yoo Jin yang sedari tadi mengikuti jalannya wawancara meminta untuk dilakukan pemotongan. PD –nim pun memberitahukan pada Pembawa Acara Jo untuk melanjutkan acara setelah iklan.


Yoo Jin mematikan mic yang terpasang di bajunya. Dia memberikan kode agar Pembawa Acara Jo Ji Yeon untuk melakukan hal yang sama. Setelah Ji Yeon mematikan mic –nya, Yoo Jin bertanya bukankah dia sudah bilang tak mau membahas topik ini?

Ji Yeon mengaku kalau ini juga menyakitkan untuknya melakukan semua ini. Yoo Jin tersenyum “Akan menyakitkan bagiku terlepas dari siapa yang menanyakan itu. Setiap orang memiliki kelemahan. Sama seperti masalah mengenai anakmu.”


Sontak wajah Ji Yeon berubah masam, dia meminta maaf karena telah berlebihan. Yoo Jin tersenyum lembut tapi terkesan mengerikan. Dia tak mempermasalahkannya dan meminta untuk melanjutkan wawancara sesuai naskah.


Acara talkshow sudah berakhir. Penata rias memuji wawancara Yoo Jin yang telah membuatnya tersentuh. Dia sangat alami dan terlihat cantik. Yoo Jin merendahkan dirinya kemudian memberikan sekantung kue kering untuk penata rias itu.

Penata Rias mengaku sangat senang, dia tak akan memakan kue yang diberikan Yoo Jin dan menyimpannya. Dia memfoto kue itu lalu permisi pergi.


Sekretaris Yoo Jin masuk ke dalam ruangan. Dia membisikkan sesuatu yang terkait dengan penyerangan kantor Jang Se Joon. Sekretaris Yoo Jin belum bisa memastikan namun ia menduga semua ini adalah ulah dari Anggota Parlemen Park.



Penata Rias keluar dari ruangan dengan wajah gembira. Mengupload foto kue keringnya ke akun medsos –nya. Temannya datang dan ia pun memberitahukan kalau dia mendapatkan sekantung kue kering buatan Yoo Jin. Temannya meminta kue itu tapi si Penata Rias melarangnya. Ini adalah kue keramat untuk keluarganya.

Ji Yeon lewat dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia sepertinya punya masalah dengan Yoo Jin dan tak begitu suka melihat mereka begitu mengagumi Yoo Jin.


Yoo Jin memerintahkan Sekretarisnya untuk memalsukan kabar penyerangan ini. Buat agar ini tampak seperti penyerangan oleh orang luar yang tak dikenal. Sekretaris mengiyakan kemudian dia bertanya apa yang akan mereka lakukan pada gadis itu?

“Biarkan dia untuk saat ini. Kita pasti bisa menggunakan dia nanti.”

Yoo Jin memegangi wajahnya yang mulai muncul keriput. Dia kemudian bertanya berapa umur gadis itu?

“Dia berusia akhir dua puluhan.”

“Setidaknya dia bukan di bawah umur.” Ujar Yoo Jin.


Se Joon menghubungi Yoo Jin. Dia berkata akan menantikan sarapan pagi buatan istrinya mulai besok. Dia memuji pertunjukkan Yoo Jin sangat bagus. Selain itu.. Se Joon meminta Yoo Jin untuk membereskan seorang petugas spanduk. Dia sepertinya melihat wajahku.


Yoo Jin memutar matanya dengan malas kemudian mengiyakan perintah Se Joon. Saat panggilan berakhir, Yoo Jin langsung menghubungi seseorang. Dengan nada santai dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?”


Orang diseberang telefon sempat mengelak tak mengerti. Namun akhirnya dia terpaksa membenarkan ucapan Yoo Jin dan berjanji akan menyelesaikan masalah ini sendiri.

Setelah panggilan usai, pria berambut putih itu kesal karena harus mendapatkan masalah besar hanya karena seorang petugas spanduk.


Je Ha sudah bersiap untuk meninggalkan tempat tinggalnya. Tapi belum sempat dia pergi, sebuah mobil sudah sampai ke sana.



Disisi lain, Ketua Jo memperhatikan rekaman CCTV yang memperlihatkan perkelahian antara Je Ha dan komplotan bermasker. Ketua Jo tampak terkejut melihat teknik yang digunakan oleh Je Ha 

“Tidak mungkin...”



Ketua Jo menemui pria berambut putih. Dia memintanya untuk menarik mundur semua anak buah mereka, mereka semua bisa mati.

“Apa maksud perkataanmu?” tanya Pria berambut putih dengan heran.

Mereka berdua duduk bersama, pria berambut putih menertawakan sikap Ketua Jo yang meremehkan anak buah mereka. Ketua Jo tetap khawatir pasukan mereka dalam bahaya. 

“Jadi dia adalah seseorang yang kau latih saat kau berada di pasukan khusus?” tanya pria berambut putih dengan santai.

“Ya.” Jawab Ketua Jo.


Pria berambut putih lama – lama risih juga dengan sikap Ketua Jo. Dia menegaskan bahwa mereka telah mengirim agen penyerang untuk menangkan seorang pemasang spanduk. Ini adalah tim penyerang dari JSS, perusahaan keamanan terbaik di Korea!

Ketua Jo kesal omongannya tak digubris. “Anda akan segera menyadari apa yang saya katakan.”


Pasukan penyerang mulai memasuki tempat persembunyian Je Ha. Je Ha menyerang salah seorang pasukan dan mengalahkannya dengan begitu mudah. 


Je Ha mematikan sambungan listrik yang menerangi tempatnya tinggal. Sontak pasukan kebingungan karena kondisi ruangan berubah menjadi begitu gelap. Je Ha muncul dan menyemprotkan cat ke arah pasukan tersebut.

Pasukan itu menembakkan tembakan listrik namun sekian detik kemudian Je Ha telah menghilang entah kemana. 



Je Ha menunggu pasukan itu berpencar dan menyerang mereka ketika tengah sendiri atau berdua. Tak butuh waktu lama dan terkesan sangat enteng untuk membanting dan membuat mereka semua tergeletak di tanah tak berdaya.


Je Ha pergi meninggalkan tempat tinggalnya setelah mengalahkan semua pasukan. Dia membuang ponselnya ditengah jalan agar tak seorang pun bisa melacak keberadaannya.


Ketua Jo sampai ke tempat persembunyian Je Ha dan menemukan semua anak buahnya sudah terkapar tak berdaya. Meskipun begitu, Ketua Jo tetap bersyukur karena tak seorang pun diantara anak buahnya yang mati.


Se Joon sampai ke rumahnya. Dia menghampiri Yoo Jin yang tengah duduk di ruang tamu. Dia bertanya apakah ada hal lain yang membuat masalah selain dirinya?

“Putrimu sendiri.” jawab Yoo Jin.

Se Joon menghampiri Yoo Jin lalu menariknya lebih dekat. Dia terlihat marah saat menanyakan kabar Anna. Yoo Jin memberitahukan kalau Anna kabur lagi. Mungkin dia sudah lebih dewasa sekarang. Buah apel memang jatuh tak jauh dari pohonnya.


Yoo Jin melepaskan tangan Se Joon dari pinggangnya. Se Joon bilang “Jika sesuatu yang buruk terjadi pada anak itu. Kontrak kita batal oleh hukum. Kau tahu itu, kan?”

Se Joon pun masuk ke dalam kamarnya. Yoo Jin menahan amarah mendengar ucapan Se Joon.




Di tempat lain, Anna kembali kabur meninggalkan tempat tinggalnya. Dia berlari melewati jalan raya dan kilatan lampu mobil mengenai wajahnya. Sontak Anna gemetar ketakutan ketika cahaya lampu mobil terus terarah padanya. Anna membeku. Gemetar. Takut. Panik.

Dalam ingatannya terngiang ketika ia masih kecil, dia mengambil botol obat tidur dan memberikannya pada seseorang.

Anna meremas kepalanya. Takut. Sangat takut. Anna bergumam “Tidak . Aku tidak membunuhnya.”


-oOo-

Seperti biasanya, di episode satu kita masih diberi clue - clue yang random banget sampai bingung dengan maksud setiap scene -nya. Tapi kalau boleh pendapat, aku sudah banget sama awal episode satu ini. Entah efek JCW atau efek actionnya yah?

Sejauh episode satu ini. Yang aku tangkep, katanya Anna ini memiliki ketakutan karena dia mengira kalau dia yang telah menyebabkan kematian Ibunya. Dilihat dari scene terakhir, dia gemetaran banget saat inget pernah memberikan sebotol obat tidur pada ibunya.

Dan saat disambungkan ke awal episode, ibunya meninggal dengan botol obat yang berantakan disampingnya.

Sedangkan Jang Se Joon ini.. keliatannya dia sama sekali tak punya keinginan untuk menjadi seorang presiden deh kalau dilihat dari gelagatnya. Tapi Yoo Jin lah yang berambisi dengan kedudukan itu, dia .

Kontrak apa yang terjalin diantara mereka juga masih menjadi tanda tanya. 


Tapi PD - Nim sepertinya sudah melakukan hal yang bener - bener pengin menonjolkan action dalam drama ini. Aku ngelihat BTS dari drama ini, scene yang berkelahi itu. PD -nim sampai makai hampir 100 kamera agar bisa ngambil gambar dari segala sudut loh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar