Rabu, 09 November 2016

The K2 - Episode 11 Part 2





Dalam perjalanan kembali Je Ha tampak murung. Ketua Tim Seo penasaran dengan isi tas yang dibawa oleh Je Ha. Ia terkejut melihat terdapat tumpukan uang didalamnya. Ketika ditanyai, Je Ha tak menjawab dan air mata menggenang dimatanya.





Sedangkan Se Joon sedang menelfon Sung Won, dia mengiyakan ucapannya kemudian memintanya untuk menjaga Anna mulai sekarang.





Se Joon mengonfirmasi akankah benar jika Yoo Jin mencoba untuk membunuh Anna? Ketua Joo membenarkan hanya saja ini semua terjadi karena ulah Presdir Choi Sung Won. Se Joon kecewa karena dari ucapan Ketua Joo menyiratkan bahwa Anna memang pantas mati.

Tapi bagaimanapun, Ketua Joo mengingatkan jika Nyonya Choi yang telah membebaskannya dari kantor kejaksaan.

“Tutup mulutmu.” Ucap Se Joon marah.





Yoo Jin mengucapkan selamat pada Sekretaris Kim yang tidak perlu kehilangan kepalanya. Tapi jangan berani – berani menyentuh Je Ha atau dia sendiri yang akan membunuhnya. Mata Sekretaris Kim sudah berkaca – kaca “Aku bisa melakukan apa pun yang Kim Je Ha lakukan untuk anda!”

Kalau memang Sekeratris Kim peduli padanya, maka jangan bertindak yang membuat Yoo Jin terpaksa membunuhnya. Jangan menyentuh Je Ha dan lakukan apa yang seharusnya ia lakukan.



Ponsel Yoo Jin berbunyi, Se Joon menghubunginya dan meminta bertemu dirumah. Yoo Jin pun mengiyakan permintaan tersebut dengan dingin.



Mi Ran berteriak dari lantai bawah memberitahukan bahwa makan malam telah siap. Anna masih menatap jendela dengan gusar, menantikan kedatangan Je Ha yang belum kunjung pulang.





Ahjumma meminta Mi Ran membiarkannya saja. Mungkin Nona muda sedang tidak nafsu makan. Mi Ran heran sendiri, pasukan saja kalau perang membutuhkan makan untuk memulihkan tenaga. Lagipula ia yakin kalau K2 sedang makan nasi dan sup disuatu tempat.
“Tidak. Itu mah kau.” Ejek Ahjumma.



Terdengar suara mesin mobil memasuki rumah mereka. Anna buru – buru turun dengan wajah sumringah untuk menemui kekasihnya. Tanpa banyak kata, ia langsung menghambur dalam pelukannya penuh kelegaan.



Didalam rumah, Mi Ran dan Ahjumma mengintip dan ikut senang melihat kebahagiaan mereka. Tapi kenapa kalau melihat mereka, ini seperti yang ada di film-film? Ahjumma menunjuk mukanya, ini karena mereka sangat cantik dan tampan.





“Selamat datang kembali.” Ucap Anna.

“Aku kembali.”

“Kerja bagus.”

Tapi Je Ha minta maaf soalnya tidak bisa membelikan dubbokki. Dia lupa tidak membawa dompet. Anna tersenyum tak mempermasalahkannya, ia akan memberi maaf kali ini. 

Sebagai gantinya, Je Ha menawarkan untuk makan sesuatu yang lebih enak. Anna tersenyum mengiyakan dan keduanya bertatapan lama seolah tak jengah satu sama lain. (Pikiran gue liar disini.. :D)


Saat pulang ke rumah, Se Joon langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Yoo Jin. Dia bahkan sampai terhuyung saking terkejutnya. Sekretaris Kim dan yang lain datang melihat apa yang tengah terjadi. Yoo Jin mengatakan bahwa dirinya baik – baik saja, kalian boleh pergi.



Se Joon memperingatkan bahwa kontrak mereka batal kalau Yoo Jin sampai menyentuh Anna. Dia akan menyesal kalau sampai dirinya tak menjadi presiden. Yoo Jin masih memegangi pipinya yang panas akibat tamparan tadi. Dia setuju saja untuk tak menyentuh Anna, tapi apakah benar kalau Se Joon tak ingin menjadi presiden? Kalau seandainya ia mencalonkan Sung Won, mungkin dia tak akan memberikan seluruh JB grup tapi paling tidak ia bisa mendapatkan cabang perusahaannya. Dan ia tak akan khawatir karenanya.


“Kau tidak akan bisa melakukannya. Keserakahanmu tidak akan puas hanya dengan itu.” Ucap Se Joon.

Yoo Jin semakin menantang, lalu bagaimana kalau dia mencalonkan Park Gwan Soo? Sejujurnya tak ada bedanya untuk Yoo Jin, Se Joon dan Gwan Soo sama – sama manusia keji. Yoo Jin akan menawarkan kepala Se Joon untuk mendapatkan JB Grup ketika Gwan Soo sudah menjadi presiden.







Se Joon masih bisa tersenyum remeh.

Apa kau lupa siapa aku? Tanya Yoo Jin ketika melihat senyum remeh Se Joon. Se Joon itu bukan apa – apa tanpa dirinya. Anna juga layak mati ketika ia melakukan sesuatu yang seharusnya tak ia lakukan. Kalau dia tak suka ya katakan saja, katakan kalau dia mau mundur dari pencalonan presiden.





Se Joon bungkam dengan wajah serius.

Yoo Jin heran dengan wajah menyedihkan itu, seharusnya yang sedih adalah dirinya. Se Joon yang sudah menggodanya demi delusi akan politiknya. Dan bodohnya Yoo Jin mencintainya padahal Se Joon sama sekali tak mencintainya. Sampai saat ini pun, dia masih berdebar jika Se Joon menyentuhnya hingga Se Joon bisa mengejeknya dengan mudah. 

Tapi sayang sekali, Yoo Jin saat ini tak punya perasaan apapun untuk Se Joon. Ia mempersilahkan untuk menyentuhnya sekarang. Yoo Jin tertawa gila saat mengakui kalau Se Joon cukup muda, cerdik tapi dia juga licik. Ia mengkhianati Uhm Hye Rin yang sangat mencintainya dan meninggalkan ia sampai mati. Menggunakan kecemburuan Yoo Jin untuk membuatnya mati.





Yoo Jin tadinya ingin memenggal tangan Se Joon yang berani menampar wajahnya. Tapi tangan itu masih dibutuhkan untuk berjabat tangan saat kampanye. Dia masih membutuhkannya, jadi Yoo Jin memintanya berhati karena ia akan menagihnya saat tangan itu sudah tak berguna lagi.





Setelah berdebat panjang dengan Se Joon, Yoo Jin memutuskan untuk merias wajahnya dan mengenakan baju putih tak seperti biasanya. Dia memilih beberapa perhiasan, ia tersenyum menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.

Ia pun menuju ke suatu tempat.





JSS sedang melakukan perayaan setelah hari melelahkan ini. Mereka minum – minum dan Anna ingin meneguk satu gelas soju. Je Ha tentu saja mengkhawatirkannya, nanti wajahnya memerah lagi. Anna meyakinkan kalau dia tak apa – apa. Anggota JSS lain juga setuju dan menyorakinya untuk minum.

Anna pun meneguk satu gelas soju tanpa masalah.





Diluar kedai, Yoo Jin melihat Je Ha sedang berbincang dengan Anna dan keduanya tampak begitu akrab. Yoo Jin tak suka melihat kedekatan mereka, ia bertanya apakah Je Ha selalu sedekat itu dengan Tim Ofensif?

Tidak. Karyawannya bertanya apakah mereka perlu memanggilnya. Yoo Jin menolak, lagipula Je Ha mungkin sedang kelelahan. Biarkan dia istirahat hari ini dan panggil dia ke Cloud Nine besok.







Saat kembali, Ketua Tim Seo menghampiri Je Ha dan mengucapkan terimakasih. Je Ha sampai bingung bersikap bagaimana soalnya mereka biasanya ga pernah akur. “Ada apa denganmu Hyung?” tanyanya.

Ketua Tim Seo sampai terharu mendengar kata Hyung meluncur dari mulut Je Ha. Ia memeluknya erat – erat dan Je Ha sampai risih dibuatnya. Dia ga suka kalau bersentuhan dengan sesama pria. Anna cuma bisa tertawa melihat mereka.



Mereka berniat pulang menggunakan mobil, tapi diantara segitu banyaknya orang ga ada yang waras satu pun.



Akhirnya mereka leyeh – leyeh dirumah Anna menggunakan masker. Je Ha sampai berjingkat kaget melihat penampakan mengerikan itu. Anna menepuk punggungnya, Je Ha tersentak kesakitan tapi ketika ditanya, ia bilang tak apa – apa. Dia menolak untuk dipakai masker soalnya wajahnya udah tampan rupawan. 

Rekannya langsung berdiri semua, pengen nimpuk rasanya.


Je Ha bertanya, yang salah sebenarnya maskernya atau wajah kalian sampai jadi jelek begitu?


Terpaksa, Je Ha menurut juga dipakaikan masker. Semua orang menertawakannya.



Malam hari, dia tak bisa tidur soalnya semua orang disana ngorok keras banget. Je Ha memilih pergi dengan sebalnya.





Anna juga belum tidur, dia masih terbayang – bayang akan ciumannya tadi siang. Tapi ia kemudian ingat ketika dia menepuk punggung Je Ha, Je Ha terkejut dan sepertinya kesakitan. 

Ia pun memutuskan untuk mencari kotak P3K. Ia mengirim pesan, apa kau sudah tidur?

“Belum.”

“Dimana?”

“Diatap.”





Saat di loteng, ruangan yang sebelumnya berantakan kini sudah dibersihkan oleh Je Ha. Anna begitu menyukainya tapi kemudian dia menatap Je Ha dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia membuka jas Je Ha tiba – tiba, Je Ha menolak dengan alasan belum siap melakukan hal semacam itu. Hahaha... emang mau ngapain bang?





Anna merawat luka goresan yang cukup dalam di punggung Je Ha. Je Ha mengaku kalau itu cuma luka goresan biasa. Anna kesal dan mengobatinya dengan kasar “Dasar. Kau sebut ini goresan?”

Je Ha akhirnya tak bisa sok kuat lagi dan meringis kesakitan. Anna memintanya untuk menjaga tubuhnya. Dia harus pergi ke dokter “Kau itu milikku.”


Je Ha terdiam sejenak kemudian menjawab “Baik. Aku akan melakukannya.”





Ketika duduk diatap, Anna kedinginan dan Je Ha mengambil selimut tapi ia meledeknya dengan menggunakan selimut itu sendirian. Anna menatapnya benci hingga akhirnya Je Ha tertawa.



Ia berbagi selimut, duduk memeluknya menyalurkan kehangatan satu sama lain. Je Ha memanggilnya lembut “Anna...”

“Mmm.”

“Apa kau mau  tinggal di Spanyol denganku?”




Anna terdiam sejenak memikirkannya. Tempat itu adalah tempat yang ia benci tapi disana juga tempat dimana mereka pertama kali bertemu. Kalau bersama Je Ha, Anna mau pergi kesana.


Tapi ngomong – ngomong, Anna merasa masih belum tahu banyak tentang Je Ha. Kenapa dia tinggal di Spanyol?

“Aku dikejar-kejar.”

“Kenapa?”

“Karena mereka menjebakku membunuh orang yang tidak bisa kulindungi.”

“Apa itu...orang yang kau cintai?”

Je Ha terdiam.. sulit mengiyakannya. Anna juga bisa menebak kalau itu penyebab kenapa dia sering mimpi buruk selama ini.





Anna memeluknya, dia bisa merasakan bahwa Je Ha mengalami masa sulit sampai sekarang. Je Ha kemudian menatap Anna, selama ini dia tak memiliki seseorang yang ingin ia lindungi. Jadi ia tak pernah merasakan kehilangan tapi sekarang dia sudah menemukan seseorang yang ingin ia lindungi. Jadi... “Aku pikir aku akan bahagia.”



“Kapan menurutmu kita akan ke Spanyol?” tanya Anna.

“Mungkin sampai perang ini berakhir?” ucap Je Ha belum bisa memastikan. Ia kemudian meletakkan kepala Anna ke pundaknya.




Keesokan harinya, Je Ha datang ke JSS dan semua orang bersikap aneh menyambutnya. Menunjukkan jempolnya sebagai tanda pujian. Saat berpapasan dengan Sekretaris Kim, ia juga meminta maaf atas apa yang ia lakukan sebelumnya.





Saat menemui Yoo Jin, ia masih aneh dengan perubahan Sekretaris Kim. Yoo Jin menyuruhnya tak perlu heran karena Je Ha telah menjadi pahlawan JSS. Mungkin dia hanya khawatir akan kehilangan kepalanya. Loh, tapi Je Ha merasa kalau dirinya tak membawa kepala Gwan Soo kesini seperti janjinya.

Tak apa – apa, tetap saja Yoo Jin ingin memberikan Sekretaris Kim pada Je Ha.

“Kadang-kadang,  leluconmu terdengar seperti sungguhan.” Ucap Je Ha tak suka.

“Baiklah. Apa yang kau dapat dari Park Gwan Soo?”

“Dia bilang dia akan segera memintaku untuk membawa kepalamu dan memberiku uang. Itu saja.”

Yah. Bagi Yoo Jin, Je Ha telah berhasil menyelesaikan tugasnya.




Sung Won kembali menemui Anna kemudian memberitahukan pada K1 dan Mi Ran kalau mereka sekarang bekerja dibawah naungannya. K1 mengiyakan tapi rumah ini milik Yoo Jin dan semua peralatan keamanannya dari sana. Sung Won menyuruhnya untuk melepas semua itu dan menggantinya yang baru, tempat ini sebenarnya adalah milik JB Grup dan ia akan membuatnya menjadi atas nama Anna.


“Atas.. namaku?”

Ahjumma segera mengucapkan terimakasih, Nona Mudanya mungkin tak mengetahui maknanya. Sung Won sama sekali tak mempermasalahkannya.




Di JSS, Yoo Jin membicarakan ucapan Gwan Soo mengenai “bau darah” di Irak bukannya bau minyak. Ia yakin kalau ucapan itu tidak sengaja. Tapi apakah artinya? Yoo Jin akan mencoba mencarinya dari cerminnya.


Dia juga menyuruh Je Ha untuk memulai persiapan perangkap. Tak lama lagi Gwan Soo akan mulai mendekati Je Ha, Gwan Soo akan semakin terobsesi untuk membunuh Yoo Jin. Dan Je Ha harus lebih dekat dengannya lagi.



Dirumah, Anna bertanya pada Sung Won mengenai makam ibunya. Sung Won mengetahuinya dan sudah menunggu Anna untuk menanyakan hal ini. Nanti malam akan ada fashion show, mereka bisa mampi ke makam lebih dulu sebelum itu.

Anna setuju.
Je Ha sudah selesai melakukan pertemuan dengan Yoo Jin. Giliran Sekretaris Kim menghadapnya. Entah rencana apa yang mereka persiapkan, Sekretaris Kim berkata kalau persiapannya sudah dimulai.
Yoo Jin mewanti – wanti agar Je Ha jangan sampai tahu tentang hal ini.


-oOo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar