Kamis, 08 Desember 2016

Sinopsis The Legend of The Blue Sea - Ep. 4 Part 2

Sinopsis The Legend Of The Blue Sea Episode 4 Part 2
Yoo Ran menonton pesta kembang api melalui televisi. Saat Dong Shik ingin mengganti channel televisi untuk menonton pertandingan golf, ia langsung melarangnya. Bahkan ia melarang Jin Joo yang mau bicara.
Namun sesaat kemudian moodnya berubah. Ia tidak mau nonton lagi. “Lupakan. Kau bisa menonton golf sekarang…”, ucapnya. Dong Shik mengucapkan Kamsahamnida saat Yoo Ran kembali ke dapur.
Jin Joo menendang Dong Shik. Menegur Dong Shik yang malah berterima kasih pada Yoo Ran padahal itu TV TV mereka dan rumah juga rumah mereka. “Kenapa kau mengikuti begitu saja kata-kata ahjumma?”.
Dong Shik juga tidak tahu alasannya. Tapi ia memang tidak bisa menolak perintah Yoo Ran….
Dae Young menunggu Joon Jae dari dalam mobilnya. Ia berbicara dengan Seo Hee melalui telpon. Memberitahukan kalau ia masih mengikuti Joon Jae dan ingin tahu kenapa Seo Hee bisa tahu persis dimana Joon Jae.
Seo Hee bilang, Joon Jae memang melakukannya sejak kecil. Bahkan saat sudah dewasa Joon Jae tetap melakukannya.
=== Flashback ===
Joon Jae kecil bersikeras ingin pergi ke pesta kembang api karena ia dan ibunya sudah saling berjanji untuk bertemu di sana.
Rumah Joon Jae terlihat berbeda. Sudah lebih besar dan mewah. Tapi ibunya sudah tidak ada lagi di sana. Yang ada adalah ibu tirinya, Seo Hee. Soo Hee memegang tangan Joon Hee begitu kuat, melarang Joon Jae pergi ke sana.
Joon Jae berteriak, minta dilepaskan.
Seo Hee pun melepaskan Joon Jae. Ia mempersilahkan Joon Jae pergi dan yakin ibu Joon Jae tidak akan datang karena ayah Joon Jae sudah memberinya banyak uang. Jika ia bertemu dengan Joon Jae, ia harus mengembalikan uang itu.
“Kau pikir kenapa ibumu pergi? Itu karena dia lebih suka uang daripada kau…”, ucap Seo Hee lagi.
Joon Jae menangis dengan keras. Mengatakan kalau ibunya tidak seperti itu.
Tiba-tiba Tn. Heo datang. Dengan cepat Seo Hee langsung memeluk Joon Jae. Memberitahukan Tn. Heo bahwa Joon Jae ingin bertemu dengan ibunya.
Tn. Heo langsung marah. Menarik tas ransel Joon Jae dengan kasar dan melemparkan ke lantai. Diam-diam Seo Hee tersenyum puas.
Saat Tn. Heo hendak membawa Joon Jae ke kamar, Seo Hee menarik Joon Jae lagi. Memeluknya lagi sambil menegur Tn. Heo yang memarahi Joon Jae.
Joon Jae kembali mengatakan kalau ibunya tidak seperti itu dan akan datang menemuinya.
Dengan penuh perhatian, Seo Hee menghapus air mata Joon Jae. Meminta Joon Jae tidak menangis karena ibu tirinya itu akan sedih. Seo Hee memeluk Joon Jae.
Tapi, tanpa seorang pun tahu, ekspresi hangat Seo Hee tadi berubah menjadi marah…
=== Flashback End ====
Seo Hee bilang ia sudah melakukan semuanya dan sudah saatnya menentukan siapa pewaris tapi Tn. Heo malah ingin mencari Joon Jae. Seo Hee memerintahkan Dae Young untuk menemukan tempat tinggal Joon Jae. “Aku harus hidup agar kau bisa hidup…”.
Dae Young mengakhiri pembicaraan karena melihat Joon Jae mulai bergerak lagi.
Sea Wa terus saja mengikuti Joon Jae dan ingin ke rumah Joon Jae. Joon Jae langsung melarangnya. Bagaimana bisa seorang wanita datang ke rumah seorang pria? Apa yang akan dikatakan orang tua Sea Wa kalau mereka tahu?
Sea Wa bilang, ia tidak punya orang tua.


Joon Jae hampir saja luluh. Tapi ia ingin Sea Wa menceritakan apa yang terjadi di Spanyol. Melihat Sea Wa masih saja tidak mau bicara, Joon Jae menolak mentah-mentah membawa Sea Wa ke rumahnya.
Joon Jae hanya menuliskan nomor ponselnya di telapak tangan Sea Wa. Meminta Sea Wa menghubunginya kalau Sea Wa sudah mau bicara.
Lalu Joon Jae pun masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan Sea Wa.
Joon Jae melihat Sea Wa melalui spion sampingnya. Berusaha menghapus rasa bersalahnya karena telah meninggalkan Sea Wa.
Semntara itu, Dae Kyung keluar dari mobilnya. Perlahan mendekati Sea Wa. Namun ia terpaksa mengurungkan niatnya mendekati Sea Wa karena mobil Joon Hae tiba-tiba berhenti…
Joon Jae akhirnya membawa Sea Wa bersamanya. Saat di jalan, Sea Wa benar-benar mengagumi kota Seoul. Mengatakan kalau ia menyukai kota Seoul.
Joon Jae menutup jendela dengan alasan cuaca dingin. Muka Sea Wa sampai kesodok jendela mobil yang ditutup oleh Joon Jae. Tapi Sea Wa senang-senang saja. Ia mengatakan pada Joon Jae bahwa ia senang bisa bersama Joon Jae.
Joon Jae tiba-tiba teringat suara seseorang yang mengatakan, ‘Saranghe’. Ia mengatakan pada Sea Wa bahwa ia ingin mencoba membandingkan sesuatu. “Katakan padaku. Itu… Itu… Sa…”.
Joon Jae tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia tidak jadi mengatakannya pada Sea Wa.
Di saat itulah, Joon Jae sadar ada mobil yang mengikutinya. Ia berusaha menambah kecepatan dan berkelit di antara mobil-mobil di jalanan.
Sampai akhirnya, Joon Jae berbelok dengan tiba-tiba di persimpangan dan Dae Young sedikit terlambat mengikuti Joon Jae.
Saat di area perumahan, ia kehilangan jejak Joon Jae. Ia berteriak frustasi…
Rekan Shi A mengomentari Shi Ah yang masih saja memperhatikan gambar itu. Menurutnya, jika dibandingkan dengan vas yang berasal dari jaman joseon, gambar itu terlihat modern.
Rekan Shi Ah yang lain, yang wanita, bilang, menurut profesor kemungkin pelukisnya naik mesin waktu dan melihat masa depan.
Namun Shi Ah bilang, ia merasa pria dalam lukisan itu mirip dengn seseorang yang ia kenal. Seseroang yang berulang tahun hari itu.
Nam Doo dan Tae Oh heran melihat Joon Jae membawa pulang seorang gadis. Mereka mengikuti Sea Wa dengan penuh rasa ingin tahu saat Sea Wa tertarik dengan kolam renang kecil yang ada di dalam rumah.
“Apa tidak ada makanan di sini?”, tanya Sea Wa pada Joon Jae.
“Kenapa ada makanan di situ? Kemari!”, suruh Joon Jae.
Sea Wa takjub melihat pasta instant yang dimasak di dalam microwave. Setelah matang, Tae Oh mengambil pasta itu dan memberikannya pada Sea Wa.
Sea Wa meniup pasta yang panas persis seperti dulu saat ia meniup minuman panas yang diberikan oleh Joon Jae.

Joon Jae dan Nam Doo saling bertatapan, memberi isyarat untuk memulai pembicaraan. Nam Doo menanyakan dimana rumah Sea Wa.
“Jauh”, jawab Sea Wa singkat. "Di Namyangju…”, sahut Nam Doo.
“Rumahku saaaaaangat jauh…”, sahut Sea Wa lagi.
Nam Doo tidak suka mendengar jawaban Sea Wa. Menurutnya, Sea Wa tipikal orang yang tidak mau kalah dari orang lain. Ia juga tidak suka dengan selera berpakaian Sea Wa. “Joon Jae, dia tidak cocok denganku…”.
Joon Jae tidak suka dengan protesnya Nam Doo itu. Memangnya apa yang akan dilakukan Nam Doo jika mereka cocok. Nam Doo hanya merasa Joon Jae perlu pendapatnya karena mereka tinggal bersama.
“Tinggal bersama apanya? Kalian menumpang! Kalian harus pergi sekarang!”, usir Joon Jae.
Nam Doo kesal. Memangnya apa yang akan Joon Jae lakukan dengan Sea Wa kalau mereka pergi. Joon Jae bilang, ia hanya ingin mengecek sesuatu.
Joon Jae pun mengeluarkan gelang hijau itu ~ tidak peduli meskipun Nam Doo tidak setuju. Joon Jae ingin tahu apakah Sea Wa tahu tentang gelang itu.
Sea Wa menganggukkan kepalanya.
“Apa itu punyamu?”
“Aku memberikannya untukmu…”. Sea Wa mengaku kalau ia memberikan gelang itu karena Joon Jae menyukai gelang itu.
Nam Doo ikut bicara. Menurutnya gelang itu bukan benda yang bisa diberikan begitu saja hanya karena Joon Jae menyukainya. Ia memuji Sea Wa yang benar-benar baik. Nam Doo ingin mengambil gelang itu tapi Joon Jae langsung mencegahnya.
Sea Wa bilang gelang seperti itu banyak di rumahnya.
Nam Doo langsung tertarik. Ia meminta Joon Jae membiarkan Sea Wa tinggal di sana karena Sea Wa tidak punya siapa-siapa di Seoul. Nam Doo memastikan sekali lagi apakah di rumah Sea Wa benar-benar ada banyak.
“Ya”, sahut Sea Wa singkat.
Nam Doo sangat senang. Bahkan ia langsung menyebutkan dirinya sebagai oppa. Sebagai oppa, ia berjanji akan membantu Sea Wa menghadapi kerasnya hidup di Seoul. Tapi sebagai gantinya, Nam Doo ingin Sea Wa membalasnya saat Sea Wa kembali ke rumahnya nanti…
Joon Jae menyuruh Nam Doo berhenti bicara. Ia tahu gelang itu tapi ia tidak ingat Sea Wa yang memberikan padanya.
Melihat Sea Wa malah menundukkan kepalanya dan tidak mau menjawab, Joon Jae jadi kesal lagi. Sea Wa selalu saja bisa bicara tapi di saat topik yang penting, Sea Wa malah diam.
Nam Doo menegur Joon Jae supaya tidak bicara keras pada Sea Wa. Lalu ia menanyakan nama Sea Wa.
“Dia tidak punya nama…”, sahut Joon Jae putus asa.
Sea Wa ingin tahu kenapa semua orang ingin tahu namanya. Nama Doo bilang, karena semua orang dipanggil dengan nama. Orang akan sulit memanggil Sea Wa jika Sea Wa tidak punya nama.
Lalu dengan nada sedikit membujuk, Sea Wa meminta Joon Jae memberinya nama. Melihat dari kesan pertamanya terhadap Sea Wa, Nam Doo ingin memberi nama Sea Wa, Audrey Hepburn. kalau dalam bahasa korea jadi Oh Deu Ree.
Joon Jae yang tadinya tidak mau memberikan Sea Wa nama, akhirnya mau menyumbangkan satu nama. Shim Chung Yi. “Dia sangat bodoh. Jadi Shim Chung Yi saja…”.

(aku mulai panggil Sea Wa dengan sebutan Shim Chung yaaa)
Nam Doo menegur Joon Jae yang kasar sekali. Tapi tiba-tiba Shim Chung bilang, ia menyukai nama itu.
“Suka apanya? Dia mengejekmu!”, protes Nam Doo.
Tapi Shim Chung tetap menyukai nama itu. Nam Doo akhirnya sepakat dengan Joon Jae. Nama itu memang cocok untuk Shim Chung. Ia memuji Joon Jae yang berbakat memberi nama.
Joon Jae hanya tertawa.
Shim Chung sangat senang melihat senyum manis Joon Jae. Lalu ia berlari mendekati Tae Oh yang sedang menonton TV. “Namamu siapa?”.
“Aku Tae Oh…”.
“Namaku Shim Chung Yi…”, ucap Shim Chung dengan sangat gembira sampai-sampai membenamkan wajahnya di sofa. Merasa sangat bahagia…
Tiba-tiba terdengar suara bel rumah. Tae Oh segera mengecek di laptopnya. Ternyata yang datang adalah Shi Ah.
Joon Jae membukakan pintu untuk Shi Ah. Shi Ah membawakan cake ulang tahun walaupun sepertinya Joon Jae terlihat sedikit enggan. Shi Ah kaget saat melihat ada seorang wanita di sana. “O, kalian ada tamu ya?”.
Shim Chung sudah menatap tajam pada Shi Ah sejak Shi Ah masuk. Ia mendekati Shi Ah dan Joon Jae. Memberikan tatapan mautnya lalu memberitahukan namanya. “Anyoung. Aku Shim Chung Yi…”.
Nam Doo tertawa kecil.
Saat Shim Chung sedang menatap Shi Ah dengan serius, robot sapu menabrak kakinya. Sontak Shim Chung berteriak ketakutan. Ia langsung melompat pada Joon Jae. Sia-sia saja Joon Jae menyuruhnya turun, Shim Chung tetap bergelantungan padanya.
Nam Doo tertawa dengan sangat keras. Tae Oh yang biasanya tanpa ekspresi, juga tersenyum kecil. Sedangkan Shi Ah, ia terlihat tidak suka.
Nam Doo memasangkan lilin di atas cake. Shim Chung sudah sangat ingin langsung memakannya. Kalau saja Joon Jae tidak menahan kepalanya, cake itu sudah dimakan Shim Chung.
Lilin dinyalakan dan lagu selamat ulang tahun baru saja mulai dinyanyikan, tapi Shim Chung langsung meniup lilin sampai pada semuanya.
Setelah Nam Doo mengambil semua lilin, Shim Chung langsung mengambil cake dengan tangannya. Ia makan begitu saja sampai krim belepotan hingga ke hidung dan seluruh mulutnya.
Shim Chung sangat menyukai rasa cakenya sampai-sampai menghentakkan kakinya dengan sangat cepat.
Shi Ah memotong cake lalu menyuapi Joon Jae sesendok kecil. Joon Jae menolak, mengatakan kalau ia akan mngambillnya sendiri.
“Makan saja. Kau membuatnya malu”, desak Nam Doo.
Joon Jae akhirnya mau menurut. Lalu Shi Ah membisikkan sesuatu di telinga Joon Jae. Shim Chung terlihat tidak suka melihatnya. Ia memperhatikan perhiasan yang dipakai Shi Ah lalu merasa sedih sendiri…
Shim Chung melihat Shi Ah menyendokkan cake kecil-kecil ke dalam mulut. Lalu Shim Chung pun meniru, menggigit cake yang ada di tangannya dengan sangat keciiiiilll sekali.
Ia melihat Shi Ah mengambil tisu dan mengelap sudut bibirnya. Shim Chung menirunya.
Kelakuan Shim Chung itu tidak lepas dari perhatian Joon Jae.
Shi Ah menanyakan apakah Joon Jae akan ke pesta pensiun Prof. Jin minggu depan. Tapi sepertinya Joon Jae tidak akan datang. Ia akan bertemu dengan Prof Jin secara terpisah besok karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan.
Shi Ah bilang, Prof Jin agak kecewa karena Joon Jae tidak bergabung di proyek yang baru. Joon Jae tidak mengatakan apa-apa.
Saat akan pulang, Shi Ah menarik Nam Doo keluar rumah. Ia tidak tenang mendengar Shim Chung akan tinggal sementara waktu di rumah Joon Jae.
Nam Doo menyuruh Shi Ah tidak khawatir karena Shim Chung pun bahkan tidak tahu namanya sendiri. Memang sudah sifat Joon Jae seperti itu. Suka menolong.
Shi Ah masih khawatir mengingat tidak ada kamar lain di rumah Joon Jae. Namun Nam Doo bilang, ada kamar yang lain…
Joon Jae memperlihatkan kamar lain yang ada di atas langit-langit kamarnya. Ternyata di atas kamar Joon Jae ada kamar loteng…
Shim Chung sudah langsung saja menganggap akan tinggal di sana. Tapi Joon Jae bilang Shim Chung hanya akan tinggal beberapa hari saja karena ia mencari tahu sesuatu dari Shim Chung.
Setelah Joon Jae turun, Shim Chung langsung naik ke tempat tidur. Melompat-lompat dengan gembira sampai-sampai terdengar oleh Joon Jae. “Hei! Aku mendengar dengan jelas! Apa kau mau diusir tengah malam begini?”, teriak Joon Jae.
Akhirnya Shim Chung pun diam. Merebahkan badannya di tempat tidur.
Entah kenapa, malam itu Joon Jae terlihat tersenyum saat hendak memejamkan matanya. Apa tanpa sadar Joon Jae menyukai kehadiran Shim Chung?
Malam itu hujan turun dengan deras. Namun Dae Young masih berada di sekitaran rumah Joon Jae. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat tidak sengaja melihat Namsan Tower. Dae Young terlihat tersenyum senang…
Sampai pagi hari, hujan masih saja turun. Begitu terbangun, Shim Chung langsung membangunkan Joon Jae. Mengajak sarapan.
Saat Joon Jae menyiapkan sarapan, Shim Chung asik mengamati penanak nasi. Tak lama, Nam Doo datang, mencari susu di dalam kulkas. Sayangnya susu sudah habis karena Shim Chung yang menghabiskannya sambil menunggu sarapan siap.
Nam Doo menyukai suasana tenang seperti itu karena serasa di rumah saja. Namun baru saja Nam Doo bicara, Shim Chung kembali membuat ulah.
Shim Chung terkejut hingga naik ke atas meja karena robot sapu itu menabrak kakinya lagi.
Nam Doo merasa, walaupun sudah tua, perkataannya tidak selalu benar…
Sementara itu Dae Young yang berpura-pura menawarkan brosur, mulai mengetuk pintu rumah satu per satu. Untuk rumah yang ia yakin bukan rumah Joon Jae, ia memberi tanda silang. Untuk rumah yang tidak membukakan pintu, ia memberi tanda segitiga.
Saat Dae Young mengetuk salah satu rumah di sana, mobil yang dikendarai Joon Jae melintas. Dae Young tidak memperhatikan pengendara mobil tersebut.
Lalu Dae Young mengetuk rumah yang lain lagi. Seorang pria yang jauh lebih tinggi dari Dae Kyung keluar. Ia memarahi Dae Young yang membangunkannya pagi-pagi hanya untuk menawarkan brosur saja.
Setelah pria itu masuk, Dae Young hendak memberi tanda di dekat gerbang rumah itu. Tapi ternyata pria itu keluar lagi dan memergokinya.
Ia menuduh Dae Kyung pencuri dan langsung ingin melaporkan Dae Young. Lalu Dae Young pun membuka kacamata palsunya dan juga topinya. Ia berjalan mendekati pria itu…
Joon Jae pergi ke sebuah mall untuk membeli sesuatu. Saat melewati toko pakaian dan melihat seorang pria duduk di kursi seperti sedang menunggu seseorang, Joon Jae tiba-tiba merasa seperti pernah melakukan hal yang sama. Tapi ia tidak ingat kenapa ia melakukan hal itu.
Lalu Joon Jae melihat pajangan sepatu di toko dan kembali merasakan deja vu. Joon Jae yakin ia terjatuh dan kepalanya terbentur.
Saat hendak masuk ke dalam lift, Joon Jae kembali merasakan deja vu. Ia benar-benar kesal dan putus asa dengan ingatan-ingatan itu.
Saat dalam perjalanan pulang, Joon Jae kembali teringat kejadian-kejadian yang terjadi di Spanyol. Sayangnya, di dalam ingatannya itu, ia hanya sendirian saja.
Tiba-tiba ia mendapatkan telpon dari Nam Doo. Nam Doo menyuruhnya berhenti dan melihat ke depan.
Setelah Joon Jae memarkirkan mobil di pinggir jalan, Nam Doo mendekatinya. Dari Nam Doo, ia tahu orang yang tinggal di sebelah rumah mereka dibunuh.
Nam Doo bilang ia sudah memberitahukan Tae Oh supaya tidak pulang ke rumah. Ia menyuruh Joon Jae putar balik karena di depan ada Detektif Hong yang sedang memeriksa kendaraan yang lewat.
Detektif Hong itu ternyata pernah melihat wajah Joon Jae tiga tahun yang lalu. Dan Detektif Hong sangat terobsesi menangkap Joon Jae.
Joon Jae terdiam cukup lama, memikirkan Shim Chung yang tinggal di rumah sendirian. Tapi Nam Doo bilang tidak apa-apa, hanya untuk sementara waktu saja. Nam Doo mendesak Joon Jae untuk cepat pergi karena jika Joon Jae terlalu lama di sana akan menimbulkan kecurigaan.
Sementara itu, Detektif Hong bicara dengan rekannya. Ia sangat ingin menyelidiki lebih jauh karena pembunuh memakai palu sebagai senjatanya. Ia yakin pelakukanya adalah Ma Dae Young.
Namun rekannya itu tidak percaya. Bukan hanya Ma Dae Young saja yang menggunakan palu. Lagipula korbannya adalah rentenir. Ia yakin motifnya adalah balas dendam.
Detektif Hong tetap yakin pada firasatnya. Ia tetap ingin menyelidiki. Ia sama sekali tidak tahu, Dae Young berdiri tidak jauh di belakangnya, memakai jaket waterproof yang persis sama dengan polisi yang sedang bertugas dan memakai payung. *Omo! Apa Dae Young membunuh salah satu polisi untuk mendapatkan jaket itu?*
Detektif Hong dan anak buahnya melakukan check point tidak jauh dari rumah Joon Jae. Di saat Detektif Hong dan yang lainnya bertugas, dengan santainya Dae Young berbalik, berjalan ke arah rumah Joon Jae.
Sementara itu, Shim Chung benar-benar sendirian di rumah. Ia menunggu Joon Jae yang tak kunjung pulang. Saat duduk di sofa, tidak sengaja ia menduduki remote tv dan tv pun menyala.
Dan ternyata, di tv sedang menayangkan acara paling disukainya. Drama! 😀
Shim Chung langsung larut dalam serunya drama. Semakin larut saat menjelang ending dan drama tiba-tiba berhenti. Bersambung. *Ahahaha… I feel you Shim Chung. Sama kita… 😀 *
Saat acara berganti, bel rumah pun berbunyi. Shim Chung berpikir orang yang membunyikan bel itu Joon Jae. Ia langsung membukakan pintu pagar dan ternyata orang yang membunyikan bel bukan Joon Jae, melainkan Dae Young.
Dae Young tersenyum penuh arti pada Shim Chung…
Sementara itu, Joon Jae yang tidak bisa tidak mencemaskan Shim Chung, menyuruh Nam Doo minggir. Lalu Joon Jae pun menyalakan kembali mesin mobilnya dan melaju dengan cepat ke arah polisi yang sedang bertugas…
=== Jaman Joseon ===
Yoo Ran ternyata dulunya adalah seorang nyonya besar dan Jin Joo adalah pelayannya. Saat itu nama Jin Joo adalah Sa Wol.
Suatu hari yang cukup cerah, Yoo Ran memerintahkan Sa Wol untuk membuka seluruh tutup gentong tanah penyimpanan saus supaya saus mendapat udara segar dan rasanya akan lebih mantap.
Sa Wol sangat terkejut karena jumlah gentong bukan main-main. Sepertinya mencapai lebih dari 300 gentong. Gentongnya juga bukan kecil, tapi lebih bedari dari tubuh Sa Wol. “Semunya, nyonya?”, tanyanya.
“Haruskah aku yang melakukannya?”, tanya Yoo Ran dengan nada persis sama dengan nada bicaranya di jaman modern. Nada yang entah kenapa membuat yang mendengarkan tidak kuasa menolak…
Sa Wol buru-buru bilang akan segera mengerjakannya.
Namun, baru sebagian saja Sa Wol melakukan tugasnya, Yoo Ran lagi-lagi memanggilnya… Kali ini Yoo Ran menyuruh Sa Wol menutup kembali gentong yang sudah dibuka karena langit mendadak mendung.
Sa Wol sangat terkejut. Ia baru saja membuka dan sekarang Yoo Ran malah menyuruhnya menutpnya kembali.
“Haruskah aku yang melakukannya?”, tanya Yoo Ran lagi.
Sa Wol merasa tidak enak pada Yoo Ran tapi di sisi lain merasa kesal disuruh-suruh seperti itu oleh Yoo Ran.
Dong Shik yang sedari tadi hanya mendengarkan, menawarkan bantuannya untuk membantu Sa Wol. Tapi sayangnya, Yoo Ran bilang ia punya pekerjaan lain untuk Dong Shik. Ia menyuruh Dong Shik pergi ke Heupgok untuk menemui Tetua Pelajar yang sudah mengirim lamaran untuk Dam Ryung. Ia ingin Dong Shik mengantarkan suratnya dan menunggu balasannya karena selama ini Tetua itu belum juga membalas suratnya.
Dong Shik pun tidak bisa membantah.
Saat hendak berangkat, diam-diam Sa Wol dan Dong Shik bertemu. Sa Wol menangisi kepergian Dong SHik. Ia merasa nyonya pasti sudah tahu tentang hubungan mereka jadi menyuruh Dong SHik pergi. Merasa tidak akan bertemu dengan Dong Shik lagi, Sa Wol berharap di kehidupan mendatang mereka terlahir lagi sebagai pasangan dan akan hidup 100 tahun..
Dong Shik pun menggenggam tangan Sa Wol. Berjanji akan menjadi orang kaya di kehidupan selanjutnya. Lalu ia ingin tahu Sa Wol ingin menjadi apa di kehidupan mendatang.
Belum sempat Sa Wol menjawab, terdengar lagi panggilan Yoo Ran. Sa Wol sangat benci dengan nada panggilan itu. Jadi ia pun berharap, di kehidupan mendatang ia akan menjadi majikan Yoo Ran…. Ahahahaha…



Bersambung... Episode 5

Rabu, 07 Desember 2016

Sinopsis The Legend of The Blue Sea - Ep. 4 Part 1

Di jaman Joseon,


 

Anak buah dari Dam Ryung melapor bahwa semalam terdapat kejadian aneh di desa pinggir pantai barat. Baju dan sepatu milik warga yang sedang dijemur tiba-tiba hilang. Tapi di tempat hilangnya benda-benda itu ada sebuah mutiara berharga yang ditinggalkan.


Bangsawan Yang juga menerima laporan yang sama dari kakek. Gisaengnya Bangsawan Yang, hong Nan, heran pencuri macam apa yang mengambil banju untuk ditukar dengan mutiara berharga. Dia menggerutu kesal karena dia sebenarnya berharap si pencuri itu kemari. (pengeen bangeet ya? hahaa)

 

Bangsawan Yang mengingatkan Hong Nan kalau setengah isi lemarinya berisi mutiara dana segala macam permata berharga lainnya. Dia berjanji akan mengisi lemari Hong Nan dengan banyak permata berharga. Sekarang ini dia sibuk menangkap si putri duyung itu kembali.

Begitu dia menangkap putri duyung itu lagi, dia akan menghajar duyung itu dan mengekstrak air matanya terus menerus. Dengan begitu dia akan bisa memenuhi janjinya dan setiap langkah Hong Nan bisa selalu berhiaskan mutiara berharga. Dia yakin putri duyung itu pasti akan kembali dengan sendirinya. Kakek membenarkannya.

Sejak jaman dahulu, putri duyung selalu datang ke desa memakai baju dan makan makanan manusia serta mereka selalu membayar dengan meninggalkan mutiara berharga.

"Jadi maksudmu, pencuri baju itu adalah putri duyung? Maksudmu putri duyung itu datang ke desa ini?"

 

Di sudut desa, putri duyung itu berjalan seorang diri. Dia melihat beberapa anak sedang mengunduh buah kesemek dari pohon. Dia memungut kesemek yang terjatuh ke tanah dan teringat bagaimana dulu Dam Ryung pernah memberinya sebutir.


Kakek memberitahu mereka bahwa jika putri duyung jatuh cinta kepada manusia, maka putri duyung itu tidak boleh kembali. Putri duyung hanya bisa mencintai satu kali seumur hidupnya dan dia akan mempertaruhkan hidupnya demi orang yang dicintainya itu.



Bangsawan Yang senang karena orang yang dicintai putri duyung itu sudah muncul. Jelas ini kesempatan baginya. Karena itulah dia langsung memberi instruksi pada kakek untuk menyuruh beberapa orang menangkap si duyung itu sebelum kepala desa.

Sementara Hong Nan, dia memerintahkan untuk menyebar rumor jahat bahwa badai besar yang membuat perahu-perahu nelayan menghilang adalah karena putri duyung itu. Kedua orang licik itu langsung sibuk merencanakan rumor-rumor jahat untuk menakut-nakuti warga desa dengan mengklaim bahwa jika putri duyung itu sekarang sedang menyembunyikan dirinya sebagai manusia di desa ini dan jika dia tidak segera ditangkap maka banyak orang yang akan terluka dan mati.

Saat warga mempercayai rumor itu dan ketakutan, maka walikota tidak akan bisa berbuat apa-apa. Bahkan jika rencana mereka berjalan dengan lancar maka mereka juga berencana menghancurkan walikota bersama dengan si duyung.





 

Rumor pun dengan cepat menyebar dikalangan warga desa dan membuat warga jadi ketakutan, mereka mengira putri duyung itu adalah monster laut. Para pria bahkan membangun pagar pembatas di tepi laut untuk mencegah masuknya putri duyung. Dengan tersebarnya rumor bahwa si putri duyung harus segera ditangkap dan dibunuh, mereka pun demo ke walikota.




 Tapi Dam Ryung sendiri memutuskan pergi dan mengacuhkan protes warga. Dia ingin keluar untuk mencari sendiri keberadaan Sea Wa. Dia yakin Sea Wa datang untuk menemuinya sesuai permintaannya waktu itu, saat dia meminta Sea Wa datang menemuinya pada solar division (sekitar tanggal 22 November) karena dia ingin melihat salju pertama turun bersama.





Tepat setelah dia mengatakan itu, salju pertama turun tiba-tiba. Dam Ryung mengulurkan tangannya untuk menangkap salju di telapak tangnnya. Dan di tempat lain, Sea Wa juga melakukan hal yang sama.



Dam Ryung sang walikota itu langsung berkuda untuk mencari Sea Wa dan ia mengacuhkan protes anak buahnya. Jika Sea Wa tidak akan bisa kembali, itu artinya Sea Wa datang kemari dengan mempertaruhkan hidupnya "Hal yang sama berlaku untukku. Apa yang bisa kupertaruhkan di saat seperti ini?"

Dam Ryung pun langsung memacu kudanya secepat mungkin mencari Sea Wa.





Sea Wa tengah merenung saat dia mendengar kedatangan seseorang. Dia langsung senang, tapi saat dia menoleh, dia malah mendapati 3 orang pria asing berjalan mendekatinya dengan menghunus pedang ke arahnya. 3 orang itu adalah utusan dari Bangsawan Yang dan mereka diperintahkan untuk melukai kaki putri duyung itu. Karena berdasarkan informasi yang didapatnya, kelemahan terbesar putri duyung adalah kakinya. Dan seseorang dari utusan Bangsawan Yang berhasil melukai Sea Wa saat dia berusaha melarikan diri dari mereka. Tapi untung saja bukan kakinya. Dan Sea Wa pun akhirnya terjatuh.





Pria itu hendak menyerang Sea Wa kembali, tapi sebuah pedang tiba-tiba menancap di dada pria tersebut. Dam Ryung datang saat itu dan langsung menyerang mereka bertiga agar menjauh dari Sea Wa. Dam Ryung berpaling pada Sea Wa dan mereka berdua saling memandang.

Di dunia modern, 

TV memberitakan bahwa buron Ma Dae Young masih belum tertangkap bahkan setelah 3 bulan berlalu. Diduga kalau Ma Dae Young punya kaki tangan. Berita itu ditonton oleh Seo Hee dan Jin Joon di rumah masing-masing. Yoo Ran muncul dari dapur tak lama kemudian dengan membawakan semua makanan yang hendak Jin Joo bawa.


Tapi saat melihatnya, Jin Joo langsung protes dan mengomeli Yoo Ran karena dia takut kuahnya akan tumpah. Yoo Ran dengan tenangnya menunjukkan pada Jin Joo kalau dia sudah mengunci kota makanannya dengan rapat jadi Jin Joo harus membawanya dengan benar agar tidak tumpah dan jangan pula menaruhnya di bagasi, taruh saja di lantai mobil. Jin Joo langsung terdiam dan menurut. Tapi saat Yoo Ran masuk kembali ke dapur, dia baru sadar dan bingung sendiri, siapa sebenarnya yang majikan.



Semua makanan itu ternyata dia berikan untuk keluarga CEO Heo yang memakannya bersama istrinya dan putra mereka Heo Chi Hyun. Tapi saat CEO Heo mencicipi kepiting kecapnya, dia langsung membeku. Rasanya sama persis seperti masakan istri pertamanya. Dan yups, dia adalah ayahnya Joon Jae.




Makanan itu mengingatkan CEO Heo akan masa lalunya, saat dia dan keluarga kecilnya hidup sederhana dan bahagia. CEO Heo muda dan Joon Jae kecil sangat menikmati kepiting kecap buatan Yoo Ran yang lezat sampai-sampai Joon Jae menolak diajak bicara.

Yoo Ran mengusap bibir Joon Jae sambil bertanya-tanya kapan suaminya akan jadi konglomerat agar mereka bisa membuat Joon Jae jadi pria yang cerdas seperti arti namanya. CEO Heo muda berjanji bahwa sebentar lagi dia pasti akan menjadi konglomerat dan dia akan menjadikan Yoo Ran sebagai Nyonya Besar dan dia akan membuat Yooo Ran memakai barang mewah mulai dari kepala sampai ujung kaki.




Seo Hee heran melihat reaksi suaminya dan bertanya apakah dia tidak menyukai makanan itu. CEO Heo tersadar dari lamunannya dan menyangkalnya. CEO Heo menyuruh Chi Hyeon untuk ikut makan kepitingnya. Tapi Chi Hyun menolak karena dia alergi kerang. Dan anehnya, Seo Hee dan Chi Hyeon langsung saling bertatapan canggung da CEO Hee pun terdiam mendengarnya, entah memikirkan apa.



Dalam perjalanan ke kantor, CEO Heo bertanya pada manager Nam yang sedang menyupir mobilnya. Apakah Manager Nam masih berhubungan dengan Joon Jae. Manager Nam menduga kalau CEO Heo memikirkan Joon Jae pasti karena hari ini Joon Jae ultah. Manager Nam memberitahu bahwa sepertinya Joon Jae sudah pindah rumah lagi dan dia tidak tau dimana alamat barunya.

Ah, CEO Heo memberitahu Manager Nsam kalau keturunan sedarah dimilikinya adalah Joon Jae seorang. Karena itulah dia harus menemukan Joon Jae dan mengajarinya banyak hal.




Dia tidak menyadari kalau perckapan mereka ini sebenarnya sedang disadap oleh Seo Hee. Kesal, Seo Hee langsung menghubungi suruhannya... si pembunuh Ma Dae Yeong. Dia memberitahu Dae Young kalau Joon Jae pasti akan muncul di akuarium gedung 63 dan memerintahkan Dae Young untuk membuat Joon Jae menghilang dari dunia ini.


Tepat saat Dae Young baru masuk, Joon Jae tengah berlarian mencari si putri duyung yang diliihatnya didalam aquarium besar tadi. Dan kebetulan dia menemukannya saat tak sengaja dia melihat seorang anak kecil bertubrukan dengan Sea Wa.

Joon Jae pun berjalan mendekatinya dan bertanya "Apa kau mengenalku?"


Sea Wa hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Tepat saat itu juga, para pegawai akuarium muncul untuk menangkapnya. Sea Wa berusaha melarikan diri tapi Joon Jae menangkapnya. Tapi bukannya menyerahkannya ke mereka, Joon Jae mengeluarkan sebuah ID kepolisian yang diambilnya dari sekumpulan kartu ID yang disusunnya dengan rapi di dalam saku jasnya.

Dia mengklaim dirinya sebagai detektif dan dia datang kemari setelah mendapat laporan. Si manager bingung siapa yang sudah melapor ke polisi, seorang petugas menduga mungkin pihak keamanan yang melapor. Mereka pun tak mencurigainya sama sekali. Dia mengumumkan dugaannya terkait kasus penyusupan ini seperti polosi sungguhan lalu membawa Sea Wa pergi bersamanya.



Begitu sudah cukup jauh dan aman, Joon Jae langsung menunjukkan foto mereka bersamanya yang didapatnya dari Nam Doo dan bertanya kenapa mereka bisa bersama. Sea juga langsung kaget "Kenapa aku ada di sini dengan Heo Joon Jae?"

"Kau tau namaku? Kau kenal aku, kan?"

Sea Wa langsung menggeleng canggung. Tapi Joon Jae tak percaya, buktinya tadi dia menyebut namanya. Mereka pasti pernah bersama di Spanyol "Tapi kenapa aku tidak mengenalmu? Kau siapa?"

Saat Sea Wa terus diam, Joon Jae mencoba menanyakan namanya. Tapi Sea Wa mengaku tak punya nama. Dia tidak punya nama tapi seseorang memberitahunya kalau dia bukan orang yang aneh. Siapa yang bilang itu? tanya Joon Jae.

"Orang yang baik" jawab Sea Wa

"Aku tak tahu siapa dia tapi mungkin dia juga orang yang aneh" komentar Joon Jae



Tepat saat itu juga, dua orang polisi sungguhan datang. Joon Jae langsung merangkul Sea Wa dan menuntunnya pergi dengan gaya bak sepasang kekasih. Dan begitu kedua polisi itu berlalu, dia langsung menggenggam tang Sea Wa dan menyeret Sea Wa berlari bersamanya. Sea Wa malah senang, teringat saat mereka lari-lari bersama di pantai Spanyol dari kejaran gengster waktu itu.




Begitu mereka sudah sampai di luar, Joon Jae langsung melepaskan pegangan tangannya dan membuat Sea Wa kecewa. Dia terus menuntut akan apa yang terjadi diantara mereka di Spanyol dan kenapa dia tidak ingat apapun tentangnya ataupun kebersamaan mereka. Tapi Sea Wa terus tutup mulut.



Kesal karena Sea Wa tidak mau bicara, Joon Jae memutuskan bahwa mereka tidak asda urusan satu sama lain kalau begitu, dia lalu pergi meninggalkan Sea Wa. Tapi Sea Wa langsung mengejarnya. Joon Jae berhenti di tengah jalan dan berbalik kembali padanya, apa dia sudah mau bicara?

Tapi Sea Wa masih saja bersikeras tutup mulut. Joon Jae dengan kesal memperingatkannya untuk tidak mengikutinya kalau dia masih terus diam. Tapi tentu saja Sea Wa terus berusaha mengikutinya. Tapi saat dia hendak mengikuti Joon Jae menyeberang jalan, dia terhalang sebuah truk dan pada akhirnya dia kehilangan jejak Joon Jae.




Saat dia sedang berusaha mencari Joon Jae di antara kerumunan orang di pinggir Sungai Han, tiba-tiba dia mendapati seorang pria asing (Cha Tae Hyun) tengah menatapnya dengan penuh ketertarikan. Pria itu sepertinya seorang penipu yang sedang berusaha menipu Sea Wa dengan meramal.

Dia mengklaim kalai Sea Wa tidak punya keberuntungan dengan leluhurnya tapi hidung mancungnya bisa jadi penolak bala jadi dia menyarankan agar Sea tidak meng-oplas hidungnya. Dia mengklaim energi buruknya Sea Wa sangat buruk sampai-sampai nenek moyang Sea Wa di tanah sedang menangis sekarang.




Setelah pria itu menjelaskan arti nenek moyang, Sea Wa dengan bingung berkata kalau nenek moyangnya tidak mungkin ada di tanah tapi di bawah laut. Pria itu berpikir kalau maksud Sea Wa nenek moyangnya pasti bukan dikubur melainkan abunya ditebar di lautan. Dimanapun nenek moyangnya bersemayam, dia tetap mengklaim mereka sedang menangis sekarang.

Dia lalu nyerocos panjang lebar tentang kenapa nenek moyangnya menangis. Sea Wa sama sekali tidak mengerti semua omongannya hingga akhirnya dia menguap karena bosan dan mangacuhkan pria itu saat perhatiannya teralih melihat gula kapas di kejauhan. Tak mau kehilangan korbannya, pria itu langsung menyeret Sea Wa ke mobilnya.




Belum sempat sampai ke mobil, Joon Jae tiba-tiba menghadangnya. Sea Wa langsung sumringah seketika. Pria itu langsung menuntut, siapa dia?


"Aku? Aku leluhurmu" kata Joon Jae. Dia menarik Sea Wa dari pria itu dan mengklaim kalau dia datang secara khusus untuk menangkap keturunannya agar keturunannya tidak menghancurkan dunia.



Pria itu berusaha menepuk Joon Jae tapi Joon Jae bergerak cepat mendorongnya dan entah bagaimana dompet pria itu tiba-tiba sudah ada di tangan Joon Jae. Pria itu berusaha mengambilnya tapi Joon Jae dengan santainya menaikkan dompet itu jauh dari jangkauan pria itu.

Pria itu mulai kesal dan berusaha menggertak Joon Jae dengan berkata kalau dia akan menelepon polisi. Tapi Joon Jae terus bergeming dengan senyum penuh percaya diri hingga pria itu sendiri yang akhirnya menyerah dan memohon pada Joon Jae untuk mengembalikan dompetnya.



Sea Wa terus membuntuti Joon Jae sampai malam sambil memegangi baju Joon Jae. Joon Jae menasehatinya utnuk tidak menhikuti orang seperti itu tadi karena mereka hanya akan memerasnya. Tapi saat itu, Joon Jae melihat beberapa pe-skater meluncur ke arah mereka.



Joon Jae sontak beraksi menarik Sea Wa kedalam pelukannya untuk menyelamatkannya dari para pe-skater itu. Sea Wa langsung menatap Joon JAe dengan penuh cinta sampai Joon Jae risih sendiri dengan tatapan Sea Wa. Nam Doo lalu menjauh sebentar menerima telepon.



Tiba-tiba terdengar letusan suara kembang api. Sea Wa panik dan langsung mendorong Joon Jae sampai dia terjerembap ke tanah. Joon Jae jadi bingung tapi Sea Wa malah panik saat kembang api kedua meletus.

"Itu pistol" bisiknya panik sambil menutupi mata Joon Jae.

Joon Jae berusaha melepaskan diri sambil menjelaskan kalau itu bukan pistol. Tapi Sea Wa masih saja menutup mata Joon Jae "Diam, Joon Jae. Aku akan melindungimu."



Joon Jae berusaha melawannya hingga akhirnya dia berhasil melepaskan diri, tapi Sea Wa terus menunduk dengan ketakutan. Joon Jae memaksa Sea Wa untuk membuka mata dan percaya saja pada kata-katanya. Saat Sea Wa akhirnya membuka mata, Joon Jae menyuruhnya untuk melihat ke langit.


 




Sea Wa akhirnya mengalihkan pandangannya ke atas dan melihat cahaya warna-warni kembang api yang indah.

"Dengar baik-baik. Melindungi orang lain itu harus setelah melindungi diri sendiri. Itu urutan yang benar. Kalau sebaliknya itu namanya bodoh."

Tapi Sea Wa tak mendengarkannya karena begitu terpesona melihat kembang apinya dan bertanya-tanya apakah kembang api itu panas. Joon Jae sampai heran, apa dia baru pertama kali melihat kembang api? Kata itu mengingatkan Sea Wa akan kata-kata Joon Jae yang pernah memberitahunya tentang kembang api di SUngai Han dan bagaimana mereka pernah berjanji untuk melihatnya bersama.


 
 Joon Jae mendesah saat Sea Wa mengkonfirmasi kalau ini benar-benar pertama kalinya dia melihat kembang api. Joon Jae menjelaskan kembang api tidak bisa disentuh karena begitu meletus, kembang api akan menghilang. Sea Wa mengulurkan tangan dengan antusias, seperti hendak menyentuh kembang api di langit itu.

Bersambung