Selasa, 08 November 2016

The K2 - Episode 7 Part 1






Je Ha berusaha keras untuk menyadarkan Anna dan memberinya CPR. Ketua Joo mencoba menghubungi kantor pusat JSS untuk mengizinkan mereka memanggil ambulans. Kalau mereka menggunakan ambulans JSS akan memakan waktu terlalu lama. 


Atasan Ketua Joo tetap menolak dan tak mau menerima alasan apapun.





“Hei, apa yang kau lakukan? Kenapa ambulansnya belum datang?” bentak Je Ha pada rekannya.





Ambulans JSS akhirnya sampai juga. Je Ha bergegas membawa Anna masuk dan menarik supir ambulans keluar dari tempat kemudi. Dia langsung mengambil alih kemudinya dan mengendarai mobil dengan gesit.

Je Ha berniat membawa Anna menuju ke rumah sakit tapi Ketua Joo melarangnya. Mereka tidak bisa pergi ke rumah sakit, pergi ke kantor JSS!

“Apa? Kita tidak bisa...”

“Cepat! Jika kita pergi ke rumah sakit, kita semua mati!”

“Sialan!” Desis Je Ha sambil menginjak pedal gas dengan kesal.

Je Ha mengemudikan mobilnya dengan semrawut. Dia begitu panik apalagi kondisi Anna semakin memburuk dan bibirnya memucat.



Akhirnya mereka sampai juga ke kantor JSS dan langsung membawanya menuju ruang rawat.





Disebuah cafe, dua orang wanita sedang berbincang – bincang tentang foto mereka. Salah satu dari mereka memperbesar fotonya dan melihat sosok wanita cantik ber –jas hitam yang tak lain adalah Anna. Dia berfikir pernah melihat wajah wanita itu.

“Bukankah dia adalah.. kau tahu malaikatMalaikat yang dicari Jean-Paul Lafelt!”

Temannya tidak sependaat, lagipula kenapa wanita itu ada di Korea? Bukankah dia tinggal di Spanyol?

Wanita tadi setuju dengan kata – kata temannya. Kalau begitu dia akan mengunggahnya ke media sosial saja. Wanita itu pun mengunggah foto Anna dengan menambahkan caption [Bukankah wanita ini Malaikat Barcelona? #lol]





Anna mendapatkan perawatan dan Je Ha setia menemainya dengan khawatir. Dokter JSS meminta Je Ha untuk keluar, keberadaannya hanya akan mempersulit situasi. Je Ha mengerti tapi sepertinya dia masih enggan keluar dan terus menoleh untuk melihat kondisi Anna.



Diluar ruangan, Je Ha masih tak bisa duduk tenang dan menanti dengan khawatir. Dia ingat kalau ia sudah membohongi Anna kalau Ayahnya yang telah mengirimkan es krim stroberi itu. Dia meraup wajahnya, pastinya dia menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.







Nafas Anna masih belum teratur. Dalam benaknya ia mengingat kembali saat malam dimana ibunya meninggal. Ia masuk ke ruangan ibunya dan menemukan Sang Ibu tergeletak dengan obat yang berceceran disampingnya. Saat mendengar suara decitan pintu, Anna menoleh. 

Seseorang berpakaian serba hitam nampak ada disana tapi orang itu langsung menyorot wajak Anna menggunakan senter. Anna sontak menjerit dan orang berpakaian serba hitam itu membekap mulutnya.





Anna bangkit dari tempat tidurnya dengan nafas terengah – engah. Dokter JSS bertanya apakah Anna baik – baik saja?

Je Ha mendengar suara Dokter dan melihat Anna dari balik kaca pintu. Dia tampak lega setelah melihat Anna sadar dari pingsannya.



“Dimana aku?” tanya Anna pada Dokter.

“Ini adalah ruang medis di Kantor JSS. Tuan Je Ha membawamu kesini dari taman. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau kau terlambat datang.”





Anna menoleh ke arah pintu dan melihat Je Ha ada disana. Dia teringat saat Je Ha panik memberikan CPR untuknya. Meskipun diam tapi dia langsung mengatupkan mulutnya ketika mengingat kejadian itu.



Mi Ran dan Ahjumma sampai kesana dan menanyakan kondisinya. Dokter JSS mengatakan kalau dia sudah berhasil meredakan sedikit alerginya.

“Bukankah seharusnya kita memindahkannya ke rumah sakit sekarang?” tanya Je Ha.

“Aku juga seorang dokter, kau tahu. Dan peralatan medis kita lebih bagus dibanding RS manapun. Tubuhnya akan baik-baik saja dengan minum obat, tapi masalahnya adalah kondisi mentalnya. Dia harus bertemu psikolog.”

Tanpa mengatakan apapun lagi, Je Ha bergegas pergi untuk menemui Ketua Joo.





Dia meminta penjelasan Ketua Joo yang membatalkan panggilan ambulans –nya. Ketua Joo masih duduk sambil memejamkan mata. Je Ha semakin emosi, Ketua!

Ketua Joo merutuk sebal karena dia berniat ingin tidur. Tapi begitulah nasib Anna, lebih baik membiarkan dia meninggal daripada publik mengetahui keberadaannya. Dan pilihan hari ini ketika Je Ha memberikan es stoberi dan Anna memakannya, dia hampir mati tapi Parlemen Jang tidak mengatakan apapun. 



“Siapa orang yang membatalkan ambulansnya?” tanya Je Ha sekali lagi.

“Tidak peduli apa yang kau lakukan, keadaan Anna tidak akan berubah. Satu-satunya hal yang dapat kau lakukan adalah melindunginya! Jika kau membawa Anna ke rumah sakit, kita semua sudah mati. Mi Ran, pengurus rumah tangga, dan dokter di UGD juga!”

Kesimpulannya, siapapun yang mengetahui Anna akan mati. Meskipun Je Ha mungkin akan mendapatkan pengecualian karena dia anggota Cloud Nine. Jika mereka tahu kalau Je Ha bersikap seperti ini, Je Ha akan semakin sulit dalam melindungi Anna. Jika memang dia ingin benar – benar melindunginya, maka lindungi saja.

Lagi – lagi Je Ha mendesis kesal, “Sialan.”



Je Ha duduk dibangku taman bersama Master Song. Master Song menyuruhnya untuk menjaga Anna baik – baik. Je Ha bertanya apakah Master Song tahu mengenai Anna?

Tidak juga. Master Song hanya tahu kalau Anna dipaksa pergi keluar negeri karena memiliki orang tua yang buruk. Je Ha memukuli bangku dengan kesal, sialannya lagi karena Ayahnya adalah seorang calon presiden.

“Siapa ayahnya? Nama belakang gadis itu Go. Namanya Go Anna. Dia bukan anak Jang Se Joon secara hukum.”

Je Ha terkejut saat tahu Anna bermarga Go. Master Song menjelaskan kalau di Amerika ada seorang wasit bernama Go Am Wook dan Um Hye Rin menikah dengan wasit itu. 





“Tunggu. Kemudian Jang Se Joon merayu wanita yang sudah menikah dan...” tebak Je Ha.

Bukan. Setahu Master Song, Ibu Anna menikah dengan orang Amerika tapi dalam keadaan sudah hamil anaknya Jang Se Joon. Tapi sepertinya Hye Rin disiksa oleh suaminya. Dia kemudian kembali dengan Anna dalam gendongannya dan muncul dihadapan Se Joon yang sudah berumah tangga dengan Yoo Jin. Akhirnya, Hye Rin bertindak seperti layaknya berumah tangga dengan Se Joon tanpa sepengetahuan Choi Yoo Jin.





“Tapi gadis muda itu memiliki nasib buruk. Ibunya berakhir mati karena kekerasan! Dan dia diseret ke luar negeri tak lama setelah itu. Itu sebabnya aku kasihan padanya.”

“Kekerasan?” tanya Je Ha.

“Maksudmu Um Hye Rin? Yah begitulah. Bunuh diri memang mengerikan. Aku tidak tahu apakah Choi Yoo Jin akan terus membiarkan Anna hidup, jika dia terus bertingkah seperti ini.”



Je Ha meraup wajahnya. Masalah Anna ternyata begitu pelik seperti ini.





Yoo Jin sedang melakukan pertemuan dengan seorang pria. Keduanya seperti memiliki makna masing – masing dalam pertemuan itu. Orang itu mengatakan kalau Presiden sepertinya belum memaafkan Yoo Jin dan Parlemen Jang. Dia tak ingin Yoo Jin dan Parlemen Jang mengkhianatinya setelah membantu mereka.

“Apa kau yakin kau tidak mengincar posisi itu?” tanya Yoo Jin.



Dia memberikan sebuah amplop untuk pria itu, itu dokumen tentang kejadian disekitar Presiden di tahun 2016. Yoo Jin juga memberikan dokumen rahasia, Informasi tentang Yayasan Pyeongchang.

“Apa ini ancaman?” tanya pria itu.





Yoo Jin tersenyum licik, dia telah memberikan infomasi mengenai Yayasan dan JB Grup. Dia bisa membuatnya hancur dengan dokumen itu, mereka telah berbagi kelemahan sekarang. Apa itu cukup bagimu untuk membuat kesepakatan denganku?

Pria itu tertawa karena kemampuan Yoo Jin dalam melakukan barter ini.





Diluar tempat makan Yoo Jin dan rekannya, dua pelanggan berniat masuk ke rumah makan tersebut tapi dua orang bodyguard langsung menghalangi dengan alasan sudah tutup. Pelanggan itu masih ngotot, dia melihat lampu didalam sana masih menyala.

Bodyguard menahan tangan pelanggan itu, di tangan kanannya terdapat sebuah bekas luka.



Pelanggan tadi akhirnya pergi tapi ternyata dia juga bukan pelanggan biasa. Setelah cukup jauh pergi, ia melaporkan tentang masalah ini pada seseorang.





“Aku sekarang mengerti mengapa Ketua Choi, adikmu, takut padamu.”

“Apa itu pujian?” tanya Yoo Jin.

Tentu saja, mana mungkin dia berani menghina seorang yang akan menjadi orang nomor satu di negeri ini. Yoo Jin berkata kalau suaminya –lah yang akan menjadi presiden. 

“Oh, benar begitu? Baiklah. Lalu kapan kau ingin bergabung dengan partai kami?”

Yoo Jin tidak bisa melakukannya diam – diam jadi dia akan mempersiapkan pertunjukan yang bagus dan membersihkan jalannya terlebih dulu.



Dalam perjalanan pulang, Yoo Jin tampak bahagian dan tertawa sembari mengulurkan tangannya keluar jendela mobil. “Malam yang indah!” ucapnya dengan tawa.



Gwan Soo sudah menerima laporan bahwa Yoo Jin akan masuk partai tapi dia agak tak percaya karena orang itu mau bekerja sama dengan Yoo Jin. Sekretaris Gwan Soo menyarankan agar mereka mengurus organisasi internal dan mempersiapkan voting dalam partai.

“Apa kau bisa melakukan itu?” tanya Gwan Soo tiba – tiba.

“Apa?”

“Orang yang mengekspos dan mengusir pihak yang kotor dan busuk akan menjadi pahlawan. Dimana Jang Se Joon sekarang?”





Se Joon sedang dalam ruang make – up. Seorang perias yang cantik sedang meriasnya, dia terus memandangi wanita itu. Sekretaris Se Joon datang untuk memberikan informasi tentang keberhasilan Yoo Jin dalam pertemuan ini.

Kalau begitu, Se Joon akan sedikit mengubah konten pembicaraan mereka kali ini. Dia tidak bisa melawan orang dari Blue House lagi. Sekretarisnya membenarkan, sekarang mereka harus berbicara lebih lembut. Dia pergi akan mengubah pertanyaannya.





Se Joon kembali melanjutkan aksinya setelah Sekretarisnya pergi. Dia menggoda perias itu dengan kedipan mata, tangannya pun dengan nakal bermain dipaha si perias.

1 komentar:

  1. Gile...baru kali ini ngeliat review drama episode sampe sedetil ini, lengkap serasa kaya baca novel gitu..
    Mudah-mudahan karya tulisannya ini bisa aja amal ibadah ya..hehehe

    BalasHapus