Jumat, 04 November 2016

Uncontrollablly Fond Episode 8

Joon Young menatap Eul dengan mendekap kedua belah pipinya.

“Tak pernah sekalipun, aku mempermainkanmu. Hanya tatap aku, jangan dengarkan orang lain.”

Eul tak merespon ucapannya. Dia diam lalu melangkahkan kaki meninggalkan Joon Young.
“Eul-ah, jangan pergi.” Pinta Joon Young. Namun Eul terdiam sejenak dan kembali memutuskan meninggalkan Joon Young.







“Jangan pergi.” Pintanya dengan suara bergetar. Matanya pun meremang sedih.


Ji Tae keluar dari tempat persembunyiannya. Dia berjalan mengikuti No Eul yang kini tampak sangat bimbang. Mungkin dia gamang, apakah dia akan mendengarkan berita yang termuat di media atau pernyataan dari mulut Joon Young yang notabene seorang aktor kenamaan?



Joon Young masih terdiam di tempatnya berdiri sejak tadi. Pororo menghampirinya dan Joon Young berniat kembali ke rumah. Namun ia melihat sosis yang tergeletak di tanah, dia memungutnya. Tatapannya nanar menatap sosis pemberian No Eul untuk Pororo.



***** 
Keesokan paginya, sebuah acara sudah menampilkan wawancara pada Yoo Na untuk mengklarifikasi hubungannya dengan Joon Young. Yoo Na berpura – pura malu lalu menjelaskan bahwa hubungannya hanya berawal sebagai rekan kerja. Namun pertemuannya terus berkelanjutan –lah yang menyebabkan mereka dekat.

MC menayangkan beberapa cuplikan, disana Yoo Na telah menerima karangan 1000 bunga saat ulang tahun Joon Young dan bahkan menyanyikan lagu untuknya. Yoo Na dengan wajah ularnya mengatakan kalau dia juga tak percaya kalau Joon Young akan datang, dia orang yang sibuk.

“Tapi setelah konser, Joon Young menghilang dan bergandengan tangan dengan produser film dokumentar. Kau pasti sangat terkejut?”

“Tidak. Tidak sama sekali.”

“Aku pikir memang tidak. Itu hanya pertunjukan untuk mengalihkanmu dari reporter. Kau tahu tentunya tentang hal ini?”


Nari menonton berita dengan perasaan super dongkol. Dia membangunkan No Eul yang masih tidur di ranjang. Dia tanya apakah No Eul tahu kalau dia hanya diperalat untuk menutupi skandal Joon Young? 

No Eul bangkit dari tempat tidurnya dan membenarkan semua pertanyaan Nari. Dia melakukannya karena saat konser Joon Young meminta dia untuk bersikap sesuai apa yang ia lakukan.

“Kau bahkan melakukan akting juga?”

“Ya. Aku cukup baik, ‘kan? Aku pikir aku akan mencoba akting.”



Nari menggoncang tubuh No Eul kuat – kuat. Dia tak percaya karena kekhawatirannya ternyata untuk hal yang tak perlu.

“Sorry.”

“Sorry tak berlaku untuk sekarang. Karena kau, adik malangmu bolos sekolah. Dia tak bisa tidur maupun makan. Belum lagi Hyun Woo...Lupakan. Kau memang kunyuk. Aku akan membunuhmu, kau pantas mati.”

No Eul memejamkan mata diam saat Nari terus menggoncangnya, namun ia jengah juga. Berhentilah, aku lelah.

Nari terdiam. Dia sepertinya tahu kalau ada yang salah dengan sahabatnya ini.



MC meminta Yoo Na untuk mengucapkan sesuatu pada pemirsa. Yoo Na pun tersenyum lalu menatap ke arah kamera.

“Hai, semua. Aku benar – benar meminta maaf karena telah membuat kalian bingung, dan tak mengatakan yang sebenarnya. Untuk melindungi namaku, Joon Young telah melakukan hal yang keterlaluan dan menerima semua menyalahkannya. Aku harap kalian tak menyalahkannya untuk apapun. Sekali lagi, aku minta maaf pada fans Joon Young dan juga fans ku.”


CEO Namgoong puas dengan akting Yoo Na yang meyakinkan sedangkan Goo Young tak percaya kalau atasannya akan melakukan kebohongan ini. CEO Namgoong tak perduli lalu meminta Man Ok membacakan komentar pada netizen. Komentar mereka sangat positif berbanding terbalik dengan komentar mengenai No Eul. Mereka merasa kasihan padanya sekarang.

CEO Namgoong menambahkan bahwa dengan begini, karir Yoo Na juga semakin meningkat. Buktinya setelah skandal pecah, dia menerima tawaran iklan dan film.

“Ini tetap saja salah.” ujar Gook Young.

CEO Namgoong merasa ini yang terbaik, komentar untuk No Eul pun sudah hilang. Beberapa merasa kasihan padanya tapi tak ada lagi yang memanggil dia wanita mata duitan.




Gook Young bergidik ngeri mengingat temperamen Joon Young, tapi kenapa dia sangat diam kali ini? Man Ok membenarkan padahal seharusnya dia sudah berteriak lalu menarik kerah CEO Namgoong.

CEO Namgoong mulai gelisah, anehnya dia juga belum memanggilnya sekali pun. Gook Young pikir mungkin Joon Young belum membaca berita.

Mereka semua bertanya – tanya apalagi CEO Namgoong lebih gelisah lagi. Membicarakan ini membuat dia merasa semakin buruk. kenapa kalian harus membahasnya?!


Disekolahnya, beberapa teman No Jik yang melintas mengucapkan terimakasih padanya. No Jik menatap mereka tak mengerti. Tapi tak hanya satu atau dua, seluruh sekolah memanggilnya Pria Tua (sebutan) dan mengucapkan terimakasih.

Teman No Jik merangkulnya sambil makan burger, “Hey, Pria Tua. Kenapa kau tak mengatakan padaku kau punya saudara kaya?”

No Jik mengernyit semakin tak mengerti. Teman No Jik memintanya jangan berbohong. Bahkan satu sekolah mendapat makanan termasuk para guru dari saudaranya.

“Pria Tua, kau dipanggil oleh guru!” seru teman No Jik yang lain.


Diruang guru, No Jik hanya bengong menatap guru – guru tengah asik meminta foto dan tanda tangan Joon Young. No Jik tak terlalu suka dan memperhatikan mereka di dekat pintu. Guru No Jik menghampirinya, dia memuji No Jik dan mengatakan kalau Jik adalah murid kesayangannya.

No Jik diam.

Joon Young melambaikan tangan pada No Jik, “No Jik.”



No Jik menantikan Joon Young di rootop. Joon Young yang datang segera menyalami Jik dan mengatakan kalau mereka sudah lama tak bertemu. Jik sudah besar. Jik menatap dingin kemudian menghitung jumlah biaya yang mungkin Joon Young keluarkan untuk membeli burger.

“Berarti semuanya 5,673 dollar.” Ucap No Jik tak mau menjabat tangan Joon Young. Dia lalu meminta nomor rekening Joon Young.

“Aku dengar kau pintar. Dan ingin menjadi dokter.”

Lagi – lagi Jik acuh, dia memang tak bisa membayar langsung tapi dia akan menyicilnya tiap bulan. 


Jik mengulurkan tangan untuk memberikan ponsel agar Joon Young menuliskan nomor rekeningnya. Joon Young tersenyum miris, matanya mulai memerah.

“Jik, Aku menyukai kakakmu. Aku sangat menyukainya sampai aku menjadi gila karenanya. Aku tak bisa makan. Aku tak bisa tidur atau bernafas. Jadi aku butuh bantuanmu, katakan padanya untuk jangan lari. Katakan padanya agar dia memandangku. Katakan agar dia percaya padaku. Aku dengar dia hanya mau mendengarkanmu.”

Jik menatap dongkol, hatinya sama sekali tak tergerak. Dia akan mengirimkan uang 5,673 dolar itu secepatnya ke agensi Joon Young. Jik pun pergi begitu saja saat Joon Young mencoba memanggilnya.




Otak dan pendengaran No Eul masih dihantui oleh ucapan Joon Young padanya. dia menggeleng kepalanya kuat – kuat namun ucapan itu terus melekat dalam pendengarannya.


Dikantor, Asisten Kang mengantarkan kunci mobil setelah Ji Tae kemarin meninggalkan mobilnya didepan rumah Joon Young. Asisten Kang kemudian dengan hati – hati bertanya, akankah dia diizinkan satu menit saja berbicara dengannya sebagai seorang teman?

“Baik.”

Asisten Kang meminta Ji Tae untuk berhenti mengejar No Eul lalu minta maaf pada Jung Eun. Dia sudah bertindak terlalu jauh. Kalau sampai No Eul mengetahui identitasnya dan jika Jung Eun tahu siapa No Eul. Dan kalau sampai orang tuanya juga tahu. 

“Satu menitmu habis.” Ucap Ji Tae tanpa ampun.



Asisten Kang masih mencoba membujuk namun Ji Tae kembali menegaskan bahwa satu menitnya sudah berakhir.

Ji Tae menghubungi Sekretaris Kim, “Sekretaris Kim, apa kau sudah membelikan apa yang aku katakan?”


Joon Young memarkirkan mobilnya didepan rumah Nari. Dia ingin turun tapi sedikit ragu. Saat itu pula, Ji Tae berjalan kaki menuju rumah No Eul. Keduanya sama – sama sadar akan kehadiran satu sama lain. Tapi Ji Tae mengabaikannya dan berjalan menuju rumah Nari.


Ji Tae bersiap menekan bel pintu namun Joon Young buru – buru menyerobot dan tersenyum pelit padanya. tak selang lama, No Eul datang membukakan pintu namun melihat wajah Joon Young membuatnya begegas kembali menutup pintu. Kaki panjang Joon Young sontak menahannya lalu tersenyum dengan manis pada No Eul.

No Eul menatap malas Joon Young tapi tak bisa berbuat apa – apa karena kaki Joon Young mengganjal pintu.




Ji Tae rupanya membawakan No Eul makan dan memintanya untuk segera makan. Eul masih diam hingga Ji Tae mencoba menyuapi No Eul.

“Dia punya tangan juga. Dia tak terlihat seperti sedang sakit parah.” Celetuk Joon Young dengan sarkatis. No Eul sontak menatapnya Joon Young dengan jengkel.

Ji Tae menawarkan makanan favorite No Eul yang lain tapi No Eul hanya menghela nafas. Dia baik – baik saja. 

“Kalau memang baik – baik saja, kau harus makan.”



Mendengar ucapan Ji Tae, Joon Young menatapnya dengan tatapan menye – menye. No Eul melirik dongkol dia dan berniat menerima suapan Ji Tae. Tapi belum sempat masuk dalam mulutnya, Joon Young datang dan menyerobot makanan No Eul.

Joon Young duduk diantara mereka, menjauhkan No Eul dengan Ji Tae.


“Bubur abalonnya tak enak. Jangan makan. Ini akan merusak nafsu makanmu.”

No Eul hilang kesabaran, dia bangkit dari duduk lalu mengingatkan mereka bahwa ini adalah rumah temannya. Dan dia juga bisa mencari makan sendiri jadi mereka bisa pergi. No Eul pergi meninggalkan mereka dengan jengkel.

“Ya benar. Jangan makan bubur. Kita orang korea harus makan nasi.” Seru Joon Young. Ji Tae diam menatap Joon Young dengan kesal.




Joon Young memakan dengan lahap bubur yang dibawa Ji Tae. Dia penasaran kenapa Ji Tae selalu berada disamping No Eul, padahal dia sudah menolaknya. Apa dia tak bisa menerimanya tapi tak mau memberikannya pada orang lain?

Ji Tae balik bertanya, akankah Nona Yoo Na tahu kalau dia ada disini?

Joon Young tertawa remeh, bagaimana mau tahu. Nomornya saja dia tak punya. Joon Young melempar wadah kosong makanan ke atas meja, “Aish, rasanya sungguh memuakkan.” Hahaha

“Baiklah, aku akan memberikan komentar tentang aku yang tak berhak mencintai No Eul. Apa kita butuh izin untuk mencintai seseorang? Aku bisa mencintai siapapun yang aku ingin.”

Ji Tae tersenyum sarkatis, “Kau benar. Seorang pria mencintai wanita tidaklah butuh izin. Jika kau menyukai seseorang maka lakukanlah. Aku sempat bimbang dan kau membuatku berfikiran lurus.”


Joon Young menarik pergelangan tangan Ji Tae, dia bertanya siapa sebenarnya Ji Tae. Dia mengenakan jam mewah dengan jaket murahan. Siapa dia yang selalu bersama No Eul dan mencoba menyepadankan dirinya dengan No Eul? Mesin jamnya terlihat lembut dan sejauh ini belum ada yang palsu. Siapa kau? Apa kau seorang pencuri atau penipu?

Ji Tae menarik tangannya. Tak perduli siapa dia tapi mereka berdua hanyalah dua pria yang tak pantas untuk mencintai wanita yang sama. Itu adalah tragedi yang disayangkan. 
Joon Young terdiam, mungkin dalam batinnya dia mengamini juga perkataan Ji Tae.




Ji Tae menerima sebuah panggilan. Dia segera menjauh dari Joon Young.

Diseberang telefon terdengar suara Haru yang panik mengatakan kalau ibu mereka pingsan.


Ji Tae bergegas masuk ke ruang rawat ibunya. Namun dia terkejut melihat Jung Eun tengah tertidur disamping ibu. Jung Eun bangun, dia menjelaskan bahwa Ibu dan dia berniat untuk pergi ke sauna. Tiba – tiba dia mengeluh dadanya sakit lalu pingsan.

“Apa yang kau lakukan padanya?” tuduh Ji Tae.

“Apa maksudmu?”


Haru muncul menyela ucapan Ji Tae. Bagaimana dia bisa menyalahkan orang yang sudah menyelamatkan ibu mereka? ibunya masih hidup karena Jung Eun yang telah membawanya ke rumah sakit. Memangnya dimana kakaknya saat ini terjadi? Dia sudah menelfon Ji Tae sampai sepuluh kali tapi tak ada jawaban.

Jung Eun meminta maaf karena seharusnya dia lebih memperhatikan Ibu. Haru menghentikannya, dia sudah menyelamatkan ibu untuk apa meminta maaf. dia bahkan sangat takut saat Ayah sedang dalam perjalanan kerja dan Kakaknya tak mengangkat panggilannya.

Haru mulai menangis, dia tak tahu harus bergantung pada siapa saat itu. Jung Eun mencoba menenangkan. Tak akan terjadi apa – apa pada ibunya.



Ji Tae menggenggam tangan ibu dengan khawatir. Jung Eun menjelaskan bahwa dokter mengatakan kalau ini mungkin efek dari transplantasi ginjal. Mereka akan tahu yang sebenarnya telah terjadi setelah hasil tesnya keluar.

Ji Tae masih enggan bicara.

“Kenapa kau tak menjawab? Kau bahkan tak mengucapkan terimakasih pada penyelamat ibu. Dimana sopan santunmu?!” semprot Haru.

Jung Eun mencoba memberi pengertian bahwa Ji Tae mungkin sedang sibuk bekerja. akan sangat sulit menerima panggilan ketika bekerja.



Joon Young mencari – cari keberadaan No Eul dan menemukan dia tengah makan sendirian disebuah warung. No Eul mendelik melihat Joon Young nyengir kuda kearahnya.

Joon Young menggerakan tangannya dan berbicara tanpa suara, “Selesaikan makananmu dan keluar. Aku akan menunggumu disini.”



No Eul sudah menghabiskan makanannya tapi melihat Joon Young berdiri diluar membuat dia malas. Ia pun memesan satu mangkuk nasi lagi.


Joon Young lama menanti, beberapa pelajar hampir mengenalinya. Ia pun berbalik untuk mengintip No Eul dan melihat mangkuk makanannya sudah penuh lagi.


No Eul terus menjejalkan makanan sampai malas. Tapi beruntung Joon Young sudah menghilang, dia pun memukul dadanya agar makanan itu cepat masuk ke perut.

Tangan No Eul ditarik seseorang, itu Joon Young yang muncul tiba – tiba lalu mengurut tangan No Eul. Dia akan membawa No Eul ke dokter paling tepat untuk masalah ini. Joon Young meninggalkan uang diatas meja lalu menarik No Eul pergi.


No Eul menghempaskan tangan Joon Young, “Apa aku terlihat mudah untukmu?”
“Tidak.”
“Apa aku mudah dikendalikan?”
“A~~niya.” Jawab Joon Young bikin pengen nampol. :D


Joon Young mengaku kalau dia ingin membuat No Eul merasa lebih baik. Lagipula Yoo Na sudah membantunya lepas dari sebutan wanita mata duitan. Jadi jangan sampai ada orang yang mengenali mereka berkelahi disini.

No Eul meminta dilepaskan tangannya yang kini digenggam oleh Joon Young dan ia simpan dalam sakunya. Joon Young menolak,dia tak ada niatan melepaskannya. Dia menyuruh No Eul untuk mengikuti dia saja.


No Eul masih enggan untuk menatap Joon Young. Joon Young mengatakan kalau No Eul terus mengabaikannya dan fans –nya dengar mungkin mereka ingin membunuh No Eul. Mereka mencoba untuk bertemu dengannya sebentar saja bahkan tak bisa.

Masa bodo, No Eul meminta Joon Young untuk meninggalkannya di rumah sakit dan pergilah. Joon Young setuju saja, dia memang pintar dalam hal pergi dalam sekejap tanpa bekas. Tapi untuk sekarang, dia hanya minta waktu 3 bulan atau paling lama empat bulan.





Pokoknya tak perduli, No Eul akan kembali menempel pada Hyun Woo. Dia akan berulah sampai cintanya diterima. Menelfon, menemuinya dan bahkan kalau harus memohon.
“Lakukan saja apa yang kau inginkan.”
“Aku menyukainya, bukan kau.”
“Aku tak perduli. Aku tak perduli siapa yang kau suka. Ego dan kecemburuan? Aku tak punya waktu untuk itu.”



No Eul lagi – lagi acuh, dia mengeluh karena letak rumah sakit sepertinya sangat jauh. Sedangkan Joon Young melirik ke arahnya, sedikit kesedihan timbul dari wajahnya.


Bukannya membawa ke rumah sakit, Joon Young malah mengajaknya ke kedai milik Young Ok. Belum apa – apa No Eul sudah melihat ada tulisan larangan bagi fans Joon Young untuk makan disana.

Tahu kalau ini kedai milik orang tua Joon Young, No Eul pun memutuskan untuk kabur. Joon Young menjegal tangan No Eul lalu menariknya masuk.



Young Ok baru saja membaca berita mengenai Joon Young yang berkencan dengan Yoo Na. Namun tak selang lama Joon Young masuk ke kedainya dengan menggandeng No Eul.
Young Ok diam melihat tangan putranya menggenggam tangan No Eul.



Young Deuk mempersilahkan tamu yang hendak pulang lalu memasang tulisan bahwa kedai di tutup karena urusan pribadi.


No Eul berbisik pada Joon Young agar tangannya segera dilepaskan. Setelah menolak terus, akhirnya dia mau melespakannya juga. No Eul pun membungkuk memperkenalkan diri namun Young Ok tak menjawab apapun.

“Bukankah ini wanita mata duitan itu?”
No Eul mengaku kalau dia bukan wanita mata duitan. Dia hanya korban untuk menutupi skandal Joon Young.

Joon Young mengalihkan permbicaraan dengan mengatakan pada Ibu kalau No Eul punya masalah pencernaan. No Eul menolak, dia akan pergi mencari obat sendiri. Dia menjamin bahwa dirinya dan Joon Young tak berkencan. Dan dia bukan pula wanita mata duitan.




Jung Shik tak berfikir demikian, mereka tak tampak tak ada apa – apa. Karena No Eul adalah wanita pertama yang pernah dibawa Joon Young menemui Young Ok. 

“Dia wanita yang kusuka. Yang aku katakan kemaren..”

No Eul menyela, “Manager Oppa mengatakan padaku, Joon Young tak ada dalam kondisi pikiran yang benar. Kepalanya dipukul oleh orang dengan kayu, jadi otaknya..”

Jung Shik mendesis untuk menghentikan ucapan No Eul. Joon Young menambahkan kalau dia memang sangat menyukai No Eul, dia baru menyadarinya dua minggu yang lalu. No Eul mengelak. Jung Shik akhirnya mengambil kesimpulan bahwa yang suka itu Joon Young, dan dia mengejar wanita mata duitan. Jung Shik memanggil Young Ok untuk menyadarkan putranya.



Young Ok malah bangkit, dia tak mau berhadapan dengan orang tak jelas ini. dia menyuruh Young Deuk membuka toko lagi. 

No Eul memanggil Ibu, dia sekali lagi meyakinkan dan menjamin tak ada hubungan apapun antara dia dan Joon Young. Dia tahu tempatnya berada (posisinya). Dia akan mengabaikannya jadi mereka tak perlu khawatir.

“Yak, No Eul!” sentak Joon Young.

“Atau kalau tidak, apa aku perlu menandatangani perjanjian?”

No Eul seperti akan muntah, dia kembali mengatakan kalau dia akan menghilang dari hadapan Joon Young kalau perlu. No Eul kembali mual sampai akhirnya Ibu tak tahan melihatnya lalu menepuk punggung Eul.


Young Ok mengurut tangan No Eul dan bersiap untuk menusuk jempolnya dengan jarum. No Eul mengira kalau Young Ok melakukannya karena membenci dia. No Eul pun menutup mata sambil mengeluarkan suara seperti lumba – lumba. Dia memohon agar Ibu Joon Young jangan terlalu membencinya.

“Aku belum melakukannya. Aku juga tak membencimu.”

“Kenapa? Kalau aku jadi kau, mungkin aku akan membunuhku.”

“Tidak. Kau bilang kau tahu tempatmu berada.” Ucap Young Ok. Dan terdengarlah suara jeritan No Eul karena jempolnya sudah ditusuk dan berdarah.




Jung Shik menghampiri Joon Young, tanpa sengaja dia mendang sepatu milik No Eul. Dia pun berbalik dan membenahi letak sepatunya. Joon Young tersenyum karena itu tandanya Jung Shik sudah menerima No Eul.

Jung Shik memberikan beberapa kali pertanyaan perkalian. Dengan mudah Joon Young menjawabnya dengan benar. Jung Shik pun yakin kalau Joon Young memang dalam kondisi otak yang benar, soalnya dulu saat Gook Young menyukai wanita mata duitan. Dia selalu menyebut angkat 3 sebagai 8.

Joon Young tersenyum. Jung Shik bertanya, kenapa Joon Young bisa menyukai wanita dengan sepatu murahan? Padahal banyak gadis menggunakan high heels disekelilingnya?
Joon Young sendiri bertanya – tanya tentang hal itu.

“Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya.” Celetuk Jung Shik.



Jung Shik menceritakan masa lalu Ayah Joon Young, banyak wanita yang berkeliling disampingnya tapi dia malah memilih dengan Young Ok yang seperti biksu. Tapi setelah tua nanti, dia akan berfikir kalau high heel lebih menarik dari pada sepatu murahan. Seperti ayah Joon Young, dengan posisinya sekarang maka akan sangat mudah baginya menemukan Young Ok. Tapi sampai sekarang, dia tak pernah mencoba mencarinya.

Joon Young yang tadinya mendengar kisah itu dengan tersenyum pun mulai sirna.



Hyun Joon bergegas turun dari mobilnya, Ji Tae dan Jung Eun sudah menantikan dia didepan gedung. Hyun Joon mengangguk dan bergegas untuk menemui istrinya.


Jung Eun menahan tangan Ji Tae yang berniat mengikuti Ayahnya. Dia bertanya kenapa Ji Tae bisa berubah seperti ini. Ji Tae tak ingin mendengarkan ocehan Jung Eun namun langkahnya terhenti saat Jung Eun bertanya, apa dia sangat menyukainya? Cukup dengan mengubah setelan mahalnya dengan jaket murahan dan berbaur dengannya?

Ji Tae berbalik, “Aku ingin menghabiskan waktu dengan keluargaku. Aku akan meminta Pak Kang mengantarkanmu.”

“Ji Tae –Shi!” sentak Jung Eun.



Dokter menyatakan bahwa hasil tes menunjukkan kesehatan Eun Soo sudah kembali normal dan dia bisa kembali besok. Eun Soo menolak, dia seorang pasien gagal ginjal yang melakukan operasi 10 atau 15 tahun yang lalu. Keadaannya bisa saja memburuk, dia setiap saat bisa kembali sakit.

“Nyonya...”

Eun Soo meminta Dokter agar mengatakan pada Hyun Joon bahwa mereka akan melakukan yang terbaik tapi anggota keluarga khususnya suami harus membuat kondisi yang nyaman untuknya. Harus lebih memperhatikan dan merawatnya. Operasi lain mungkin akan menyebabkan hasil yang drastis. Bisakah ada mengatakan itu pada suamiku?

Dokter itu masih tergagap untuk menjawab namun Hyun Joon sudah sampai di ruang rawat Eun Soo.


Eun Soo bergegas menutup matanya lagi. Hyun Joo segera menanyakan kondisinya pada Dokter dan Dokter itu memberikan pernyataan seperti yang diinginkan oleh Eun Soo.



Ji Tae mengganti pakaiannya dengan setelah jas. Dia ingat ucapan yang dikatakan oleh Jung Eun tadi. Dia memberitahukan bahwa pernikahan mereka akan dilaksanakan satu bulan lagi. Dia sudah mengatakan pada Ibu Ji Tae kalau dia ingin segera menjadi menantunya. Bulan depan adalah perayaan ulang tahun Ibu dan Ayah Ji Tae, saat itulah mereka juga akan menikah.

Ji Tae menggenggam erat dasinya dengan marah. 



Young Ok sibuk membuat makanan, dia mencoba membuka botol minyak ikan namun kesulitan. Joon Young membantu membuka lalu menuangkannya tapi dia menaruhnya terlampau banyak sampai sangat asin. STOP! Kau bodoh, bagaimana bisa menyiram minyak ikan seperti menyiram air?

Young Ok mencicipi makanannya sambil merem melek. Joon Young pun menyiramnya lagi dengan air.

“Apa yang kau lakukan?”

“Katanya keasinan?” ujar Joon Young sambil menahan senyum jahilnya.



Joon Young bertanya, “bukankah No Eul cantik? Seperti kau dulu, tapi dia tak akan menjadi sepertimu. Aku tak akan membiarkan hidup seperti apa yang kau alami.  Dia tak akan terluka, dia tak akan direndahkan.”

Young Ok mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan kalau seladanya tak enak.

Joon Young masih tersenyum, pokoknya dia akan menjaga No Eul dan tak akan menyerah untuk mendapatkannya.



No Eul sudah sedikit mendengar cerita mengenai Joon Young. Jung Shik mengatakan bahwa Joon Young ini kelihatannya memang seperti top star tapi sebenarnya ibunya tak mau memasak makanan untuknya. Yang dia dapat hanya cacian dan keluhannya saja.

“Tapi ngomong – ngomong, kenapa mereka berpisah?”

Jung Shik mengatakan bahwa Joon Young ini dulunya ingin dijadikan jaksa tapi tiba – tiba keluar sekolah karena alasan yang tak jelas dan memilih menjadi selebriti. Jung Shik keceplosan, dia menyuruh No Eul tanya sendiri kelanjutannya pada Joon Young.

Jung Shik menatap sepatu No Eul, “Ngomong – ngomong, dimana ayahmu bekerja?”

No Eul tak menjawab, dia hanya menatap canggung Jung Shik.


Joon Young menepikan mobilnya didepan rumah Nari, dia sedikit mencertakan hal tentang ibunya. Ibunya adalah seorang single mother sejak berusia 22. Saat SMA, dia pernah bekerja sebagai pegawai bar demi membayar uang tutor –nya. Bahkan dia pernah mencoba menyogok guru hingga anaknya ini malu. Dan saat ia meminta Tangsuyuk, mereka sampai tak bisa makan satu hari.

“Apa kau masih berfikir kau tak sepadan denganku?”



No Eul tak menjawab pertanyaanya, dia hanya mengucapkan terimakasih pada Joon Young lalu masuk kedalam rumah.


Didalam mobilnya, Joon Young kembali harus menunjukkan wajah sedihnya.


Ji Tae meminta Hyun Joon untuk pulang saja, dia yang akan menjaga ibu. Hyun Joo menolak karena dia akan selalu disamping ibunya. Dia yang akan menemani. Dia saja yang pulang, Haru pasti kasihan kalau dirumah sendirian.

Ji Tae mencoba membujuknya namun Hyun Joon tak menggubris, dia mengelus sayang dahi istrinya. Ji Tae pun tak bisa membantah lagi.



Sesampainya dirumah, Ji Tae menerima pesan dari No Eul. Dia bertanya apakah Ji Tae ingin makan mie?
Seketika senyum terulas manis diwajahnya.


Ji Tae menerima sebuah panggilan dari Hyun Joon. Entah ada angin barat atau angin timur atau apa, dia mengatakan kalau dia ingin lebih baik lagi dalam memperlakukan Ji Tae. Dia meminta maaf atas segala yang telah ia lakukan.

“Kau sudah melakukan yang terbaik seperti sekarang.”

“Tolong katakan pada Jung Eun ucapan terimakasih ku. Aku sangat berhutang budi padanya.” 

Ji Tae terdiam mendengar ucapan Hyun Joon. Dia seperinya urung untuk menemui No Eul.



Bong Sook menghidangkan makanan yang banyak pada No Eul. Dia mengaku prihatin karena No Eul sudah ditolak oleh Joon Young dan Ji Tae. Dia merasa kasihan jadi dia memberikan makanan itu gratis.

No Eul pun menerimanya. Bong Sook bertanya, memangnya kau menunggu siapa?

“Ahjussi.”

“Hyun Woo-ku?” tanya Bong Sook. Haha. Dia sepertinya memendam rasa atau bagaimana, ia pun bergegas membenahi makanannya kembali dan menyisakan dua mangkuk mie pesanan No Eul.


Sepulangnya Joon Young, dia dikejutkan oleh kehadiran CEO Nam Goong dan Gook Young. Keduanya sama – sama bersikap so’ manis karena takut kena marah Joon Young. Bahkan berniat untuk berlutut.
“Kalian sudah melakukan yang terbaik.” Puji Joon Young meninggalkan mereka.
Sontak keduanya menganga tak mengerti, mereka malah dapat pujian dari Joon Young.



No Eul mencoba menghubungi Ji Tae namun tak kunjung menerima jawaban. Akhirnya dia kesal juga, dia sebenarnya ingin Ji Tae menahannya. tapi dia tak datang saat mengatakan dia akan datang. Jangan salahkan keputusanku.



Ponsel Joon Young berdering, dia menerima panggilan dari seserang yang berhasil membuatnya segera terkejut. Dia bangkit dari tidurnya. “EUL?”

Joon Young masuk dalam mobil dengan wajah sumringah. Dia sudah meminta Eul untuk mengulangi kata – katanya tapi Joon Young berubah pikiran. Dia ingin mendengarkannya langsung dari mulut Eul.



Joon Young menepikan mobilnya saat melihat Eul duduk di pinggiran sungai. Dia keluar dengan senyum terulas manis diwajahnya, namun tiba – tiba pandangannya kabur. Dia menahan tubuhnya sejenak sebelum akhirnya melanjutkan jalannya.


“If you thought, I would fall or give up or step aside over something like this, then you were wrong. Come at me with all you have. I will never despair, be sad, or succumb.”

Kalau kau pikir, aku akan jatuh atau menyerah ataupun mundur untuk sesuatu semacam ini, kau salah. Datang padaku denganmu sepenuhnya. Aku tak akan pernah patah harapan, sedih ataupun mengalah.”  - Good Job!!!

Joon Young melebarkan senyumnya dan mendekap Eul dalam pelukannya. 






Bersambung ke Episode 9


Tidak ada komentar:

Posting Komentar