Senin, 07 November 2016

Uncontrollably Fond - Ep. 18 Part 2


Setelah mengalami hari yang berat, Eul memutuskan untuk pergi ke kedai Bong Sook. Dia dengan sembarangan meraih gelas bekas pelanggan lain. Bong Sook dengan panik menghentikannya namun Eul masa bodo. Anggap saja aku tong sampah!

Bong Sook dengan mengomentari hidup amburadul Eul, kemudian ia bertanya mengenai gosip Shin Joon Young. Eul dengan malas menyumpal kedua telinganya menggunakan tangan. Dia tidak mood untuk mendengar nama Shin Joon Young.



Beberapa cewek duduk didekat bangku Eul, mereka mengobrol tentang gosip Shin Joon Young yang kena kasus obat – obatan terlarang. Eul yang sedang sensitif dengan makhluk yang bernama Joon Young pun langsung mengatai mereka, bisa diem ga!

“Siapa dia? Dia gila!”

“Iya. Aku memang gila!”



Bong Sook datang dengan kesalnya, dia menenangkan pelanggannya karena Eul itu sedang dalam kondisi buruk. Ia kemudian ikut nimbrung bersama mereka untuk membaca berita.

Eul makin jengkel saja, didunia ini masih ada banyak topik yang bisa dibahas. Politik budaya ekonomi atau apalah, kenapa harus Joon Young yang dibahas?

PLAK! Sendok sayur langsung menghantam kepala Eul, Bong Sook menyuruhnya untuk pergi. Pantas saja pelanggannya banyak yang membicarakan masalah Joon Young, dia sedang jadi trending topik! Kalau tak mau dengar, pergi saja!


Eul hendak pergi namun langkahnya terhenti karena ada Ji Tae disana. Rupanya Bong Sook yang sudah mengirikan SMS padanya. Bong Sook dengan bercanda menyarankan agar Ji Tae jaga jarak jauh – jauh, Eul mungkin sedang datang bulan.

Eul mengabaikan kehadirannya namun Ji Tae menahan lengan Eul, dia ingin bicara dengannya.


Keduanya sudah berdiri ditempat tenang untuk berbicara. Ji Tae meminta maaf karena telah membohongi Eul. Juga tentang Joon Young yang ternyata anak Hyun Joon. Eul menatapnya dengan sinis, dia menganggap mereka telah mempermainkannya. Apa kalian puas?

“Tidak sama sekali. Bahkan Joon Young menderita sama sepertimu. Mungkin lebih mengenaskan.”

Eul menolak untuk mendengarkan alasan atas kebohongan mereka.

“Joon Young dipenjara karena tuduhan penggunaan obat – obatan terlarang, hasilnya mungkin positif! Ayahku yang melakukannya. Joon Young dulu menikam Ayah untuk tahu pelaku yang membunuh Ayahmu. Dan ini balasan yang ia dapatkan.”



“Memang apa hubungannya denganku?” tanya Eul masih berlagak tak perduli.

Ji Tae menunjukkan betapa bodohnya dia dan Joon Young yang sudah bersedia melakukan semua ini demi wanita. Ini semua karena rasa bersalah mereka. Hidup Joon Young tak akan lama lagi, seharusnya dia menghabiskan sisa hidupnya untuk bahagia. Pengecut sepertiku mungkin tak akan bisa melakukannya. Joon Young membutuhkanmu! Aku memohon padamu Eul.

“Tidak!” singkat Eul pergi begitu saja.


Sesampainya dirumah, ada masalah baru yang harus dihadapi oleh Eul. Nari memberitahukannya kalau dia sudah memberitahukan kisah sebenarnya dibalik kasus tabrak lari Ayah Eul. Nari merasa bersalah, tapi memang tak ada cara lain.

Eul menghembuskan nafas berat, ia kemudian tersenyum untuk menenangkan Nari yang terlihat tak enak hati.



Jik langsung mencecar Eul dengan seribu pertanyaan yang sudah dia simpan sejak tadi. Kenapa kakaknya tak memberitahukan keterlibatan Choi Hyun Joon untuk memalsukan kasus Ayah? Istrinya menggunakan nyawanya untuk mengancam Eul? Kenapa tak memberitahuku!

Eul memegang dahinya yang hampir pecah dengan masalah yang bertubi – tubi harus ia hadapi. Ia menjawab dengan tenang, aku tak ingin kau terluka.



“Kau membuatku seperti orang bodoh!”

“Biarkan aku saja yang bodoh.”

“EUL!!”

Bentakan Jik memancing perasaan Eul yang tertahan, dia mulai berteriak membalas ucapan Jik. Dia menganggap dengan menyembunyikan semua ini, maka hidup Jik tak akan berakhir begitu saja. Dia bisa tersenyum dengan tulus, makan enak bukan sepertinya yang tak bisa tertidur lelap. Tak tahu caranya makan dengan enak. Hidupmu akan penuh dengan rasa bersalah! Aku tidak bisa membuatmu seperti itu!


Ucapan kakaknya telah membuat kemarahan Jik reda. Dia sadar maksud kakaknya tidak buruk. Ia pun memeluknya dengan sedih. Cukup, maafkan aku.

“Jangan biarkan aku memaafkan mereka! Jangan biarkan.” Ucap Eul dengan tatapan penuh tajamnya.

-oOo-



Setelah kejadian semalam, Jik bertemu dengan Haru dan memberitahukan bahwa ia menyukai namja. Haru terkejut, gadis mana yang namanya namja? Apa dia lebih cantik dariku?

“Namja. Lawan jenis wanita. Male.” Ucap Jik.

Haru menganggap ini hanyalah lelucon semata. Jik meyakinkan, inilah alasan kenapa Nari melarangnya berpacaran dengan Haru. Dia juga tak suka melakukan skinship. Maaf, aku tak memberitahukanmu sejak awal.


Jik dengan susah payah harus mengatakan, “kita tak usah saling bertemu lagi mulai sekarang.”

Haru sangat marah sampai tak bisa mengatakan apa – apa lagi. Dia menyuruh Jik untuk tak meminta maaf padanya ataupun mengucapkan selamat tinggal. Dia juga menghapus nomor Jik, Haru tak mau menghubungi Jik lagi seperti wanita gila. Kau juga harus menghapusnya!

Dengan berat hati, Jik menghapus nomor Jik.


Tanpa sengaja seorang pelayan bertubrukan dengan Haru. Jik mencoba memegang tangannya.

Haru marah tak mau disentuh. Dia kemudian menghubungi seorang pria dihadapan Jik, “Kwang Soo Oppa, ayo kencan!”

 Mata Jik berkaca – kaca dengan sedih dan kecewa yang bercampur aduk.



Mereka berdua sama – sama menangis pedih. Dua anak polos ini menjadi korban dari perang antara orang dewasa disamping mereka.



Sepulangnya dari cafe, Jik telah membuang semua wajah sedihnya dan menunjukkan bahwa ia tak ada masalah sama sekali dihadapan Nari. Eul masih saja tidur saat itu, dia sudah tidur selama 15 jam tanpa bangun.

“Kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan Haru?”

Jik mengangguk. Nari tak percaya kalau Haru mau melepaskannya begitu saja. Jik tak ingin membahas Haru lebih lama, dia mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Nari makan.



Diranjang, Eul masih terlelap didalam tidurnya. Ia memimpikan kenangan manis bersama Joon Young hingga ia pun enggan untuk bangun dari tidurnya. Mungkin kalau bisa memilih, dia akan pilih hidup dalam dunia mimpi yang begitu indah. Kehidupannya terlalu kontras dari sebuah mimpi, terlalu pahit dan menyedihkan. 


Didepan kantor polisi, reporter telah mengerubungi CEO Nam dan Gook Young untuk mengorek informasi tentang Joon Young. CEO Nam menegaskan bahwa Joon Young tak pernah mendekati hal – hal semacam itu. Dia tak menggunakan obat – obatan sama sekali.
Dari kejauhan, Gook Young melihat Jung Sik dan Young Ok datang ke kantor polisi. Dia pura – pura akan mengambil ponsel didalam mobil agar bisa meninggalkan kerumunan reporter.



Gook Young bersikap seperti tak mengenal Jung Sik dan Young Ok, jangan melihatku! Bersikap seolah – olah kalian datang untuk urusan lain. Keduanya pun langsung berlagak sibuk sendiri. Young Ok kemudian menanyakan perkembangan kabar Joon Young.

“Kami baru saja menemuinya. Dia baik-baik saja. Dia menyuruhku mengatakan padamu kalau dia baik – baik saja.” ucap Gook Young.

Young Ok yakin kalau putranya memang baik – baik saja. Gook Young memberitahukan bahwa hari ini tak diizinkan melakukan kunjungan.



Ternyata didalam kantor polisi, Hyun Joon tengah menemui Joon Young. Joon Young mengucapkan terimakasih atas kontribusi yang telah Istri Hyun Joon lakukan untuknya.

Dengan santai, Hyun Joon memberitahukan kalau kasus ini adalah rekayasanya. Tak ada hubungannya dengan istrinya. Ini menandakan Joon Young harus pensiun, dia bisa pergi keluar negeri dengan ibunya dan hidup dengan nyaman disana. Aku akan memberikan cukup...

“Aku punya cukup uang.” Sela Joon Young.



Tapi sayangnya, Joon Young menolak untuk pergi keluar negeri. Hyun Joon memintanya untuk memikirkan tawaran itu dengan lebih bijak. Joon Young tersenyum miris, kau punya kekutan yang besar seperti 10 tahun yang lalu.

Hyun Joon tertawa, “Aku tahu. Aku melakukan semua itu untuk menjadi sekarang ini.”

“Apakah kau meninggalkan Ibuku untuk mengumpulkan semua kekuatan itu? Bukan hanya Ibuku yang meninggalkanmu, ‘kan?”

Hyun Joon diam tak membantahnya. Joon Young menyimpulkan sikap itu sebagai jawaban ‘ya’.



Hyun Joon memang punya hati sekeras batu bahkan setelah melihat ekspresi Joon Young, dia masih menawarkannya perjanjian untuk meninggalkan korea. Kalau Joon Young setuju, maka ia akan menghentikan penyidikan kasus ini.

“DETEKTIF! Kami sudah selesai!” bentak Joon Young. 

Sebelum ia meninggalkan ruangan, Joon Young sempat memanggilnya sebagai Ayah namun panggilan itu akan menjadi yang pertama dan terakhir. Fakta Hyun Joon adalah ayahnya akan dianggap sebagai aib dan hal yang memalukan. Joon Young merasa malu sampai ia mati.


Untuk sejenak, tatapan mata Hyun Joon terlihat gamang seolah ada sorot kesedihan disana.

Joon Young berniat untuk membuka pintu, namun tiba – tiba dia pingsan. Hyun Joon melihatnya dan masih terpaku tak bereaksi.

Eul sudah bangun dari tidur panjangnya. Dia menemukan ponselnya penuh dengan panggilan tak terjawab dari Jung Eun. 

Ia mengingat kembali rekaman CCTV yang ia tonton dirumah Joon Young. Jung Eun adalah pelaku tabrak lari yang telah menghilangkan nyawa ayahnya. Eul akhirnya memutuskan untuk menghubungi Jung Eun.



Mereka melakukan pertemuan disebuah restoran yang telah dipesan Jung Eun hingga tak seorang ada disana. Jung Eun berlaku ramah dan menyambutnya dengan baik. 

Jung Eun dengan lagak polosnya mengaku telah tertipu oleh Joon Young. Joon Young sudah berbicara hal yang tak masuk akal. Kau tak mempercayainya, ‘kan?

“Aku ingat wajah pengemudi yang menabrak Ayah.” Sela Eul membuat mata Jung Eun membulat.




“Aku melihatnya dengan jelas. Tapi kenapa aku tak mengenalimu langsung? Apa kau menikmati hidup mewahmu?” sindir Eul.

Jung Eun menyodorkan sebuah amplop dihadapan Eul. Ini bukan berarti dia mengakui sebagai pelaku tapi sebagai rasa kasihan pada Eul. Dia ingin menghiburnya. Eul menerima uang itu begitu saja tanpa pikir panjang. Jung Eun tersenyum kecil karena rencananya berjalan mulus.



“Aku akan menyiarkannya di TV tanpa proses edit. Juga, aku akan mengantarkan uang ini sebagai bukti di kantor polisi atas apa yang kau lakukan.”

Jung Eun menatapnya tajam, toh kau cuma PD freelance. Eul tak gentar meskipun dia hanya karyawan magang. Dia akan mengusahakannya karena tak selamanya kekuasaan bisa menang.

“Shin Joon Young. Pria yang kau cintai akan terluka.”

“Kalau dia salah, dia harus mempertanggung jawabkannya. Itu berlaku untuk siapa saja.” Tanda Eul.


Eul bangkit, ia mengaku tak menyukai kopi yang Jung Eun sajikan. Dia lalu menarik taplak meja sampai semua kue yang terhidang berceceran dilantai, “kau bisa memakan semua itu.”

Jung Eun berteriak – teriak kalap karena ulah Eul.



Dikediamannya, Hyun Joon banyak melamun dan terdiam entah memikirkan apa. Ji Tae datang dan langung mencecarnya dengan pertanyaan. Apa yang harus dia lakukan? Apa tak ada yang bisa ia lakukan untuk menghentikan orangtuanya yang sudah menjadi monster?

“Hentikan omong kosongmu. Ayahmu sedang kelelahan.”

“Maaf karena harus mengatakan bahwa tidak ada caranya.” Jawab Hyun Joon.

Ji Tae mengangguk, dengan jawaban itu maka ia telah memutuskan sesuatu. Dia menghubungi Kyu Cheol untuk menyiapkan konferensi pers. Dia akan memberitahukan kebobrokan orangtuanya yang akan membuat publik tercengang.

“Ji Tae!” bentak Eun Soo.

“Apa cara itu akan berhasil? Silahkan, kalahkan aku. Aku akan menang dalam pertarungan ini.”

Hyun Joon mengepalkan tangannya dengan geram, dua putranya sudah memberontak disaat yang bersamaan.



Kabar mengenai Joon Young yang sakit parah tersiar ditelevisi. Jung Sik lemas ketika mendengar berita ini. Sedangkan Young Ok sibuk melayani pelanggan hingga ia tak menyadari pemberitaan ini.


CEO Nam sibuk menerima panggilan. Namun Gook Young dan Man Ok duduk lemas tak sanggup untuk mengangkat telefon. Mereka berdua menangis dengan sedih, seorang yang mereka kenal selama bertahun tahun dengan sangat tiba – tiba dikabarkan sakit parah tanpa mereka ketahui.



Nari, Jik, Haru dan yang lainnya mendengar berita ini.



Ji Tae menuju ke lokasi konferensi pers namun ia merasa kalau ia tengah diikuti. Ia pun melakukan mobilnya dengan kencang dan berbalik arah secara tiba – tiba. Tanpa ia ketahui, dari sisi jalan sebuah truk barang tengah melaju dengan kencang. Mobil Ji Tae pun tertabrak oleh truk itu. Ahjussi! T_T

-oOo-



No Eul duduk dibangku taman, dibawah pohon sakura yang tengah berguguran. Joon Young datang dan memuji aktingnya yang begitu baik. Wanita yang mendekatinya sampai percaya dan langsung pergi. Joon Young tidur dipanggkuan Eul, ia meminta izin untuk istirahat selama sepuluh menit disana.

Ini mengingatkan kenangan Eul dengan Joon Young dimasa kuliah Joon Young. Ia lalu menatap wajah Joon Young dengan sedih. Terngiang pesan dokter dalam benak Eul bahwa ingatan Joon Young akan terganggu. Dia akan kesulitan membedakan ingatan dimasa sekarang dan masa lalu.


Eul menatap ke arah kelopak bunga yang berjatuhan dengan indahnya disaat Joon Young terlelap dalam pangkuannya.

Setelah sekian lama kelelahan dan mengalami masa yang menyedihkan akhirnya dia kembali ke masa yang ia nantikan dan masa ingin ia ulangi.” Narasi Eul.

1 komentar: