Senin, 07 November 2016

Uncontrollably Fond - Ep. 16 Part 2

Pikiran Hyun Joon masih kalut dan mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Dia sampai tak konsentrasi ketika mengendara, akibarnya ia hampir saja menabrak rombongan orang yang tengah menyebrang jalan.





Ji Tae pun juga masih memikirkan masalah tadi. Dia rupanya melihat ekspresi sedih Hyun Joon ketika menatap rumah Joon Young. 

Tak lama setelah itu, Joon Young keluar dari dalam rumah. Mereka berdua menatap satu sama lain tanpa kata – kata.



Mereka berdua kini duduk berhadapan sambil menyesap secangkir kopi. Keduanya bertatapan dengan kurang bersahabat. Tanpa basa – basi, Ji Tae bertanya kapan Joon Young akan mati? Dokter sudah memberitahukannya, ‘kan? Berapa lama sisa waktumu?

Joon Young tersenyum remeh, dokternya mengatakan kalau masa hidup seseorang bergantung pada tekadnya. Masih banyak yang ingin ia lakukan, jadi dia tak akan mati sekarang. Bahkan mungkin Ji Tae yang akan mati duluan.



Ji Tae mengatakan kalau dia akan membalaskan dendam Joon Young maupun No Eul. Jadi dia berharap agar Joon Young bisa meninggal dengan damai. Jangan memanfaatkan Jung Eun karena itu hanya akan memperburuk keadaan. Meninggallah dengan damai sebagai bintang yang menyedihkan namun indah, Shin Joon Young.

Senyum Joon Young berubah serius, kau tidak sedang bercanda, ‘kan?

Ji Tae sama sekali tak ada niatan bercanda. Dia tak tahu maksud Joon Young apa, hanya saja dia mau Joon Young meninggal dengan tenang. Jangan meninggal dengan menjadi br*ngsek. Ji Tae bangkit meninggalkan Joon Young.

Joon Young berteriak kesal, kenapa kau bilang begitu terus? Aku bahkan belum 30 tahun.


Joon Young mengeluarkan semua obat dari dalam lemari dengan kesal. Ponselnya berdering, Joon Young pun menerima panggilan itu.

Oppa, PD No ada direstoran ibumu.” Tutur Man Ok.



No Eul sedang melahap makanan di restoran milik Young Ok. Dia memuji makanan disana enak sambil terus menjejalkan makanan sampai mulutnya penuh. Young Ok memintanya untuk makan dengan pelan – pelan. Semua itu untuk No Eul kok. Dia pun menepuk – nepuk punggung Eul dengan lembut saat Eul tersedak.

“Apa Joon Young sangat kejam padamu?”

“Bagaimana anda tahu?”

Jung Shik meledek kalau Eul punya kebiasaan yang sama dengan Young Ok. Suka makan disaat sedih. Young Ok buru – buru menyuruh Jung Shik untuk kembali bekerja.



No Eul mengaku kalau Joon Young adalah pria paling buruk yang ditemuinya. Sangat egois dan kasar. Hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia penakut dan pendendam. Dia bahkan tak peduli dengan orang lain secuil pun. Young Ok menatap No Eul sambil bengong, apa.. kau mengejek putraku?

“Ya. Aku bahkan belum mulai.”

Young Ok menyarankannya untuk mencari orang lain kalau memang putranya bersikap seperti itu. No Eul menolak karena tak ada pria lain yang mau dengannya.


Young Ok rasa populasi pria sangatlah banyak, contohnya Young Deuk. Man Ok buru – buru melarang, “Dia milikku.”

“Aww.. Man Ok –ah.” Ucap Young Deuk tersipu. Jung Shik langsung membentak mereka berdua dengan tak suka.



“Dia juga pria.” Ucap Young Ok menunjuk Jung Shik.

“Ahjussi, apa kau mau jadi pacarku?”

Jung Shik buru – buru tertawa garing dan meminta Young Deuk menelfon psikiater. Mereka akan segera membawakan pasien kesana.

Young Ok melihat ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Eul, dia mengajaknya untuk bicara setelah dia selesai makan.


Diluar restoran, mereka berbicara kembali dan Young Ok menyarankan supaya No Eul meninggalkan Joon Young saja kalau memang dia diperlakukan tak baik. No Eul terus menatap Young Ok, dia menyuruh Young Ok untuk memeluknya. Atau Eul yang harus memeluknya?

Eul langsung memeluk Young Ok dengan raut wajah sedih. Dia meminta Young Ok untuk membiarkannya sebentar saja. Dia minta agar Young Ok memberikan dia kata – kata untuk menguatkannya. Dan juga apapun yang terjadi, Young Ok jangan terlalu sedih. Jangan sampai hancur.

Young Ok yang tak tahu apa – apa terus meminta Eul melepaskannya. Eul tak perlu mengkhawatirkan dia. Eul masih terus berdiri memeluk Young Ok, menyembunyikan tangisnya yang hampir tumpah.


Joon Young sampai didepan restoran Young Ok, dia melihat mereka berdua tengah berpelukan.



Jung Eun berjalan menuju rooftop, dia ingat akan tawaran Eun Soo untuk menyingkirkan pria yang tengah dekat dengannya. Jung Eun juga ingat kalau Joon Young tak mau kalau dia berhubungan dengan wanita yang masih mengenakan cincin pemberian pria lain.

Jung Eun menatap cincin ditangannya dengan bimbang. Dia juga melihat ke layar disebuah gedung, layar itu tengah menyiarkan berita mengenai film dokumenter milik Shin Joon Young.



Ketika pengambilan gambar untuk film dokumenter, Joon Young tak bisa berkosentrasi dan hanyut dalam pikirannya sendiri. PD Yoon sampai memanggilnya beberapa kali dan bertanya mengenai daftar keinginan Joon Young? Apa dia sudah memikirkannya, maukah Joon Young memberikan clue?

“Ah, hal pertama dalam daftar keinginanku adalah mengajak pacarku melakukan rekaman ini dan membanggakannya.”

“Maksudmu Kim Yoo Na?”

“Bukan.”


CEO Nam buru – buru menghentikan acara syuting, dia memberikan kode dan mengatakan kalau pacar Joon Young kan memang Kim Yoo Na. Apa udara dingin sudah membuatnya lupa? Joon Young memintanya untuk menghentikan semua kebohongan ini. CEO Nam buru – buru meminta PD Yoon mematikan rekamannya. Dia berbisik untuk menjelaskan.

Joon Young menyuruhnya berhenti. CEO Nam tetap berbisik kalau mereka punya alasan sendiri.



“Lalu pacar siapa yang kau maksud? PD No Eul?” sela Gook Young tak suka. CEO Nam juga langsung mendampratnya.

“Bukan.”

“Apakah Direktur Yoon Jeong Eun?”

“Kau benar.” Jawab Joon Young enteng.

Kedatangan No Eul memecahkan ketegangan diantara mereka. CEO Nam buru – buru melabraknya dengan kesal, apa yang kau lakukan disini?

Eul mengaku kalau dia akan bekerja menjadi asisten disana. Dia akan akan menggulung kabel, memasukkan data, menyunting, mengemudi, dan menjadi samsakmu. Eul menolak untuk pergi dari sana karena dia sudah berinvestasi di drama ini. Dia tak mau menyerahkan hasil rekamannya kalau tak diperbolehkan terlibat dalam pembuatan film dokumenter ini.


Tiba – tiba nyeri kembali menyerang kepala Joon Young. Dia memijiti dahinya yang nyeri tak tertahankan. Suara keributan dihadapannya pun mulai terdengar samar. Pandangannya membuyar.

Joon Young tak mau roboh dihadapan mereka semua, dia menyuruh mereka semua untuk pergi dari rumahnya. Sikap aneh Joon Young tak luput dari perhatiannya, dia menyuruh mereka untuk pergi sesuai permintaan Joon Young.



CEO Nam melemparkan roti ke wajah No Eul, dia menganggap semua ini karena kehadiran yang mengacaukan segalanya. Gook Young meminta Bos untuk berhenti. Dia bertanya pada Eul, apa dia baik – baik saja?

Tentu saja Eul baik – baik saja. Dilempar roti itu tak akan terasa sakit.

Gook Young geregetan sendiri, bukan itu maksudnya. Dia pun dengan kesal mengatakan pada CEO Nam bahwa ia tak mau bekerja sama dengan manusia br*ngsek seperti Joon Young.




Joon Young berjalan dengan gemetaran menuju ke kamar mandi. Dia menenggak obat penahan rasa sakit. Tubuhnya bergetar kuat seolah sakit itu menjalar diseluruh tubuhnya. Ia berniat kembali ke kamar tapi sayangnya, tubuh Joon Young sudah tak tahan lagi dan terjatuh dilantai.


No Eul terduduk lemas ketika melihat Joon Young sudah terkapar dilantai. Dia tak mungkin kuat untuk mengangkatnya sehingga ia mengompres Joon Young disana.



Perlahan kesadaran Joon Young kembali. No Eul mengatakan kalau dia hendak menelfon 911 tapi takut akan ada rumor yang tersebar. Ia mengajak Joon Young untuk dipersiksa. Dia akan menghubungi Dokter Kang. Joon Young membanting ponsel Eul dan membentaknya, Aku menyuruhmu pergi!

Semua orang sudah pergi, jadi Eul memohon agar Joon Young mau dipersiksa. Dokter Kang mengatakan kalau dia harus segera menerima perawatan.

“Pulanglah.” Perintah Joon Young seraya bangkit meninggalkan Eul.



No Eul menahan Joon Young, kenapa dia sangat keras kepala? Apa dia takut kalau semua orang akan tahu? Jangan perdulikan itu semua. Dia sekarang... sedang sekarat. Eul menyuruhnya melupakan tentang film dokumenter. Dia harus dirawat dan melakukan segala macam cara.

Joon Young menarik lengan Eul untuk menyeretnya keluar rumah. Eul mengancam akan memberitahukan pada semua orang tentang masalah ini.

“Lakukan semaumu.” Ucapnya sambil membanting pintu.

Joon Young kembali kedalam rumah setelah berhasil mengeluarkan Eul. Dia tak lipa mengganti kode rumahnya agar Eul tak bisa masuk semaunya sendiri. 



Ji Tae sampai dirumahnya tapi disana ia melihat Hyun Joon yang masih duduk didalam mobil. Ji Tae mengetuk kaca mobil Ayah, mereka berdua berniat untuk masuk ke rumah bersama – sama. Ji Tae mengomentari ayahnya, kau pulang telat?

“Kau juga.”

“Ayah, berjanjilah padaku kalau kau tak akan meninggalkan ibu apapun yang terjadi.”

Ayah tersenyum, tentu saja dia akan berjanji. Kau juga, kan?

Tidak, begitulah jawaban Ji Tae. Dia tak bisa berada disamping ibunya, itulah kenapa dia ingin agar Ayah mau mendampingi ibunya. 


Jung Eun tengah bertamu di rumah Hyun Joon. Dia membenahi penampilannya dan lagi – lagi melihat kearah cincin yang tersemat dijari manisnya.


Haru menyapa Jung Eun dengan ramah. Eun Soo mengajak mereka untuk makan tapi Haru menahannya, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Haru menggeret Jung Eun agar duduk disampingnya, “Saat seorang pria jatuh cinta kepada seorang wanita, bukankah normal jika dia ingin bergandengan tangan dan berciuman?”

“Kurasa begitu.” Jawab Jung Eun ragu.

“Siapa yang melakukan pendekatan lebih dulu antara Kakak dan Ji Tae?”

“Siapa yang mencium siapa, kapan, dan di mana?”

Jung Eun tak menjawab pertanyaan yang satu ini. Haru membujuknya, dia sudah besar kok. Dia paham mengenai masalah seperti ini.



“Apa yang kau bicarakan sambil berbisik – bisik begitu?” tegur Hyun Joon.

Mereka berdua pun bergegas bangkit. Ji Tae merasa kesal karena ibunya tak memberitahu dia kalau Jung Eun juga diundang diacara ini. Jung Eun menatapnya tajam, sekalipun tak diundang. Dia akan tetap datang karena ada yang akan dia bicarakan.

“Seperti apa?”

Eun Soo mencoba mencairkan suasana dan menahan pembicaraan serius ini. Tapi Jung Eun tak mau, dia bergegas menghampiri Ji Tae dan mengembalikan cincin tunangan mereka. Mari berhenti bermain rumah – rumahan.


“Aku sudah berpacaran dengan pria lain.”

Jung Eun menghormat pada Hyun Joon, dia berterimakasih atas bantuannya dahulu. Tapi ia pikir apa yang Ayahnya buat sudah lebih dari cukup untuk membalas budi kebaikannya. Jung Eun membungkuk pada Eun Soo, dia sudah mengembalikan tas yang dia berikan. Ia letakkan dikamarnya. Dia bisa membeli sendiri tas apapun yang dia inginkan. 


Jung Eun langsung pergi dari hadapan mereka. Hyun Joon tiba – tiba mengeluarkan suara, siapa pria yang berpacaran denganmu?

Ji Tae terkejut, dia takut kalau Jung Eun mengatakan identitas pria yang sedang berpacaran dengannya.


No Eul menggulung tubuhnya sendiri dengan selimut. Wajahnya terus menunjukkan ekspresi yang sama.



Jik duduk bersama Nari, dia meminta tangan dari lalu menggenggamnya. Dia kemudian memeluknya secara tiba – tiba. Tak ada reaksi apapun dijantungnya. Nari mengernyit menatap tingkah ajaib Jik, dia yakin kalau Jik sedang stres karena ini tahun akhir-nya di SMA.

“Noona, apa aku boleh menciummu?”

Nari melongo, itu bukan kegilaan tingkat rendah loh?

Jik mengecup pipi Nari begitu saja. Dia memegang dadanya tapi tak merasakan apapun. Kenapa rasanya berbeda saat ia menggandeng tangan Haru? Seperti ada aliran listrik statis saat mereka bersentuhan.



“Br*ngsek. Menyebalkan.” Keluh Eul saat bangkit dari tidurnya.

Jik dan Nari melongo sambil menunjuk Jik. Eul buru – buru pergi tanpa memperdulikan kebingungan mereka berdua. Haha. Mereka pun terus melongo tak mengerti.


Joon Young tersadar dari rebahannya, dia merasa ada yang aneh karena sedari tadi tak melihat kehadiran Pororo. Dia mencari – cari diseluruh sudut rumah tapi tak bisa menemukannya. Joon Young menghubungi Gook Young, “Hyung, kau tahu dimana Pororo?”
Gook Young menganggap kalau Joon Young Cuma cari – cari alasan agar bisa menghubunginya. Bukankah Joon Young sudah melepaskan Pororo agar dia bisa menghirup udara bebas? 

Joon Young tertegun beberapa saat sebelum akhirnya sadar.

“Ah, aku ingat sekarang. Aku sudah melepaskannya.”

“Menyusahkan. Aku muak bicara denganmu. Selamat tinggal.” Rutuk Gook Young.


No Eul mengetuk pintu rumah Joon Young dengan geram. Joon Young ada dihalaman rumahnya dan bisa mendengar semua ocehan Eul.

Eul marah dengan keputusan Joon Young, dia tahu kalau Joon Young hanya takut membuatnya terluka saat dia meninggal. Tapi semua itu salah, mereka tak begitu saling kenal. Mereka tak saling mengerti. Namun Eul menyukainya. Dia mencintainya. Sekarang, dia tak mau lagi menyia – nyiakan waktu untuk selalu bersama Joon Young. Dia akan terus menempel padanya dan menatapnya tanpa henti.


Joon Young gamang, ia mulai mantap untuk berjalan menuju pintu. Tapi alarmnya berbunyi, disana menunjukkan kalau batasnya tinggal 13 hari sebelum kasus Ayah Eul tak bisa lagi digugat ulang.

Tak lama setelah itu Gook Young menelfonnya, dia dengan kesal mengatakan kalau Joon Young memanglah superstar. Tapi dia tak bisa begitu saja menjadi b*jingan dan nemplok pada setiap wanita. Dia tak boleh terus menyakiti Eul karena dia akan mendapatkan balasan saat ia mati.

“Batas waktu penuntutan apa yang berakhir dalam 13 hari? Aku memasang alarm bertuliskan batas waktu penuntutan dalam 13 hari.”

Gook Young keheranan, ya mana dia tahu. Panggilan pun berakhir dan Joon Young menatap pintu rumahnya dengan linglung.


Jung Eun datang ke rumah Joon Young, dia melewati Eul dengan sangat percaya diri.



Tak lama setelah itu, Joon Young membukakan pintu. Jung Eun dengan bahagia menunjukkan tangan yang telah tak bercincin lagi. Dia pun memeluk Joon Young. 

Joon Young diam saja dengan tatapan linglungnya. Tepat saat itu, Eul muncul dari balik tembok. Dia menatapnya dengan hati yang hancur lebur.

KOMENTAR:
OMOOOOO... Aku berteriak discene terakhir. Ya ampun... rasanya aku pengen meluruskan semua yang ada dalam isi otak Joon Young. Wkwkwkw. Aku bingung sama jalan pikirannya, yang aku bilang di episode 14. Kalau dia sakit, bagaimana caranya dia membalas dendam? Saat ini saja dia sudah mulai linglung, apalagi batas waktunya tinggal 13 hari untuk menggugat ulang. Sedangkan sehabis gugatan, masih ada proses panjang sebelum akhirnya ketuk palu. Bagaimana kalau Joon Young berhasil menggunggat ulang tapi saat pengadilan berlangsung Eul malah kalah? Siapa yang bisa menjamin semua itu. disaat keluarga Yoon punya kekayaan yang berlimpah. Uang memang tak bisa membeli segalanya tapi dia bisa menyewa segalanya.

Dan yah, satu hal lagi? Dia bilang tekad? Tekad untuk sembuh Joon Young tak ada, bagaimana dia bisa mempertahankan hidupnya. Dia mau menunggu keajaiban yang datangnya satu banding seratus juta kemungkinan. Heol....

Dan, ya. Hal sulit juga dialami oleh Ji Tae. Baik, kita anggap dia tahu dan berniat untuk mengungkapkan kebenaran dan menjatuhkan orangtuanya. Tapi yang namanya menjatuhkan kedua orang tua yang membesarkan dan mendidiknya? Apa itu bukan pilihan yang sulit? Dia juga diposisi yang menyulitkan sama seperti Joon Young.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar