Rabu, 09 November 2016

The K2 - Episode 11 Part 1






Kepala JSS menghubungi Kepala Polisi, dia memberitahukan bahwa dirinya akan menggunakan polis asuransi.




JSS siap melaksanakan tugas dan Guru Song tak mau ketinggalan untuk ikut memberikan andil dalam perang ini. Rekannya yang lain menolak tapi Guru Song kekeuh, dia tak bisa diam saja. 

Salah seorang dari mereka akhirnya memutuskan untuk membiarkan Guru Song ikut dan menurunkannya nanti.



Anak buah Gwan Soo juga sudah bisa melihat pergerakan aneh JSS. Dia langsung menghubungi Sekretaris Gwan Soo.

Sekretarisnya memberitahukan masalah ini pada Gwan Soo, rupanya mereka sudah menduga kalau hal ini akan terjadi. Gwan Soo berdecak remeh akan taktik licik Yoo Jin. Sekretarisnya memberitahukan bahwa mereka telah menggunakan pasukan khusus untuk menangani JSS.

“Kita akhiri saja malam ini!” ucap Gwan Soo.

Sekretarisnya mengiyakan. Untuk sementara mereka akan menuju ke tempat persembunyian lebih dulu.


Tak lama setelah rombongan JSS pergi meninggalkan markasnya, sebuah truk barang keluar dari gedung. Dua mata – mata Gwan Soo sempat heran tapi mereka tak begitu memperdulikannya.


Karena merasa dimata – matai, Gwan Soo dan pasukan JSS melakukan petak umpet dijalanan. Tapi sepertinya Gwan Soo sudah bekerja sama dengan polisi lalu lintas sehingga ia bisa mengecoh mereka.
Gwan Soo tertawa puas, dia seperti sedang menonton film mata – mata saat ini.


Sepintar – pintarnya mereka berkelit dari pengejaran JSS, JSS sudah tahu dimana tempat yang dituju olehnya. Ditempat persembunyian Gwan Soo, sniper sudah bersembunyi di truk barang dan beberapa mata – mata sudah mempersiapkan diri ketika mobil Gwan Soo tiba disana.

Sniper melapor pada Sekretaris Kim bahwa Gwan Soo telah sampai ke tempat persembunyian.


                   
Menerima kabar tersebut, Yoo Jin tampak senang karena Gwan Soo telah jatuh dalam perangkap. Ia memuji Kepala JSS yang telah mengambil polis asuransi dengan benar.




Gwan Soo dikawal oleh dua orang penjaga pintu yang mengenakan masker. Sekretarisnya kemudian bertanya, apa kalian sudah makan?

“Ya. Sudah.” Jawab salah seorang dari penjaga bermasker. Sontak Gwan Soo dan Sekeratrisnya terkejut.

Je Ha adalah salah satu dari penjaga bermasker itu, batinnya berkata kalau ini adalah sebuah kode. Penjaga disana bisa mengenali mereka sebagai penyusup dan menodongkan pistolnya waspada. Sekretaris Gwan Soo memerintahkan mereka untuk langsung ditembak saja.






Namun belum sempat menembak, orang – orang Gwan Soo sudah ditembak oleh sniper JSS lebih dulu. Terjadi baku tembak diantara mereka. Gwan Soo ketakutan dan mengajak Sekeratarisnya untuk berlindung didalam gedung.

Je Ha memutuskan untuk mengikuti mereka sambil terus baku tembak. Kalau mereka masuk kedalam gedung maka semuanya akan berakhir. Ketua Tim Seo menjadi rekan Je Ha untuk melaksanakan tugasnya, ia memerintahkan pada sniper untuk melindungi mereka.

Sniper itu segera menembaki orang – orang yang menghalangi jalan Je Ha dan Ketua Tim Seo.




Ditengah pertempuran ini, Ketua Tim Seo terkena tembakan. Je Ha bekerja sendiri menembaki mereka. Dia kemudian menghampiri Ketua Tim Seo dengan khawatir, namun Ketua Tim Seo malah memintanya untuk mengejar Gwan Soo. Kalau mereka tak menangkapnya, maka semua orang akan mati. Je Ha ragu, tapi.....

“Cepat pergi!” serunya.

Je Ha tak punya pilihan lain, ia meminta Ketua Tim Seo untuk melindunginya. Ketua Tim Seo paham dan menembak beberapa pengawal yang ada disana.


Gwan Soo memasuki sebuah ruangan tersembunyi, pintunya siap tertutup namun Je Ha menggunakan kemampuannya untuk meluncur diatas lantai dan berhasil masuk disaat – saat terakhir sebelum pintu tertutup.




Senyum syukur Gwan Soo terulas berfikir kalau dirinya sudah aman tapi ketika ia berbalik, ia tersentak melihat sebuah pistol sudah mengarah ke kepalanya. Gwan Soo bersujud dihapadan Je Ha dengan gemetar.


Je Ha sudah siap menembaknya tapi trauma masa lalunya membuat Je Ha tak bisa menembakkan pistol tersebut. Keringat dingin mengucur deras diwajahnya, ia berusaha keras menarik pelatuk pistolnya tapi terasa begitu sulit. Terjadi konflik batin “Tidak. Tidak. Tidak. Tidak. Jangan.”

Emosi yang membuncah membuat Je Ha melampiaskan kemarahannya, ia menembakkan pistolnya ke langit – langit gedung sambil berteriak kesal.




Sadar kalau dirinya masih selamat, Gwan Soo berkata kalau seandainya Je Ha membunuhnya maka ia tak akan bisa keluar dari tempat ini dengan selamat. Je Ha teringat akan ucapan Anna sebelumnya, dia memintanya untuk kembali hidup. 

Gwan Soo bertanya berapa banyak yang Je Ha dapatkan untuk membunuhnya? Dia akan memberikan bayaran dua kali lipat.



Ucapan itu kembali mengingatkan Je Ha pada Yoo Jin, dia pernah bilang kalau peluru bukanlah satu – satunya yang bisa membunuh seseorang. Sontak Je Ha tertawa geli karena akhirnya Je Ha akan tetap terbunuh. Saat menerima uang itu, mungkin dia akan dibunuh oleh Yoo Jin tapi kalau dia membunuh Gwan Soo, dia akan dibunuh oleh antek – anteknya.

“Kau mengatakan sesuatu yang tentara bayaran sukai.” Ucap Je Ha pada Gwan Soo.

Baiklah kalau begitu, pertama Je Ha menyuruhnya menghubungi Ajudannya dan memerintahkan mereka membiarkan JSS keluar dari sini dengan selamat.


JSS pun bisa keluar dari tempat persembunyian Gwan Soo dengan selamat.




“Ternyata itu kau. Tentara bayaran.” Ucap Gwan Soo.

Je Ha tersenyum kecil, tandanya Gwan Soo tahu tentang dirinya. Kau tahu tentang aku?

Ya. Gwan Soo cukup tahu dan dia mendengar kalau Je Ha membunuh seseorang kemudian melarikan diri.  Tapi jika Je Ha membunuhnya, dia akan sulit keluar dari dalam sini dengan selamat.

Dalam batin Je Ha semakin senang, Gwan Soo tak tahu kalau dirinya tak bisa membunuh lagi. Je Ha seolah meledeknya “Itu masalah yang akan kuurus setelah kau mati.”




Dua kali lipat? Je Ha memikirkannya tapi ia tetap harus menghubungi atasannya untuk meminta persetujuan. Ia pun menghubungi Yoo Jin dan memberitahukan bahwa Gwan Soo ada dihadapannya. Gwan Soo bilang akan memberinya dua kali lipat kalau ia melepaskannya.

Gwan Soo makin panik dan berbisik menawarkan tiga kali lipat. Yoo Jin masih sedikit kebingungan, dalam batinnya ia berkata bahwa Je Ha sendirian jadi ia tak bisa membunuh Gwan Soo. Lalu apa yang akan aku lakukan? Ia meminta pada Je Ha untuk memberikan ponselnya pada Gwan Soo.




Gwan Soo tertawa palsu ketika menerima panggilan dari Yoo Jin. Yoo Jin dengan santai mengajaknya untuk membuat taruhan. Gwan Soo sedang pasrah dan mengaku kalah saat itu juga. Dia membuat sebuah penawaran untuk melepaskan Se Joon dari kantor kejaksaan. Kalau dia membunuhnya maka Se Joon tak akan bisa keluar. Lepaskan dirinya kali ini saja.

“Hanya waktu yang akan mengatakan apakah Parlemen Jang akan bebas atau tidak.” Ucap Yoo Jin santai.


Gwan Soo menambahkan akan memasukkan Se Joon kedalam partainya. Yoo Jin merasa perjanjian mereka belum setimpal. Dia meminta Gwan Soo untuk mengundurkan diri dari pencalonan presiden.

Yang ini, Gwan Soo menolak. Dia tertawa garing “Bunuh saja aku, Nyonya Choi.”

Yoo Jin akhirnya melepaskan Gwan Soo dan memberinya waktu lima belas menit. Ia memintanya untuk mengembalikan ponsel itu pada Je Ha.


Saat Je Ha sudah menerima ponselnya, Yoo Jin dengan khawatir memintanya kembali dengan selamat.


Diluar, bawahan Gwan Soo menerima kabar kalau mereka akan mundur. Semua orang tentu terkejut menerima keputusan ini, dengan terpaksa mereka harus membiarkan JSS pergi begitu saja.


Se Joon dilepas dari kantor kejaksaan dan wartawan langsung mengerubunginya. Mereka mencecarnya dengan berbagai pertanyaan terkait penahanannya. Se Joon hanya menanggapi kalau Kantor Kejaksaan sudah melakukan kesalahan dan telah meminta maaf secara resmi.

Ia tak lagi menggubris pertanyaan lain dan masuk dalam mobilnya.


Kepala JSS bertepuk tangan atas keberhasilan mereka tapi Yoo Jin masih belum senang, dia akan menunggu sampai K2 kembali.


Seorang jubir partai melakukan konferensi pers dadakan untuk menyatakan bahwa Se Joon terbukti tak bersalah, oleh karena itu mereka akan segera memperpanjang undangannya untuk bergabung kembali dalam partai mereka.

Wartawan sampai kaget, Se Joon baru saja dibebaskan dari penjara tapi mereka sudah membuat pengumuman. Apa mereka sudah berunding lebih dulu?

Jubir itu tampak tergesa – gesa, dia menyuruh mereka untuk merilis saja beritanya.




Sekretaris Kim tampak gelisah dan menghubungi Ketua Tim Seo namun Ketua Tim Seo memilih untuk mengabaikan panggilannya.




Gwan Soo memberikan uang 2 juta dollar yang telah ia janjikan. Ia bertanya bukankah Je Ha melihat semua isi brankasnya? Apa dia tak menginginkan semuanya, dia bisa memberinya semua itu.

“Aku bukan preman.” Jawab Je Ha.

Ya. Dia memang pro. Gwan Soo tahu kalau Je Ha bekerja di Blackstone, di Irak bagian mana?

“Fallujah. Apa kau salah satu pelanggan Blackstone juga?”

Gwan Soo membenarkan, dia sering menggunakan Blackstone untuk melindunginya.

Je Ha kembali memancingnya, apa kau membuat kesepakatan disana? Seorang pelanggan yang menggunakan 30000 dollar setiap hari untuk mendapatkan jasa Blackstone tak mungkin datang kesana hanya untuk bersantai. Disana bau minyak.




“Tidak. Bukan. Disana bau darah.” Ujar Gwan Soo. Gwan Soo mengaku kalau dirinya sudah ingin bertemu dengan Je Ha. Dan sekarang Yoo Jin malah mengirimnya. Je Ha berlagak polos, kenapa?

Tentu saja alasannya karena Je Ha dekat dengan Yoo Jin. Sangat sia – sia kalau sepanjang hidupnya terus begini. Apa dia mau bekerja sama demi bangsa ini?

Je Ha tersenyum remeh karena bangsa ini begitu perduli padanya, dulu. Gwan Soo kemudian menawarkan kemungkinan kerjasama diantara mereka. Kalau Je Ha menghubunginya, ia akan menjadi orang pertama yang menyewanya.


Saat keluar ruangan, Je Ha langsung dikepung tapi Gwan Soo menyuruh mereka untuk membiarkannya pergi. Je Ha adalah tamunya.

Ketika dia sudah pergi, Gwan Soo tertawa puas karena telah menyuruh Je Ha pergi dengan sedikit uang. Semua didunia ini memang bisa ditawar menggunakan uang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar