Senin, 07 November 2016

Uncontrollably Fond - Ep. 11 Part 1

Jung Shik menjewer kuping anaknya dengan marah, dia kesal karena Gook Young berani mengunci orang yang sedang sakit di kamar. Kalau bukan karena Joon Young, mungkin Gook Young sudah tinggal dikolong jembatan. Tak tahu berterimakasih!

“Aku melakukannya demi kebaikan Joon Young. Kau bahkan tak tahu kemana dia akan pergi? Dia ingin menemui PD No Eul yang sedang ditahan. Dia ditahan dengan tuduhan percobaan pembunuhan pada Anggota Kongres Hyun Joon.”


Mendengar nama Hyun Joon disebut, Jung Shik langsung bungkam. Benarkah? Jung Shik masih tak mengerti maksud putranya, apa itu Hyun Joon? Nama Anggota Kongres itu...



Joon Young memohon agar Ibunya mau menolong dia menemui No Eul. Jelas saja Young Ok menolak, dia meraba dahi Joon Young yang penuh keringat dingin. Keadaannya sedang memburuk, dia akan membelikan obat untuknya.

Joon Young memanggil Ibunya yang bersiap pergi, “Ibu, tentang Tuan Choi Hyun Joon. Kalau kau tetap berada disampingnya, dia tak akan terseret menjadi seperti dia yang sekarang ini. Kalau kau tak pergi dan tetap berada disampingnya, dia tak akan jadi orang yang busuk.”



“Ini semua salahmu, bu!” racau Joon Young dengan keras. Ini salahmu! Kau yang membuat semuanya berakhir seperti ini! Ini semua salahmu!

Jung Shik datang dan menghardik sikap kurang ajar Joon Young. Apa dia lupa bagaimana ibunya membesarkan Joon Young? Ibunya sudah mengorbankan diri agar dia bisa tumbuh dengan baik! Jadi ini yang kau ucapkan padanya? Kau kebangetan!



Young Ok memanggil Jung Shik agar dia menghentikan ocehannya. 

“Kau sebut dirimu putranya? Kau pikir kau segalanya karena kau terkenal? Kalau kau putraku, sudah kupukul kau sampai jadi bubur kertas...”

“Jung Shik!” sela Young Ok dan sekali lagi memintanya untuk keluar. Sebelum keluar, Jung Shik mengancam Joon Young, dia akan membuatnya nangis darah kalau sampai membuat ibunya sendiri menangis.

Young Ok mengatakan pada Joon Young kalau dia akan pergi membeli obat. Joon Young tak menggubris ucapan ibunya, dia hanya mengatakan kalau ia tetap akan berusaha menemui Eul meskipun dia harus merangkak menemuinya.


Young Ok keluar dari kamar Joon Young dengan tatapan kosong. Langkahnya lemas setelah mendengar ucapan putranya yang tak sepenuhnya ia mengerti maksudnya. Saking lemasnya, Young Ok sampai terduduk disana.


Didalam kamar, Joon Young mulai putus asa setelah tak seorang pun mau memberikannya bantuan. Dia menyeret kursi dengan lemas dan bersiap menghantamkan kursi itu ke jendela kamarnya.

-oOo-




No Eul mendongak saat mendengar Joon Young menyebut namanya. Joon Young tengah tersenyum menatapnya dengan lembut. Sipir membukakan pintu sel No Eul. Joon Young pun segera menghampiri lalu melepaskan syalnya untuk dililitkan pada leher Eul.

“Kenapa kau lama sekali? Kau tahu berapa lama aku menunggumu?”

“Maafkan aku.” 

Dengan suara parau, No Eul meyakinkan kalau dia sama sekali tak berniat untuk membunuh Hyun Joon. Dia sudah berusaha ikhlas dan berniat melupakan segalanya. Joon Young mengusap air mata di pipi No Eul dengan sayang, aku tahu.

“Aku takut.”

“Apa yang ditakutkan saat aku ada disini?” ujar Joon Young.



Joon Young mengajak No Eul untuk pergi berlibur seperti yang telah mereka rencanakan. No Eul sempat mengerutkan dahi tak percaya, sekarang?

“Ya, sekarang.” 


No Eul tak jengah untuk terus memandang wajah Joon Young selama perjalanan. Tangan keduanya terus bertaut seolah takut saling kehilangan satu sama lain. Mereka saling melempar senyum dan Eul pun meletakkan kepalanya di pundak Joon Young.




Mereka sampai disebuah tempat yang sudah dipersiapkan Joon Young. Sebuah serambi kecil dengan lilin dan kursi ditepian pantai. Udara pantai bertiup menerpa keduanya dan mereka pun duduk berdampingan dalam keheningan disana.

“Ayo kita habiskan waktu sebelum akhirnya kembali menghadapi kenyataan. Ayo sembunyi ditempat dimana tak seorang pun menemukan kita dan menghabiskan waktu disana sebelum kita harus kembali.” Ujar Joon Young membelai rambut Eul.



Joon Young meletakkan kepala No Eul di dalam pelukannya. Mereka berbagi kehangatan ditengah kepiluan hidup mereka. Joon Young mengecup puncak kepala No Eul dengan penuh kasih sayang.

Eul tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia menangis dalam pelukan Joon Young.


SH*T. Ini semua hanya mimpi indah untuk No Eul. Kejadian tadi hanyalah angannya semata. Kini No Eul masih meringkuk dalam penjara dengan kedinginan. Senyumnya terulas diwajah No Eul yang masih tertidur.

-oOo-


Disisi lain, Joon Young masih terdiam menerawang keluar jendela dengan tatapan kosong. Gook Young mengecek kondisinya dan makanan yang ia sajikan masih saja utuh.


Tak lama kemudian, Jung Shik menerima telefon dari Gook Young yang memberitahukan kalau Joon Young sama sekali belum makan. Dia bahkan seperti tak bernafas sama sekali. Dia khawatir kalau Joon Young mati kalau terus begini.

Jung Shik merutuk kesal karena Joon Young sampai seperti ini hanya karena wanita. Dia akan datang kesana membawa kompor lalu memasukkan makanan langsung dalam mulutnya.



Tak ubahnya dengan Joon Young, Young Ok pun masih terus melamun dan memisahkan tauge dengan salah. 

Jung Shik menatap Young Deuk tapi dia hanya mengedikkan bahu. Seketika Jung Shik mengejar Young Deuk yang sudah membiarkan Young Ok melamun terus seperti itu.

-oOo-



Ji Tae duduk didalam mobil memperhatikan Jik yang menyendiri dipelataran rumah tahanan. Nari dengan panik menghampiri Jik dan bertanya mengenai ujiannya. 

Jik rupanya absen dari ujian. Nari paham betul kalau Jik tak bisa fokus untuk belajar. Dan sekarang apa yang mereka lakukan? Hyun Woo yang biasanya bersama mereka tiba – tiba juga menghilang.



“Siapa yang perduli? Katakan pada Joon Young dan Hyun Woo untuk pergi! Kita bisa menyelesaikan masalah kita sendiri.” kesal Jik. Namun kekesalan itu kemudian berubah kesedihan. Tapi bagaimana kalau kakak menangis? Aku tak pernah melihat kakakku menangis. Kalau aku melihatnya menangis sekarang, aku bisa gila. Apa yang harus aku lakukan?

Mendengar keluhan Jik membuat Ji Tae sama sedihnya. Ia memejamkan mata dengan perasaan berat.




No Eul menyeruput sop yang dibawakan oleh Jik dan Nari. Eul mencoba bersikap tegar dan bercerita mengenai seorang ahjumma yang mirip Mario Lee. Ia ingin mencairkan suasana bahkan menirukan tarian Mario Lee. Jik dan Nari mencoba menghentikan tingkah konyol Eul.

“Yak.. kau seharusnya seperti itu...” rutuk Nari serius. 

Bukannya menghentikan, Nari malah ikut menari dan menunjukkan gerakan yang benar. 




No Eul mencubit wajah Jik, Jik tak seharusnya khawatir karena dia akan segera keluar dari penjara. Jik tanya apakah Eul benar – benar tak berniat membunuh Hyun Joon? No Eul meyakinkan mereka, dia tak ada niatan seperti itu.

“Aku dengar Joon Young ada disana juga. Kenapa dia sama sekali tak datang menjenguk. Dia harusnya menjadi saksi dan memberitahukan kalau tak ada niatan membunuh sama sekali.” celetuk Nari dengan kesal.

Jik menyuruh Nari untuk tak membahas Joon Young. Nari menambahkan bahwa Jik sampai pergi ke rumah Joon Young untuk meminta bantuannya tapi Joon Young tak membukakan pintu sama sekali. Jik meyakinkan Kakaknya kalau dia akan mengatasi semua ini dan membersihkan nama Eul dari segala tuduhan.

“Seorang murid tugasnya belajar.” Sela Eul. “Joon Young bilang dia akan segera datang. Mungkin dia dalam perjalanan sekarang.”


Wajah ceria Eul seketika berubah murung saat kembali ke dalam sel. Dia menghela nafas berat karena harus tinggal seorang diri disana. Ia melilitkan syal pemberian Joon Young dan menciumnya dengan penuh harap.

“Shin Joon Young, sudah berada diparkiran sekarang. Dia masuk ke mobil. Dia menyalakan mobil. Mobilnya melaju. 59 kilometer lagi. 58 kilometer...”




Nihil. Joon Young masih mematung memandang keluar kamarnya tanpa sejengkal pun bergerak. Gook Young mengecek makanannya dan masih utuh seperti sedia kala. Dia mengatakan kalau itu sup daging buatan Young Ok. Makanan yang dia inginkan selama ini. Makanlah barang satu sendok.

Joon Young diam.

Gook Young menambahkan kalau Ibu Joon Young menyuruhnya untuk kelaparan saja. Tapi dia sama sekali tak akan membiarkan Joon Young keluar

-oOo-


Young Ok tak bisa fokus dengan pekerjaannya bahkan sampai memotong jarinya sendiri. Jung Shik langsung datang memberikan plester, dia sudah tahu kalau semua ini akan terjadi. Harusnya Young Ok lebih hati – hati saat memegang pisau.

Young Ok kesulitan saat harus memasang plester. Jung Shik pun membantunya.

Rupanya pikiran Young Ok masih tertuju pada ucapan Joon Young. Ia seolah penasaran dengan makna dari kemarahan Joon Young kemarin. Ia pun bergegas pergi saat Jung Shik selesai mem –plester lukanya.

-oOo-



Hyun Joon menyesap kopinya, apa yang kau inginkan sampai datang tanpa pemberitahuan?
Ji Tae yang kini duduk dihadapan Ayahnya meminta agar Hyun Joon mau melepaskan PD No Eul. Hyun Joon hanya tersenyum, Apa kau menyukai gadis itu? Sejak kapan?

Ji Tae mengaku kalau ia menyukai Eul semenjak kedua orangtuanya merusak kehidupan Eul. Hyun Joon tahu betul kalau Ji Tae ini mudah iba sejak kecil. Dia bisa kehilangan banyak hal kalau ikut campur dalam masalah ini. Bukankah kali ini dia terlalu berlebihan, bukankah begitu? 

“Aku tak takut.” Mantap Ji Tae.


Hyun Joon berubah sangat serius. Ia menantang Ji Tae untuk mengatakan pada dunia kalau Ayahnya telah menutupi kasus tabrak lari. Dan istrinya, Lee Eun Soo setuju akan hal ini dan merusak kehidupan seorang gadis. Sebagai gantinya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Katakan kalau, mereka adalah orangtuaku! Pergi dan katakan semua itu! Kau tak bisa melakukannya? Kalau kau tak punya keberanian untuk mengatakan semua itu! Jaga mulutmu, dan jadilah si kurang ajar! Seperti yang aku lakukan dulu.

Ji Tae bungkam, tubuhnya bergetar menahan kemarahan yang mungkin sudah sampai diubun – ubun.

-oOo-



Sesampainya dirumah Joon Young, Young Ok tanpa buang waktu menuju kamarnya. Dia langsung memberondong Joon Young dengan pertanyaan, apa yang orang itu lakukan? Apa yang dia (Hyun Joon) lakukan? Kau sudah tahu betapa luar biasanya dia, ‘kan? Jadi siapa yang mengatakan omong kosong itu? Siapa namanya, akan ku sobek mulutnya! Siapa namanya?!

Joon Young menatap ibunya yang masih meluapkan kemarahan. Dengan lirih dia mengatakan kalau dia melihatnya sendiri. Dengan kedua matanya, dia melihat betapa menyedihkan, egois, kasarnya sosok Hyun Joon. Kenapa kau mencintai seorang baj*ngan, bu?



Young Ok yakin kalau Joon Young salah orang. Dia tipe orang yang akan memberi disaat dia sendiri kelaparan. Dia memperlakukan wanita tak berpendidikan sepertinya dengan baik, disaat semua orang memperlakukannya dengan buruk. Dia baik padanya.

“Ayah Eul.. meninggal karena tabrak lari.” sela Joon Young dengan suara bergetar.

“Kenapa kau membawa masalah itu?”

Joon Young menambahkan bahwa Jaksa yang menangani kasus Ayah Eul adalah Hyun Joon. Tapi karena sangat ingin mencapai kesuksesannya, dia malah menutupi kasus itu. Joon Young pikir Eul sudah melupakan semuanya tapi ternyata ia masih dihantui perasaan tersiksa seperti di neraka. Sebaliknya, Hyun Joon sepenuhnya melupakan kejadian itu dan hidup enak layaknya di surga. Itu semua tak adil!



Young Ok belum mau menerima kenyataan itu, ia menganggap Joon Young sudah dibutakan oleh wanita mata duitan. Pokoknya Hyun Joon adalah pria menakjubkan dan terbaik didunia ini. Dia orang baik yang tak bisa disandingkan dengan Joon Young. Kau kurang ajar! Kau tak tahu apa-apa!

Young Ok berniat pergi, tapi ia sempat kembali. Ia mengingatkan kalau Joon Young tak seharusnya memanggilnya dengan Tuan Hyun Joon tapi Ayah. Joon Young adalah putranya!

“Dan juga..” lanjut Joon Young menghentikan langkah Young Ok. “Aku hampir membunuh Eul. Aku tahu kalau pria memuakkan itu adalah ayahku, aku mencoba menutupi keburukannya. Dan aku hampir membunuh Eul karenanya.”

Joon Young menangis seolah menyesal akan keputusan yang ia ambil di waktu lampau. Sedangkan Young Ok tak bisa lagi berkata apa – apa.



Dalam perjalanan pulang, Young Ok masih saja terdiam. Dia ingat pembicaraannya dengan Joon Young.

Ia duduk lemas dan bertanya, apakah karena semua ini Joon Young memutusan keluar dari sekolah?

Bagaimana bisa aku menghukum orang lain karena melakukan kejahatan, saat aku melakukan semua ini?” jawab Joon Young dengan air mata mengalir.

Young Ok diam dengan wajah basah oleh air mata. Sangat sulit untuknya mengetahui fakta yang jauh dari apa yang ia bayangkan dan ia ketahui. Pria yang selalu disanjung dan ia banggakan tak lebih dari baj*ngan.

-oOo-


Joon Young kembali keposisi semula, memandang keluar jendela dalam diam.

-oOo-

Eul merebahkan tubuhnya dan mulai berbicara sendiri. “Dijalan, dia dihadang fans. Jadi dia menunda sampai 2 jam 30 menit. Dan lampu lalu lintas rusak jadi dia harus menunggu sampai satu jam 50 menit. Dia kehabisan bahan bakar jadi harus mengisi bensin lagi. Dan dia harus ganti oli juga. Karena sudah disana, ia juga mencuci mobilnya.”

Rekan satu sel Eul berdehem. Eul pun melanjutkan gumammannya dalam hati.

“Dia masih harus pergi sejauh 43 KM. 42,9 KM lagi. 42,8 KM lagi...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar