Senin, 07 November 2016

Uncontrollably Fond - Ep. 15 Part 2

Jik tak bisa kosentrasi mengingat bagaimana dia menerima kecupan dari Haru. Bukannya belajar, dia malah membaca bertumpuk – tumpuk buku mengenai cinta dan wanita. Jik mengacak rambutnya dengan kesal. Dia memutuskan untuk curhat di forum, kalau dia menerima kecupan dari noona yang dia sukai. Dia berteriak pada noona itu, mengatai dia cabul. Apa aku tak normal?


Jik langsung menerima komentar negatif dari user lain: Dia memang tak normal. Kasian gadis yang menciumnya. Dia yang cabul.

Jik kebingungan, dia buru – buru me –reject panggilan Haru saat ponselnya berdering.


Haru menggerutu kesal ketika pesannya tak menerima jawaban dan kini dia malah diabaikan. Haru menatap wajahnya di cermin, dia yakin kalau Jik masih syok mendapat kecupan dari gadis seperti dia. Tapi tetap saja ini membuatnya kesal, apa dia pikir aku stalker?

Tapi apa jangan – jangan karena mulutnya bau? Haru bergegas mencium uap mulutnya dan kembali menyikat gigi.


Bibi datang dan mengatakan kalau makanan sudah dia bawa ke kamar Haru. Ada tamu jadi dia diminta untuk tak turun ke lantai bawah. Haru mengerti lagian siapa juga yang perduli dengan tamu ibunya.


Tamu Eun Soo tak lain adalah Eul, dia kesana untuk mengembalikan uang sebesar 1 juta dollar. Eun Soo terlihat tak percaya, apa kau bercanda?

Eul meyakinkan kalau dia memang tidak sedang berbohong. Dia tak mau kalau hidupnya berakhir. Dan meskipun tanpa uang itu, dia tak akan bertemu dengan Ji Tae lagi. Dia tak akan mencoba untuk membalas dendam lagi. Meskipun sangat marah, Eul tak akan mengatakan apa – apa sampai dia mati.

“Apa kau pikir aku akan percaya padamu?”

“Terserah anda. Mungkin kalau dewa masih ada didunia ini, dia akan lebih percaya pada orang sepertiku. Orang yang dituduh bersalah, tak punya kekuatan, tak punya koneksi dan hanya menerima hukuman dari para iblis jahat. Tapi anda tak perlu khawatir, karena aku pikir dewa sudah mati sejak lama.”



Saat berjalan keluar dari rumah Hyun Joon, No Eul berpapasan dengan Ji Tae. Dia mengatakan kalau ia berniat untuk menghubungi Ji Tae, dan memberitahukan kalau dia sudah mengembalikan uangnya. Ji Tae senang mendengar hal itu.

Tapi No Eul buru – buru menambahkan kalau dia tak lagi membutuhkan Ji Tae. Dia tak ada niatan untuk membalas dendam lagi. Ji Tae tertegun tak bisa mengatakan apa – apa saat No Eul meninggalkannya begitu saja.


Dalam rumahnya, Eun Soo terkejut saat mendengar berita dari sekretaris –nya bahwa Ji Tae akan mengadakan rapat darurat. Sepertinya dia berencana untuk menggeser Eun Soo dari kedudukannya.

Eun Soo terkejut, “Ji Tae berencana memberhentikan aku? Itu tidak masuk akal. Kau yakin tidak salah dengar?”



Ji Tae pulang saat itu juga dan hanya melihat Eun Soo sekolah tanpa menyapanya, dia langsung menghampiri Bibi Jang untuk menanyakan jas –nya. Bibi Jang mengiyakan kalau dia sudah menyiapkan apa yang Ji Tae minta.

Eun Soo masih terperangah tak percaya menatap Ji Tae. Apalagi sekarang dia mengabaikannya.



Eun Soo masuk ke kamar Ji Tae dengan tergesa – gesa. Ji Tae mengomentari sikap ibunya yang tak mengetuk pintu, tak seperti biasanya. Ibu masih bersikap lembut dan mengaku kecewa dengan keputusan Ji Tae untuk melakukan rapat direksi tanpa memberitahukannya.

Kenapa kecewa? Ji Tae pikir ini adalah keputusan yang tepat soalnya managemen ibu memang buruk dan lalai. Dia bahkan membuat pemilik saham dan kantor cabang mengalami kesulitan.

“Manajemen yang tidak bagus dan lalai? Atas dasar apa...”


Ji Tae tanpa goyah membeberkan semua keburukan dari kepemimpinan ibunya dalam perusahaan. Dia memaksakan suatu proyek yang ditolak oleh sebagian besar anggota direksi. Tapi hasilnya? Hasilnya buruk. Timnya berantakan, penanggung jawabnya dipecat, anak perusahaan goyah, harga saham turun, dan pemegang saham kehilangan uang. Tapi orang yang memimpin baik – baik saja disini.

“Jadi kau akan menyidang ibumu sendiri? Apa kata orang – orang nanti?” tanya Eun Soo dengan suara bergetar marah.

Ji Tae tak begitu perduli, toh semua omongan itu akan segera hilang kalau dia berhasil menunjukkan kebenaran. Ia yakin beberapa orang akan membelanya. Ji Tae pamit pada ibu, sampai bertemu dirapat direksi.



“Kenapa kau melakukan ini kepada Ibumu?” seru Eun Soo. Dulu dia anak yang baik. Kenapa dia berubah? Apa karena wanita itu? Apa wanita itu lebih penting dari ibunya.

Ji Tae mengelah, semua ini memang bukan karena Eul. Tapi mutlak karena kesalahan Ayah dan ibunya.




Didalam ruang rapat, Ji Tae masih duduk melamun sambil memikirkan segalanya. Meskipun dia bicara dengan tegas didepan ibunya, tapi entah bagaimana perasaan Ji Tae yang sebenarnya? Tegakah seolah anak benar – benar membuat Ibu dan Ayahnya terluka?

Hyun Joon sampai ke ruang meeting, dia meminta sekretaris Ji Tae untuk keluar. Dia akan bicara berdua.



“Apakah akhirnya kau cukup percaya diri untuk menyingkap kebenarannya di depan semua orang?”

Ji Tae mengaku kalau dia memang belum sepenuhnya percaya diri untuk mengungkapkan segalanya. Dia belum berani berkata, Orangtuaku adalah orang yang jahat dan menakutkan. Tapi dia hanya berusaha untuk menghentikan mereka, dengan uang mereka bisa bertindak semaunya. Maka dia akan merebut kekuasaan dan uang mereka agar tak membuat lebih banyak orang menderita.

Hyun Joon tersenyum, memuji pemikiran putranya itu dengan nada sinis. Dia akan memberikan dukungan untuknya pada rapat ini.


Hyun Joon merasakan pening dikepalanya. Masalah akhir – akhir ini memang datang bertubi – tubi. Dia meminta sekretarisnya untuk mengambilkan aspirin.

Sekretaris Hyun Joon yang lain melaporkan bahwa Joon Young terdaftar sebagai anak ibunya. Dia tak memiliki ayah. Bahkan saat dia mencari informasi pada fansnya, ibunya merupakan ibu tunggal. Oleh karena itu, nama belakangnya menggunakan nama Ibu. Shin.
Hyun Joon mengernyit, dia semakin menaruh curiga saat mendengar Joon Young tak punya ayah. Dan Young Ok juga tercatat belum melakukan pernikahan. 

-oOo-



Young Ok tengah memanggang daging, ia menyuapkan sepotong untuk Jung Shik. Terlihat seperti pasangan nih dua, tapi keakraban mereka langsung pecah saat Jung Shik mencabut uban dari kepala Young Ok. Young Ok jelas kesal, uban itu adalah hal yang alami jadi biarkan saja disana.

Jung Shik pikir 25 hari yang lalu Young Ok tak punya uban. Dia yakin semua ini disebabkan oleh stres.

“Apa kau memendam perasaan padaku?”

Wajah Jung Shik seketika memerah.

Young Ok mendekatkan wajahnya, “Apa kau menyukaiku?”

Jung Shik mengelak dengan tergagap, tidak.



“Menurutku dia bohong.” Ledek CEO Nam. Dia tahu itu sejak dulu kalau Jung Shik menyukai Young Ok. Dia pikir Young Ok pintar tapi begitu saja dia tak tahu. Jung Shik membela diri kalau dia tak menyukainya, meskipun dia selama ini tak pacaran bukan berarti dia menyukai Young Ok.

Young Ok merasa direndahkan, memangnya aku buruk banget apa? Meskipun aku seperti ini, ada pria lain yang mau menganggapnya wanita. Young Ok bertanya pada CEO Nam, untuk apa kau datang kemari? Kenapa dengan Joon Young?

CEO Nam mengatakan kalau dia kesana untuk membawa Gook Young. Young Ok menunjukkan dia ada didalam, bawa dia.



CEO Nam, Man Ok dan Young Geuk menatap Jung Shik dengan curiga. CEO Nam menghampirinya sambil meledek, dia punya seorang pria yang tak beristri, apa boleh dia memperkenalkannya pada Young Ok? Semoga kau tak marah nanti.

Jung Shik buru – buru menarik kerah bajunya dengan kesal.


Jung Shik membantu Young Ok untuk menempelkan poster, tapi lagi – lagi mereka harus ribut karena Jung Shik mencabuti ubannya. Dia kesal, cabut saja semua rambutku sampai botak!

Hyun Joon memperhatikan mereka berdua yang tampak akrab. Dia memejamkan mata seolah tak tahan melihat semua itu.

-oOo-



Joon Young melongok ke CCTV dan mendapati Jung Eun sudah berdiri disana. Joon Young sepertinya malas untuk menemuinya tapi dia tetap membukakan pintu. Jung Eun menunjukkan kantung berisi anggur. Dia mengajaknya untuk minum bersama. Joon Young tersenyum, tapi dia mau pergi saat ini. apa dia mau menunggunya selama 30 menit?

Jung Eun tidak keberatan, dia bisa berkeliling melihat rumah Joon Young.


Loh, rupanya kepergian Joon Young hanya alasan. Buktinya dia hanya mengendarai mobil sampai ke persimpangan jalan dan memarkirkan mobilnya disana. Joon Young duduk mencari ketenangan didalam mobil.



No Eul mendesah ketika melihat poster film dokumenter terpanjang di dinding. Berat rasanya harus melihat wajah orang yang dicintai (tapi tak bisa dimiliki) berada disetiap tempat. Ekspresinya mirip kalo aku lihat foto Joong Ki gitu. Eya..

PD Yoon nibruk menemani Eul, ia menggeplak kepalanya supaya cepat sadar. No Eul kesal, kenapa kau memanggilku untuk datang kesini?



PD Yoon memberikan tumpukan disk yang berisi rekaman Eul. No Eul jelas saja menolak, dia kan sudah dipecat dari sana. PD Yoon memaksanya, ini adalah tanggung jawab Eul yang harus diselesaikan. Label dan suaranya kacau semua, dia harus memperbaikinya.

Eul kesal, dia datang kesana bukan untuk mendapatkan omelan. PD Yoon mengeluarkan jimat ampuh untuk meluluhkan hati Eul, lembaran uang ia kibaskan didepan wajahnya. No Eul pun hanya bisa mendesah.


Jung Eun berkeliling dan masuk ke kamar Joon Young. Dia memperhatikan ruangan itu dan menunjukkan senyum kecilnya ketika melihat poster Joon Young.



No Eul harus menatap wajah Joon Young dilayar monitor. Dia bersikap seperti sedang melihat film horor dan menutup mata setiap kali wajah Joon Young menghadap padanya. No Eul berulang kali berubah posisi, menghembuskan nafas berat, menggeram, mengeluh, bercampur aduk. Geget deh.

“Aku seorang profesional. Aku bisa melakukannya.”

No Eul berniat untuk ke kamar mandi, tanpa sengaja dia memencet tombil space dan video Joon Young otomatis terputar dilayar.



Video itu saat Joon Young menyatakan cintanya pada Eul, kalau dia punya sisa waktu tiga bulan. Dia ingin berkencan dengan Eul, dengan penuh gairah.

Eul terdiam menatap wajah pria itu, dalam hatinya pasti campur aduk. 


 Dalam ruang rapat, tak ada seorang pun yang menghadiri rapat direksi ini. Sekretaris Ji Tae menyarankan agar dia berhenti. Dia yakin kalau Tuan Lee sudah melakukan sesuatu. Apa kau pikir dia akan diam saja?

Ji Tae tersenyum, dia hanya sedang mengeceknya. Mengecek seberapa berkuasa Ibunya.


Hari sudah berubah gelap, tapi Joon Young belum juga kembali ke rumah. Jung Eun mencoba menghubunginya namun tak menerima jawaban. Dia jelas sangat sangat marah karena merasa dipermainkan.



No Eul masih terus menutup wajahnya karena menatap layar seolah membuatnya terasa bertatapan langsung dengan Joon Young. Apalagi video saat dia meminta Joon Young menyebutkan tentang daftar keinginannya. Dia mengatakan kalau ingin mendengar ‘kau adalah tipeku’ dan ‘aku mencintaimu’ dari orang yang dia cintai.

Eul sampai haus sendiri saking lelahnya menahan perasaan. Dia pun berhenti sejenak untuk meminum seteguk air.




PD Yoon datang lagi, dia memberikan disk yang lain. dia tak bisa mendengar suara dari rekaman itu dan meminta Eul mengeceknya.

Eul melihat video itu tapi suaranya tak mau muncul, dia pun mencoba menaikkan suara sampai batas maksimal. Suaranya tetap tak terdengar. Eul langsung kesal, Joon Young sengaja bicara tanpa suara. Apa kau mengejekku? Kau menjelek – jelekkan aku dibelakang?



Jung Eun meminum anggurnya sendiri dengan wajah kesal. Dia melemparkan ponsel kedalam es.

Tak lama kemudian, Joon Young kembali dengan wajah tak berdosa. Jung Eun bertanya dengan nada menahan amarah, Kupikir kau bilang Cuma 30 menit. Joon Young meminta maaf soalnya urusannya cukup ribet dan dia pikir Jung Eun sudah pergi.

Jung Eun meleparkan gelas ke tembok, pecahannya ada yang menggores pipi Joon Young. 

“Beraniya kau membuatku menunggu. Beraninya kau!” pekik Jung Eun.



Joon Young menghubungi Gook Young dan memintanya untuk menjemput tamunya yang sedang mabuk. Dia tak bisa menghubungi sopir jadi tolong dia kesana. Joon Young meminta Jung Eun untuk menunggu sebentar. 

“Joon Young!” seru Jung Eun saat Joon Young pergi meninggalkannya.


No Eul men –zoom dan mengulang kembali video Joon Young berulang kali. Dia mencoba memperhatikan gerak bibir Joon Young dan melafalkan kata perkata. Aku.. tak.. punya.. banyak.. waktu.. lagi.

No Eul keheranan, memangnya kenapa? Kenapa dia tak punya waktu?

Eul mengecek video yang lainnya lagi. “Aku tak punya banyak waktu untuk mendampingimu, Eul.”


Jung Eun berteriak minta Joon Young keluar dari kamarnya. Dia menuntut permintaan maaf dari Joon Young.

“Aku minta maaf. Aku tak seharusnya melakukan ini pada orang sepertimu.” ucap Joon Young enteng.

Ponsel Jung Eun berdering menerima panggilan dari Eun Soo. Joon Young merebutnya kemudian meletakkannya ke telinga Jung Eun. Tapi Jung Eun tak berani mengatakan apapun.


Ji Tae berada dikantor bersama ibunya. Eun Soo mengira Ji Tae menemuinya untuk menyerah tapi sekali lagi Ji Tae mengatakan kalau dia tak akan menyerah.


Joon Young mengaku kalau dia memang bukan kaya sejak lahir. Tapi dia punya harga diri. Beraninya Jung Eun datang padanya saat masalah bersama calon mertua belum selesai. Kembali saja pada calon mertuamu dan berusaha kembali mendapatkan Ji Tae.

Jung Eun tetiba berubah pikiran, dia mengangkat panggilan dari Eun Soo. “Halo ibu. Aku sedang pergi sekarang. Aku memutuskan untuk melepaskan Ji Tae. Sebaiknya Ibu juga menyerah.”

Jung Eun menatap Joon Young seolah menantang. Joon Young menghampiri Jung Eun dan menciumnya.



Ditempat lain, mata No Eul mulai berkaca – kaca menatap ke arah layar. “Tunggu aku, Joon Young.” 


-oOo-

Bersambung ke Episode 16 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar