Rabu, 05 Oktober 2016

Uncontrollably Fond Episode 3


Mata Eul perlahan terbuka, dia mulai tersadar dan menemukan dirinya terbaring di rumah sakit. Saat ia menatap kesisi tempat tidur, ada pria yang tak ia kenali berdiri disana.



“Kau siapa?”
“Kau tidak mengenaliku? aku manager Shin Joon Young.” Jawab Gook Young kesal.





No Eul melihat situasi disekitarnya, kenapa dia ada disana?

Gook Young sendiri tak tahu kenapa Nona Mangkuk Air itu sudah dirumah sakit. Intinya saat da sedang berkencan, Joon Young menelfon dan memintanya untuk datang. Ia tak punya pilihan karena Joon Young mengancam kalau sampai tak datang, ia akan dipecat.

“Lalu, dimana Shin Joon Young?” tanya No Eul masih lemas.





******
Disebuah tempat hiburan malam, seorang wanita bernama Kim Yoo Na tengah asik menikmati pestanya bersama rekan yang lain. Sebuah rangkaian bunga bertuliskan, Selamat Ulangtahun Kim Yoo Na dari Shin Joon Young datang menghampirinya. Wanita itu kesal, “Katakan padanya untuk datang sendiri jika dia ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Dan katakan padanya untuk membeli buga juga untukku.”

CEO Namgoong muncul dari balik rangkaian bunga, “Kau tahu kan kalau Shin Joon Young tak akan melakukan itu?”



Tapi ucapan CEO Namgoong segera terpotong karena Joon Young tanpa diduga menghadiri pesta ulang tahun Yoo Na. Dengan gagah Joon Young berjalan mendekati Yoo Na, ia mengambil sekuntum bunga dari rangkaian bunga yang CEO Namgoong bawa.

“Maaf aku terlambat. Happy birthday.”

“Jika kau terlambat, nyanyikan aku lagu selamat ulang tahun.” Pinta Yoo Na dengan senyum berbinar.

Joon Young menerima permintaan itu dengan senyuman menawan.







Dengan ditemani denting piano, Joon Young menyanyikan sebuah lagu romantis dengan penuh pengkhayatan. Bahkan Yoo Na mungkin sudah sampai meleleh mendengarkan lagu yang dilantunkan oleh Joon Young.

Tapi yang ada dalam pikiran Joon Young ketika menyanyikan lagu itu adalah No Eul. Yap. Mulai dari saat pertemuan mereka berdua, didepan kantor kejaksaan dan juga pertemuan keduanya hari ini setelah sekian lama.

Dipenghujung nyanyian Joon Young, dia menekan pianonya dengan asal dan kesal karena diakhir pertemuannya dengan No Eul. No Eul memilih meninggalkan dia dan jatuh pingsan di jalan.







Semua orang bertanya – tanya dengan sikap Joon Young yang tiba – tiba seperti orang marah. Joon Young tak menggubris keriuhan pendengarnya, ia turun dari panggung meninggalkan pesta Yoo Na.



Yoo Na bergegas mencegat Joon Young namun Joon Young tetap ingin pergi, dia berjanji akan mentraktir Yoo Na nanti. Yoo Na mengaku kalau ia ingin bersama dengan Joon Young hari ini jadi dia akan ikut bersama Joon Young. Yoo Na menautkan lengannya ke lengan Joon Young.

Joon Young menarik lengannya dari tautan Yoo Na, “Apa aku pernah melakukan sesuatu yang harus kupertanggung jawabkan padamu? apa aku pernah melakukan sesuatu yang harus kupertanggung jawabkan padamu?”

Joon Young menekankan bahwa hubungan mereka itu hanya sebatas rekan kerja.



Yoo Na bertanya dengan amat marah, lalu kenapa Joon Young mau datang ke pestanya?

“aku merasa kepalaku akan meledak karna seorang gadis. Dan kupikir datang kesini akan membuat aku lupa tentangnya. tapi... aku salah tentang itu.” jawab Joon Young dengan senyuman lebar.



*****
Sebelum menerima perawatan, No Eul bergegas meninggalkan rumah sakit saat ia sudah mampu berjalan. Gook Young mencegat kepergian No Eul, dia tak tahu sebenarnya apa yang dilakukan Joon Young. Tapi gelagat No Eul seolah menunjukkan bahwa ia berniat untuk menuntut Joon Young.

“Jangan pergi dan menyerbarkan rumor buruk tentang Shin Joon Young nanti. Mari kita selesaikan ini. oke? Kau menyukai uang tunai, kan? Aku dengar kau bahkan dipecat karna menerima suap.” Bujuk Gook Young menyodorkan amplop.



No Eul menerimanya tanpa banyak kata, dia bahkan menghitungnya tepat waktu itu juga. Gook Young ketakutan kalau sampai orang melihat kejadian itu. No Eul santai, toh baginya dia itu menerima uang yang diberikan secara tulus agar tak mengganggu mereka lagi.

“Sheesh. kau bahkan tidak terlihat tua, tapi kau begitu kurang ajar?”



No Eul menengadahkan tangannya, “Ini 950,000 won. kau mengambil 50.000 won, kan? Aku berani bertaruh bahwa jumlah aslinya adalah 1 juta won.”

Gook Young mengelak namun No Eul tetap menengadahkan kedua tangannya.





No Eul kini bersender dengan lemah dibangku mobil, Gook Young berbicara berbelit-belit padahal pada judulnya, dia ingin menyindir sifat No Eul yang tak punya malu.

“Aku berani bertaruh bahwa jumlah aslinya adalah 1 juta won. sulit untuk hidup tanpa rasa malu seperti mu.”

No Eul tak perduli dan kini tangannya meraih cola sisa Gook Young, tanpa permisi ia langsung meminumnya. Gook Young berteriak, “dan itu colaku! Apa wanita biasanya langsung mengambil dan meminum tanpa meminta?”



No Eul pikir nanti juga Gook Young akan membuangnya. Gook Young meyakinkan kalau dia tak akan membuangnya, dia minta No Eul untuk mengganti yang baru atau dia akan meludahi colanya.

Diam. Rupanya No Eul mengeluarkan kembali cola yang masih ada dala mulutnya ke dalam botol.

Speechless dah Gook Young, “Wow. baiklah. aku kalah. aku kalah, oke?”





Sesampainya didepan rumah, No Eul dikejutkan dengan kehadiran penagih hutang yang mengangkuti barang – barang miliknya. No Eul meminta mereka berhenti, dia bernjanji akan mengembalikan uang mereka secepat mungkin. Penagih hutang tak percaya, lagipula No Eul pasti akan kabur setelah membayar nanti.

No Eul memberikan uang yang ia dapat dari Gook Young, “Ambil ini dan kembalikan komputernya. Jika kau mengambil itu, Jik tidak bisa belajar”





Penagih hutang menerima uang itu, dia juga akan mengambil uang jaminan tempat tinggal No Eul. No Eul geram, Siapa yang memberikan izin?

“Aku.” Jawab Penagih Hutang menyebalkan.

No Eul berteriak kearah mereka, kalau uang jaminan tempatnya diambil, dimana dia akan tinggal?!

Penagih hutang tak perduli. Dia memegang rahang Eul yang sudah meneriakinya dan ia juga memperingatkan Eul kalau mereka sekarang akan melepaskan Eul. Tapi lain kali mereka tak akan melepaskan Eul dengan mudah dan ia akan membuat kontrak yang membuat Eul bisa menyerahkan hidupnya.

“Ya.  Bunuh saja aku!!” ucap Eul dengan nada menantang.







Gook Young memperhatikan No Eul dengan miris. Namun nyalinya menciut saat penagih hutang bertanya apakah dia kenal dengan No Eul?
Gook Young langsung menyanggah dan pamit untuk pergi.





****
Ibu Joon Young kembali dari tempat kerjanya, dia menemukan Joon Young duduk ditangga depan rumah. Ibu berusaha mengabaikan namun Joon Young menarik ujung baju ibunya.
“Dan ia akan membuat kontrak yang membuat Eul bisa menyerahkan hidupnya.”

“Anak pant*tku. Anakku sudah meninggal lima tahun yang lalu.”





“Ibu..” panggil Joon Young dengan lembut.

Ibu menegaskan sekali lagi bahwa anaknya sudah meninggal lima tahun yang lalu. Siapa yang Joon Young panggil sebagai Ibu.

“Ayo kita bermain.” Ucap Joon Young hingga ibu menatapnya dengan heran. Dia pikir Joon Young sudah sakit jiwa mungkin.





“Ibu..” panggilnya lagi.
Ibu mengambil ponsel untuk menghubungi Gook Young. Dia memarahi Gook Young dan menyuruhnya untuk segera membawa b*jingan ini.

Joon Young yang tadinya biasa – biasa saja, raut wajahnya kini berubah kecewa, sedih dan mungkin juga marah.





*****
Bohong kalau ibu bersikap membenci Joon Young, karena setelah pembicaraan keduanya tadi. Kini ibu menuju ke kamar Joon Young yang masih tertata rapi setelah sekian lama tak digunakan. Dia membuka buku yang terdapat meja Joon Young, di sampul buku itu tertulis “KAU PASTI BISA LULUS UJIAN KALI INI, SHIN JOON YOUNG!

Mata ibu meremang meneteskan air mata, “b*jingan gila.”





*****
Gook Young menceramahi Joon Young yang masih saja berusaha untuk menemui ibunya padahal dia sudah tahu bahwa ibunya tak akan menyambutnya dengan baik. Joon Young mengaku kalau dia hanya ingin mengalihkan perhatian? Dia kira dengan omongan menyakitkan ibunya maka perhatiannya akan teralih.

“Jadi, kau pergi melihat ibumu untuk mengalihkan perhatianmu. Karena kau sedikit terpuruk?”



Tak menjawab, Joon Young meraih cola yang ada di mobil Gook Young. Gook Young tertawa saat melihat Joon Young meminumnya, “Oh, Nona Mangkuk Air sebelumnya meludahi itu! Wow, kau tetap meminumnya, huh? kau yakin perutmu kuat, huh?”

Joon Young tersedak, ia mengaku kalau ia bahkan ingin muntah didalam mobil.



Gook Young teringat akan kejadian yang baru saja ia lihat di rumah No Eul. Dia mengaku kalau dia kasihan juga melihat kondisinya. Itulah kenapa juga No Eul jadi tak mempunyai rasa malu.

Joon Young tak ingin mendengarkan cerita Gook Young. Dia menyalakan musik dan memejakan mata untuk tidur.

“Beberapa rentenir datang ke tempatnya tadi dan bahkan mengambil jaminan rumahnya.Tidak bisakah kau shooting dokumenter, kali ini saja?”





Mendengar kata film dokumenter membuat Joon Young makin mengeraskan volume musik.
“Bukan berarti acara ini akan mengeluarkan sisi baikmu! Jadi, kenapa tidak  mempertimbangkannya kau akan menyelamatkan hidup seseorang, dan-- Seolah dia (No Eul) siap memanjat dinding jembatan Sungai Han! Apa yang akan kau lakukan jika dia sudah pergi dan menenggelamkan dirinya? Bagaimana kalau kau melihat berita semacam itu di internet?” oceh Gook Young tanpa henti.



“Aku bilang aku ingin tidur kan?” tanya Joon Young lirih tapi bisa membuat Gook Young membeku. “AKU BILANG AKU AKAN TIDUR KAN?!!”



Gook Young menepikan mobil yang dikendarainya. Joon Young berjalan keluar dan meminta Gook Young untuk keluar. Gook Young membujuk Joon Young, ini kan mobilnya bukan mobil Joon Young.

“KELUAR!!” bentak Joon Young untuk kedua kalinya.





Mobil Joon Young melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Gook Young.
“Kau bajingan tanpa perasaan! Kau pasti akan kena karma!”



*****
Joon Young menghubungi seseorang yang bernama Tae Ho, kemudian ia pun membuat janji untuk bisa minum bersama dengan Tae Ho.
Joon Young melanjutkan perjalanan, namun dalam pikirannya ia teringat ucapan Gook Young yang prihatin dengan kondisi No Eul. Apalagi saat ucapan Gook Young yang mengatakan kalau No Eul sedang menuju ke sungai Han.



Joon Young menghentikan mobilnya secara tiba – tiba hingga membuat pengendara dibelakangnya berteriak marah. Telinga Joon Young tak memperdulikan, pikirannya mungkin hanya tertuju pada No Eul.
Dia memutuskan untuk memutar balik mobilnya.



Rupanya Joon Young benar – benar mencari No Eul disepanjang jembatan sungai Han.



Dia pun menemukan seorang wanita dengan rambut pendek tengah berdiri dinding jembatan sungai Han. Joon Young yang khawatir segera meneriaki wanita itu, “Apa kau sudah gila, No Eul?”

Opps.. saat berbalik, wanita itu bukanlah No Eul melainkan penggemar berat Joon Young yang langsung mengejarnya.





Joon Young kesal karena dia masih saja bisa tertipu oleh Gook Young. “Ke sungai Han, pantaku!”

Meski tahu dibohongi, Joon Young masih saja melihat ke tepian jembatan. Akhirnya dia menemukan sosok No Eul yang mirip No Eul tengah berdiri disana.





*****


Rupanya bukan hanya mirip, wanita dipinggir jembatan itu memanglah No Eul yang memandang ke arah sungai dengan wajah lelah. No Eul menghubungi seseorang yang bernamaSeseorang Yang Paling Berharga.



“aku mencintaimu, pelanggan yang terhormat!” sambut pria diseberang telefon.


No Eul menghela nafas untuk menata sedikit perasaanya. Dia tanya apa adiknya sudah makan? Jik menjawab kalau dia sedang makan.

“Makan apa?”
“Daging.”


Kebiasaan bohong Jik membuat No Eul tak percaya. Dia mengomeli Jik yang selalu makan roti, dia masih SMU dan harus bisa menjaga kekuatannya dengan makanan bergizi.

“SSH, wanita cerewet! Aku benar – benar makan daging!” ungkapnya.

No Eul tak percaya, dia meminta Jik untuk menunjukkan padanya. Ia pun melakukan video call.


Ternyata sekarang No Jik tengah bersama dengan Ji Tae. Ji Tae memberitahukan kalau No Jik memang tengah makan daging. Ji Tae mengarahkan ponselnya untuk menunjukkan No Jik melahap makan malamnya.

“Kau harus  memintanya untuk membeli mu daging sapi bukan daging babi karna dia membelikanmu makan malam!” suruh No Eul tanpa malu.

No Jik jelas kesal dengan sikap kakaknya yang tak sopan.



Ji Tae membela No Eul, kalau dia memang masih bisa membelikan mereka makan jadi yang terpenting No Eul juga harus makan.

“Terimakasih, ahjussi! kau tidak boleh hanya membeli satu porsi, bahkan jika Jik mengatakannya, okay? Jik adalah penggila daging, jadi kau harus membelikan dia sebanyak mungkin karena kau yang mentraktirnya.”

No Jik malu mendengar ocehan No Eul, “Hey, kita bukan pengemis! kau harus punya rasa malu,oke? Mari kita hidup setidaknya sedikit kebanggaan di antara kita, oke? Apa kau tidak malu bertindak seperti ini?”



No Jik merebut ponsel dari tangan Ji Tae dan ia memberitahukan bahwa sebelumnya No Eul tak bersikap seperti ini. dulu dia punya harga diri yang tinggi, baginya No Eul hebat dan keren.

“Hey, Eul sudah besar dan keren sekarang! Dia juga cantik!” puji Ji Tae.

“Sebagai...seorang wanita juga?”

Wajah Ji Tae berubah datar, “Ya. Tentu.”



“kau sungguh berpikir noona cantik?”

Ji Tae tertawa tak ikhlas, dia mengalihkan pembicaraan dengan menyumpal mulut No Jik. Ji Tae mengiyakan saja pertanyaan No Jik lalu memesan seporsi daging lagi.

“Kalau begitu, aku akan bertingkah memalukan mulai sekarang dengan makan dua porsi. Kakak Ipar.” Ledek No Jik.

Ji Tae tertawa namun kemudian tawa itu lenyap entah seolah ada perasaan berat dalam hatinya.




*****
No Eul menatap ponselnya dengan wajah sedih, mungkin bukannya dia tak malu tapi bagaimana lagi. Untuk bertahan hidup saja susah apalagi harus berfikir tentang malu. No Eul perlahan menaiki dinding pembatas jembatan, kakinya mulai berjinjit lalu tubuhnya ia condongkan ke arah sungai.

Tapi seseorang tiba-tiba menahan pundaknya.



~~FLASHBACK~~
No Eul berbalik ketika seseorang menarik pundaknya, jantungnya hampir copot sampai dia hanya bisa berkedip tanpa bergerak.

“Kejahatan apa yang kau lakukan sampai sekaget itu?” tanya Joon Young. No Eul masih membeku tanpa suara.



Ternyata No Eul sedang mencorat coret poster Hyun Joon yang mencalonkan diri dalam pemilihan. ‘Calon nomor satu. munafik. keji. Sebuah iblis dengan topeng bidadari’ tulis No Eul.

“Apa calon Anda meminta kalian untuk melakukan hal-hal seperti ini, juga? Apa calon Anda meminta kalian untuk melakukan hal-hal seperti ini, juga? bajingan.” Tanya Joon Young sambil melihat poster Hyun Joon yang penuh karya seni No Eul. :D




Perlahan No Eul melangkahkan kakinya untuk kabur, tapi karena tak berhati – hati dia pun jatuh terjerembab. Joon Young tersenyum geli lalu mengulurkan tangannya kearah Eul.

Eul ragu. Joon Young mengedipkan matanya agar No Eul meraih tangan itu. No Eul tetap ragu dan diam.



“Kau sudah makan?” tanya Joon Young jongkok dihadapan Eul. “Belum?”
Eul lagi lagi tak menjawab.


*****
Keduanya berakhir duduk warung makan pinggir jalan, Eul memainkan makanannya. Joon Young berbicara kalau ini pertama kalinya mereka bertemu setelah empat tahun. Kapan kau kembali ke Seoul?

No Eul melihat tumpukan buku hukum yang ada dimeja.

“Oh, ini? Aku kembali mengambil ujian perguruan tinggi dan masuk ke sekolah hukum. Aku bahkan lulus ujian!”


No Eul tetap membisu tapi wajahnya cukup terkejut mendengar kalau Joon Young lulus ujian.

“Hanya belajar yang kulakukan karena kau tidak ada. Hanya belajar yang kulakukan karena kau tidak ada.”

No Eul masih bungkam. Dia berdiri, Joon Young tanya kemana No Eul akan pergi. No Eul bilang kalau dia ingin pergi ke toilet.



No Eul berjalan dengan kaki diseret akibat terjatuh. Tapi baru beberapa meter meninggalkan kedai, sebuah sepatu melayang ke kepalanya. Joon Young lah pelempar sepatu malang tersebut, “Kau pikir kemana kau akan pergi?”

Joon Young menghampiri No Eul lalu meminta KTPnya.
“Untuk apa?”

“Bagaimana kalau kau lari lagi? Aku harus memastikan riwayat hidupmu bersih mulai sekarang.” Ucap Joon Young seraya merebut ransel No Eul.



No Eul mencoba merebut dompet yang ada ditangan Joon Young tapi bagaimana pun Joon Young jauh lebih tinggi hingga No Eul keselitan. Joon Young mengambil KTP No Eul dan memuji fotonya yang terlihat bagus.

No Eul menyebut Joon Young sebagai polisi. Ia pun bergegas menghubungi kantor polisi.


“Public Official UU Pemilu, Pasal 230,1. siapa yang mengotori poster calon tanpa alasan dapat dihukum penjara selama dua tahun dan membayar denda hingga empat juta won.” Rapal Joon Young tentang pasal yang sudah dilanggar No Eul tadi. Dia juga meminta No Eul untuk mengatakan kejahatannya itu. Joon Young siap menjadi saksi.

Joon Young merebut ponsel No Eul tapi No Eul sendiri malah tambah takut.



“jadi apa yang ingin kau lakukan?” tanya No Eul membuat Joon Young tersenyum. “Apa yang ingin kau lakukan?”

“Aku akan berpura-pura tidak melihat mu melakukan tindak kejahatan. Jadi kencanlah denganku.” Ujar Joon Young serius.



No Eul berjalan meninggalkan Joon Young menuju ke kantor polisi. Sesampainya didepan pintu, No Eul ragu untuk masuk.

“ Aku pikir kau berubah pikiran. Aku pikir kau mengatakan kau lebih suka masuk penjara daripada jadi pacarku!” sindir Joon Young.

Seorang polisi keluar dan bertanya apa yang mereka lakukan. No Eul tak berani melapor, dia pun hanya membungkuk hormat.


No Eul menguatkan hatinya mungkin lebih tepatnya mengancam tapi Joon Young hanya tersenyum disamping No Eul. Nyali Eul menciut juga, “kau tidak benar-benar memintaku berkencan, kan? Jadi kau hanya ingin menggunakan ku selama seminggu. untuk menyingkirkan gadis-gadis menjengkelkan yang mengikutimu,kan?”



Joon Young kesal karena keseriusannya dianggap lelucon oleh No Eul. Dia menyuruh No Eul untuk pergi saja kepenjara, dia tak akan perduli. Joon Young berniat masuk ke kantor polisi tapi kini giliran No Eul yang melarang. Dia menggeleng dengan ketakutan.



*****
Ingatkah kalian dengan Na Ri? Sama halnya dengan dulu, nasibnya dengan pria tidaklah begitu baik dan sekarang tubuhnya sekarang jadi lebih gempal.

Na Ri tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria yang sekarang bersamanya. Tapi pria itu mengatakan kalau diantara mereka tak ada hubungan apapun.

Na Ri tak percaya, bagaimana mereka tak memiliki hubungan padahal mereka makan bareng dan nonton film bersama. Si Pria mengaku kalau dia melakukan itu karena Na Ri memintanya dan berjanji akan meminjaminya uang.



Na Ri mengaku bahwa dia dulu bahkan disebut sebagai kembaran Son Ye Jin. Si Pria menyuruh Na Ri jangan berbohong.

“Dia tak bohong.” Ucap Joon Young lalu merangkul Na Ri. “Aku dulu berkencan dengan dia. sayang sekali. aku pasti tidak akan membiarkan mu pergi, jika aku tahu kau begitu ... menawan.”

Na Ri meneteskan air mata haru. Joon Young meletakkan telunjukkan dan tersenyum imut pada Na Ri. Sedangkan pria tadi hanya terbengong – bengong melihat drama yang ditunjukkan keduanya.




*****
Na Ri tengah berolah raga dan Joon Young membantu memegang kaki Na Ri. Na Ri berkata bahwa semua orang mengatainya yang bertranformasi terbalik. Dia menunjukkan foto Son Ye Jin dan bilang kalau dia mirip hanya saja sekarang dia sedikit lebih seksi. Benarkan?

“Ya. Mungkin.” Jawab Joon Young dengan senyuma tak iklas.

“Um, jadi, kapan Eul kembali ke Seoul?”

“Kau bertemu dengannya?”


“Ya. Dia bekerja pekerjaan paruh-waktu untuk kandidat politik.” Jawab Joon Young.

Na Ri tak tahu kalau No Eul mau bekerja semacam itu juga. Ia yakin No Eul tak pilih – pilih untuk bekerja paruh waktu karena No Eul akan melakukan apa saja demi uang.



“Bagaimana dengan perguruan tinggi?”

Na Ri berkata bahwa kehidupan Na Ri sudah cukup sulit untuk hidupnya dan Sang adik, mana mungkin ia terfikir tentang perguruan tinggi. Na Ri mewanti – wanti Joon Young untuk jangan melecehkan No Eul. Kehidupannya sudah sangat berat jadi tinggalkan dia sendiri.



*****
Keesokan paginya, ketika Joon Young dalam perjalanan menuju ke kampus. Dia tanpa sengaja melihat kampanye yang diadakan oleh Choi Hyun Joon. Tuan Yoon yang mendukung kampanye ini menunjukkan betapa banyak sisi baik Hyun Joon.

“Choi Hyun Joon adalah yang paling dapat dipercaya, dan dia adalah orang yang tegas! Aku yakin kalian menyadarinya bahkan dia memberi ginjalnya untuk sang istri yang sakit!”



Gemuruh sorak sorai pendukung terdengar. Hyun Joon menatap istrinya dan mereka tampak seperti pasangan yang sangat harmonis.



Joon Young menginjak pedal sepedanya untuk melanjutkan perjalanan namun tanpa sengaja dia malah menubruk seseorang. Orang itu Ji Tae, dia mengkhawatirkan luka ditangan Joon Young karena terjatuh. Tapi Joon Young meyakinkan bahwa dia tak apa.

Haru yang masih anak SMA marah dengan sikap ketidak hati-hatian Joon Young. Tapi Ji Tae menegur lalu membiarkan Joon Young yang berniat melanjutkan perjalanan.



Meskipun tadinya marah, setelah memperhatikan wajah tampan Joon Young, Haru tak bisa melepaskan pandangannya.

“Dia begitu tampan. Aku ingin menikah dengan pria itu.” ucap Haru. Ji Tae yang mendengar penuturan adiknya hanya bisa tersenyum geli.


Tak lama kemudian, Jung Eun muncul dan menyapa keduanya. Dia memuji Haru yang kini telah berubah menjadi gadis cantik.

“Kudengar kau berada di New York.” Ucap Ji Tae.

“Aku kembali untuk membantu kampanye Tuan Choi. Ayah mengatakan padaku bahwa aku harus membuat kesan yang baik di saat seperti ini.”



Jung Eun dengan dingin bertanya, kapan Ji Tae akan melamarnya? Tampaknya orang tua mereka sudah membicarakan masalah pertunangan.

Mendengar kata pertunangan dari Jung Eun membuat Ji Tae terdiam.

FLASHBACK
Tuan Yoon tengah berkunjung ke kediaman Hyun Joon. Hyun Joon memberitahukan bahwa anak dari korban tabrak lari Jung Eun melihat plat nomornya. Selain itu, total ada 3 orang saksi atas kejadian tersebut.

Layaknya orang gila, Tuan Yoon tak perduli akan hal apapun yang terpenting dia tidak ingin kehidupan putrinya berantakan. Tuan Yoon mengingatkan bahwa kalau sampai reputasinya hancur maka perusahaan mertua Hyun Joon akan menghilang tanpa jejak.

“Aku menyadarai fakta itu. Dan itulah mengapa istriku dan aku selalu berterima kasih pada kalian.”



Tuan Yoon menegaskan bahwa dirinya tak butuh hanya sekedar sentimen belaka. “Alasan manusia disebut lebih baik dibanding binatang adalah karena mereka tahu cara membayar kebaikan orang lain dengan baik! Benarkan?”

Tak ada sekecap bantahan lagi yang keluar dari mulut Hyun Joon.


Tanpa keduanya sadari, ada orang ketiga yang kini tengah mendengar dengan seksama pembicaraan mereka. Yah, dia Ji Tae yang berdiri membeku dibalik tembok. Dia yang berniat mengantarkan minum serta surat penerimaannya di universitas Havard, namun sepertinya ia urung melakukannya.


Scene kembali beralih ketika Ji Tae tengah berteduh dan ia melihat seorang gadis tengah membawa papan tulisan yang meminta Hyun Joon untuk mau mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya.

Ji Tae menatapnya dalam diam.


FLASHBACK END
Jadi memang benar kalau No Eul ini kerja paruh waktu dalam kampanye. Dia membagikan selebaran untuk warga yang masuk dan keluar dari stasiun, dia menjadi tim sukses calon nomor dua. Ia pun memberikan selebaran tersebut pada Ibu Joon Young yang kebetulan sedang lewat disana. Dengan sopan Ibu Joon Young menolak, “Oh, aku tidak memerlukannya. Aku memilih Kandidat Nomer Satu.”



Jung Eun sampai ditempat yang sama dengan No Eul untuk mempromosikan Hyun Joon. Dengan anggun dan berkarisma dia mulai membanggakan dan mempromosikan Hyun Joon.
No Eul berdiri menatap Jung Eun tajam sampai akhirnya Jung Eun sadar sedang diperhatikan. “Kau....menatapku?”

No Eul menunjuk matanya lalu menunjuk Jung Eung. Jung Eum tersenyum remeh, “Apa-apaan...”


No Eul menghampiri Jung Eun, Jung Eun jelas terkejut melihat sikap aneh No Eul. “Apa yang akan kau lakukan?”

“Bulu matamu jatuh. Juga, jangan cemas. Kandidat nomer satu adalah pria berengsek.”
Jung Eun tak terima, dia ingin membalas ucapan No Eul tapi No Eul sudah lebih dulu menerima panggilan dari seseorang bernama Brengsek.



*****
Dijalanan, No Eul berlari dengan kecepatan tinggi setelah menerima panggilan dadakan dari Si Brengsek. No Eul geregetan sendiri dan kembali berjalan dengan malas.


Berbeda dengan situasi Joon Young yang duduk tenang menghadapi seorang wanita yang meminta penjelasan darinya. Dia ingin tahu apa yang harus ia rubah agar Joon Young mau bersamanya.

“Matamu. Hidung. Bibir. Telinga. Suara, Tinggi. Kepribadian. Golongan darah.”

Wanita itu tegas dan tanpa ragu menerima ucapan Joon Young, dan dia akan merubah semuanya.

“Aku punya pacar. Dan kepribadiannya luar biasa. Jika dia tahu kau bertindak seperti ini, dia akan membakarmu hidup-hidup.”

“Omong kosong apa yang kau katakan? Kau punya pacar?” kesal Si Wanita.



Datanglah No Eul dengan santai mengaku sebagai wanita Joon Young. Joon Young tersenyum karena bantuannya telah datang.

“Kau sudah selesai dengan kelasmu, Beruang Maduku?” ucap No Eul manja dengan gaya alay. Tak lupa ia juga berkerling manja dihadapan Joon Young.




No Eul duduk disamping Joon Young yang agak sebal karena No Eul bersikap konyol, mungkin dia melakukannya agar Joon Young malu. Cowok idola sekolah mempunyai pacar yang asfkhwiuhuvcgcve.

No Eul menarik manja kedua belah pipi Joon Young, “Oh, lihat Beruangku yang amat tampan ini! Kupikir aku bisa gila karena merindukanmu. Meskipun baru 12 jam berlalu sejak perjumpaan terakhir kita!”



Joon Young melepas cubitan keras No Eul dipipinya. Dia mengaku kalau dia ratusan kali lebih merindukan No Eul. Ia memeluk No Eul dengan sangat erat sampai-sampai No Eul hampir berteriak. Orang – orang disana pun menoleh heran dengan kelakukan keduanya.
“Aku sangat merindukanmu, Sayang, mataku sakit karenanya!”



Joon Young menunjuk mata No Eul. Hidung mancung No Eul tak lupa ia tarik kasar. Memegang dua pipi No Eul hingga bibirnya monyong lalu ia jewer telinga No Eul. “Matamu, hidungmu, bibirmu, dan telingamu. Bagaimana bisa setiap inci dirimu begitu sempurna? Tak ada satupun bagian dirimu yang ingin ku ubah!”

Hahahaha. No Eul tak bisa menahan dirinya untuk bersikap manis lebih dari ini. YAKK!!
Joon Young seketika terdiam seperti murid yang baik.



No Eul menghela nafas dan berbicara pada wanita yang mengejar – ngejar Joon Young. “Shin Joon Young adalah milikku, mengerti? Jika kau berani mengusik Beruang Kesayanganku lagi,  aku akan menghabisimu. Paham?”

No Eul menunjukan pukulannya untuk menakuti gadis itu.



*****
Gila gila gila. No Eul merutuki kegilaanya di cafe tadi. Kenapa dia harus sampai terjerat dengan seorang psiko macam Joon Young. Joon Young menyalahkan No Eul sendiri yang sudah melakukan kejahatan.

Joon Young meletakkan kepalanya ke pangkuan No Eul.

“Hey, ayolah! Aku punya banyak pekerjaan hari ini! Aku harus pulang sekarang!”

Joon Young meminta No Eul untuk menjadi bantalnya, hanya sepuluh menit. No Eul menolak, tapi Joon Young mengatakan kalau dia akan mengurangi jumlah keharusan dia berpura – pura menjadi pacarnya sebanyak tujuh kali.



“Bagaimana kalo enam kali saja? Ayolah.”
“Oke.”

“Dan aku berakting dengan sangat baik hari ini jadi bagaimana kalau lima kali lagi saja?”
“Kau ingin mati?” tanya Joon Young menolak.



Dedaunan musim gugur menemani kebersamaan mereka. hingga sepuluh menit pun berlalu dengan cepat. No Eul mencoba membangunkan Joon Young namun Joon Young masih tertidur pulas.

Kejahilan No Eul muncul, dia mencari spidol lalu menggambari wajah Joon Young dengan karya seninya. Kucing tampan pun tercipta. No Eul cekikikan.



Joon Young terbangun dari tidurnya, “apa sepuluh menit sudah berlalu?”

No Eul mengangguk namun tawanya tak bisa ia tahan. Joon Young kebingungan tapi saat melihat tawa ceria muncul dari wajah No Eul, ia pun tersenyum.



Tapi entah apa yang ada dipikiran No Eul, senyum itu kini berubah menjadi kesedihan. Matanya meremang dan ia mulai menangis. Joon Young bingung, dia hanya diam melihat No Eul kini menangis.

“Tiba – tiba aku ingin menelfon Na Ri dan mengatakan, Na Ri, maafkan aku, aku tak bisa menepati janjiku padamu dan tetap menggoda No Eul hingga ia frustasi. Aku harus melakukan apapun itu agar dia tetap ada disisiku. Maafkan aku, Na Ri.” Bantin Joon Young.




*****
 Kembalinya dari kampus, Joon Young melihat rombongan Hyun Joon dan beberapa orang yang telah mendukungnya dalam pemilihan datang ke kedai Ibu. Joon Young melihat dari kejauhan.

Hyun Joon datang kesana karena rekomendasi dari nyonya Jang yang tahu kalau dia menyukai Yukyejang dan merekomendasikan tempat ini. dia meminta pada pendukungnya untuk bersantai dan makan sepuasnya.


Jung Shik ikut berdiri ditengah – tengah mereka dan menatap kehadirannya dengan tak nyaman.


Teringat akan ibunya, Joon Young bergegas menuju ke dapur. Benar saja, kini ibu sedang duduk meringkuk dibalik meja. Joon Young bertanya apa yang sedang ibunya lakukan?

“Aku hanya sedang sakit perut.”

Kalau memang sakit perut, Joon Young menyuruh ibunya untuk pergi ke rumah sakit. Ibu menolak karena dia akan segera sembuh kalau duduk disana sebentar. Ia menyuruh Joon Young untuk belajar saja.


Joon Young berjongkok dihadapan Ibu, ia meminta ibunya untuk naik agar ia bisa mengantarkan ke dokter. Ibu kembali menolak.

“Memangnya Ibu dokter? tidak! Jadi, ayo kita pergi, sekarang!” tegas Joon Young.



Diluar kedai, Jung Shik menjewer saudara kembarnya dengan marah. Dia marah karena Nyonya Jang dengan sengaja membawa Hyun Joon kesana. Nyonya Jang tak mau kalah, menurutnya ini sudah saat yang tepat dimana Ibu Joon Young menunjukkan diri. Lagipula Joon Young tumbuh menjadi pria yang baik.

“Siapa kau berhak memutuskan tepat tidaknya mereka untuk bertemu? Apakah kau tidak memikirkan perasaan Young Ok sama sekali? Jika dia medapat serangan jantung atau semacamnya karenamu, aku tidak akan pernah memaafkan dirimu!”

Nyonya Jang sungguh tak percaya dengan perlakuan adik kembarnya yang lebih mementingkan Young Ok.



Joon Young berhasil membujuk ibunya untuk ke dokter. Tanpa diduga, Hyun Joon mengingat Joon Young. Dia menyapanya.

Ibu gelisah dan semakin mengeratkan pegangannya ke leher Joon Young dan menyembunyikan wajahnya.

Hyun Joon hendak bertanya siapa orang yang ada dipunggung Joon Young. Joon Young memberitahukan bahwa dia ibunya, Ibunya sedang sakit.



Joon Young permisi namun Hyun Joon memanggilnya lagi, dia menawarkan untuk memakai mobilnya. Joon Young menolak.

“Siapa itu?” tanya Istri Hyun Joon.

“Oh, dia pernah membantuku sekali. Dia bilang bahwa dia akan menemuiku lagi setelah lulus ujian, Tapi kurasa dia kesulitan melaluinya.”


*****
Joon Young meminta ibunya untuk menegakkan kepalanya, Tuan Hyun Joon tak akan bisa melihat wajahnya sekarang. Dia mengaku kalau dia sudah bertemu dengan Hyun Joon sebelumnya dan telah berjanji akan bertemu saat ia lulus ujian. Joon Young meyakinkan ibunya bahwa suatu saat dia akan membawa ibunya bertemu dengan Hyun Joon dalam kondisi terhormat.

“Aku akan melakukannya jadi Ibu bisa menghampirinya dan mengatakan Aku membesarkannya menjadi seorang lelaki luar biasa melebihi dirimu, bahkan tanpa bantuanmu. Aku berjanji suatu saat Ibu bisa melakukan itu.”


Tangis Ibu tak bisa terbendung lagi, ia sesenggukan tanpa mampu mengucapkan apa – apa.
Joon Young meminta ibunya jangan lagi melarikan diri. Kalau ada kehidupan selanjutnya, dia minta ibu jangan memikirkan status, gengsi atau apalah. Baginya semua itu sangat ketinggalan.

Sepanjang perjalanan tersebut, Ibunya terus menangis sementara Joon Young mencoba menguatkan dirinya sendiri. Meskipun siapa pun tahu, dia sama sedihnya seperti ibu.


*****
Beberapa cuplikan rekaman Hyun Joon keluar dari sebuah bar dalam kondisi mabuk kini tengah No Eul tonton dari laptopnya. Na Ri kagum, bagaimana bisa No Eul merekam semua itu?

“Aku pernah melihatnya saat bekerja sebagai pemandu wisata. Kudengar bahwa Choi Hyun Joon memiliki hubungan khusus dengan wanita dari sebuah bar jadi aku membawa kamera dan menunggu di luar bar itu.”

Na Ri menanyakan tentang rencana Eul. Seperti yang mereka lihat, Hyun Joon sepertinya bukan tipe orang yang bisa dijatuhkan dengan mudah.



No Eul sendiri tak tahu, tapi dia adalah anak Ayahnya jadi dia harus tetap melakukan apa yang ia bisa. Tanpa dia maka tak akan ada satupun orang yang mau membuka kasus dibalik kematian ayahnya.

Ponsel No Eul berdering, No Eul tak begitu perduli dan mematikan panggilan dari Joon Young.

*****
Joon Young yang tak bisa menghubungi No Eul memberikan pesan suara. Dia mengajak No Eul untuk bermain. Suasana hatinya sedang buruk. Dia akan menghitung dua kali saja jadi pacar pura –puranya.



Merasa diabaikan, Joon Young membuka kartu identitas No Eul dan melihat alamat rumahnya.


*****
No Eul keluar dari rumah lalu menghela nafas sebelum akhirnya dia menghubungi Hyun Joon. Dia mendapatkan nomor Hyun Joon dari poster kampanye yang Hyun Joon gunakan.
“Halo. Ini dengan Choi Hyun Joon.” Ucap pria diseberang telefon.

“Namaku No Eul. Aku tidak tahu apakah kau masih mengingatku atau tidak, tapi aku putri dari Tuan No Jang Soo yang meninggal lima tahun lalu akibat insiden tabrak lari.”

Hyun Joon mengaku bahwa dia tak tahu. Dan berniat mematikan sambungan telfonnya.



“10 April 2009. 5 Mei 2009. 4 maret 2009. 10 April 2010. 2 Mei 2010. Aku yakin kau tidak ingat karena aku  terlihat agak bodoh tapi itu adalah hari di mana kau pergi ke bar untuk menemui Nyonya Song. Dan yang lebih buruk, kau juga  pergi menemui Nyonya Song seminggu setelah kau memberi  ginjalmu untuk istri mu, kan? manusia paling tidak bersalah didunia, pantatku. bagaimana kalau kau berhenti menipu  warga yang tidak bersalah di negara inidan mundur dari pencalonan. Jika Iblis sepertimu menjadi Anggota Kongres sungguh tidak ada lagi harapan yang tersisa untuk negeri ini. Jika kau meminta maaf sekarang, dan meluruskan kesalahan yang telah kau perbuataku akan menghentikan segala yang kulakukan. Jika kau mengungkap siapa sebenarnya pelaku tabrak lari ayahku dalam kasus yang coba kau tutupi, aku akan membakar semua materi yang berhubungan dengan dirimu.” Ucap No Eul panjang lebar.

Hyun Joon cukup khawatir namun dia menanggapi tenang. Dia tak perduli dengan gertakan No Eul, dia menyuruhnya melakukan apa yang dia inginkan.



Hyun Joon mengaku pada istrinya yang khawatir, kalau orang yang menelfon hanya orang suruhan partai lain yang ingin menjatuhkan dia. Hyun Joon menggenggam tangan istrinya dengan kasih saya.

Namun saat ia berbalik menghadap jendela, wajah marah Hyun Joon jelas kentara.


*****
No Eul menyimpan flashdisk yang ia gunakan untuk menyimpan file Hyun Joon. Dibalik tembok, Joon Young sudah mendengarkan pembicaraan No Eul semenjak tadi. Wajahnya menunjukkan ke tidak percayaan bahkan mungkin dia masih enggan untuk percaya. Pria yang ia kagumi dan ia ingin menjadikan contoh, serta ingin menerima pujian darinya adalah pria brengsek yang mau menutupi kejahatan orang lain.

No Eul pun kemudian menghubungi ke sebuah stasiun TV.




No Eul menghela nafasnya dalam karena usaha keras yang coba ia lakukan kembali gagal dan ia harus menelan kepahitan. Lagi. Dan lagi.



Mata Joon Young menatap kosong ke jalanan. Pikirannya masih berkecamuk dan akal sehatnya mungkin masih kacau.

Ia lalu melihat sebuah motor seorang petugas pengantar barang terparkir ditepian jalan.


No Eul menanti taksi ditepian jalan, cukup lama dia menanti tapi belum juga ada taksi kosong.

Dengan kecepatan tinggi, sebuah motor melintas cepat melewati No Eul. Dengan paksa orang itu menarik tas yang terselampir dilengan No Eul.


No Eul berlari mengejar motor itu, naasnya sebuah mobil melintas dipersimpangan jalan dan kecelakaan pun tak bisa terelakkan. No Eul terpental karena hantaman mobil.

Pria yang menjambret No Eul tak lain adalah Joon Young, dia berdiri membeku melihat tubuh No Eul bersimbah darah.




*****
No Eul dilarikan ke IGD sedangkan No Jik dan Na Ri sampai disana sambil menangis. Apalagi No Jik yang tak bisa menahan ketakutannya, hanya No Eul anggota keluarganya sekarang. “Noona, jangan mati! Noona!”


Joon Young duduk dengan pandangan kosong, memainkan jemarinya sampai terluka. Akar pikirannya sudah melayang entah kemana. Kejadian buruk menimpanya sepanjang hari ini.

Ibuku pernah sekali mengajakku ke Gereja dan memohon ribuan hal berbeda pada Tuhan. Dan dia juga mengatakan padaku untuk mengatakan pada Tuhan apa harapanku, maka Ia akan mengabulkannya.”




Keadaan No Eul semakin kritis, tekanan jantungnya melemah.
tapi aku mengatakan padanya, Di mana Tuhan itu, huh? Dan tidak membuat permohonan apa pun. Maafkan aku. Aku akan memercayai keberadaan Tuhan sekarang. Jadi, Tuhan... tolong selamatkan Eul. Jika Engkau menyelamatkannya, Tuhan... Aku akan menyerahkan semua kebahagian yang ditakdirkan untuk kumiliki sepanjang hidup..”


Tak jauh dari tempat Joon Young terduduk, ada juga Ji Tae yang memperhatikannya dari kejauhan. 


****FLASHBACK END****
Joon Young menarik Eul dari pinggiran jembatan “Apa kau berpikir bahwa hidup  merupakan sesuatu yang bisa kau hargai semurah ini? Apakah begitu mudah bagimu untuk memilih kematian?”

No Eul diam menatap Joon Young.

“Baik, ayo syuting film dokumenter sialan itu. Aku akan melakukannya, kau psiko gila!”



BERSAMBUNG KE EPISODE 4 


1 komentar: