Selasa, 04 Oktober 2016

Uncontrollably Fond - Episode 2


[2006]
Tahun 2006, No Eul masihlah seorang anak SMA yang polos dan senang membantu siapa saja. Bahkan saat ia melihat seorang nenek mendorong gerobak, No Eul menghentikannya dan memberikan syal serta sarung tangannya.

No Eul dengan ramah menyuruh nenek itu untuk pulang saja dan ia yang mengantarkan gerobak sang Nenek.

No Eul pun berakhir kedinginan saat mengantarkan gerobak sang Nenek.







No Eul bertemu dengan Ddeul Ddeul, anak tetangganya yang sedang membeli jajan di warung Ayahnya. No Eul berkata kalau dia kan sudah menyuruh Ddeul Ddeul untuk makan saja tanpa harus membayar.

Ayah No Eul kaget, ia pun menatap Ddeul Ddeul sambil tersenyum dan menengadahkan tangannya minta bayaran.

Ddeul Ddeul ragu tapi No Eul menyuruhnya untuk pulang dan menemui adik serta ayahnya.
Khamsahamnida..” Ucap Ddeul Ddeul segera pergi.



Ayah No Eul kesal bukan kepalang, dia heran kenapa dia harus melahirkan jesus atau bahkan malah budha. Bagaimana bisa dia membiarkan Ddeul Ddeul pergi tanpa membayar. No Eul berkata kalau Ayah Ddeul Ddeul baru saja kecelakaan di tempat konstruksi. Apa ayahnya masih tega mengambil uangnya?

Tentu saja.” Kesal Ayah. Dia heran dengan sikap baik No Eul yang keterlaluan. “Ayahmu sendiri tak bisa membeli pakaian dan makan makanan yang baik. Kau lihat betapa kurusnya aku? Kalau saja aku menyimpan semua uang yang kau sumbangkan, aku tak harus bekerja jualan dipinggir jalan dan kedinginan sampai mati.”



Tak lama, teman No Eul datang dengan terburu – buru. Ia memberitahukan kalau ada sekelompok anak yang ingin memberikan pelajaran pada Moon Hui. No Eul tak terima, memang mereka pikir siapa sampai ingin memberikan pelajaran pada temannya?

Ayah menghentikan ucapannya, “Sudah ku katakan, jangan ikut campur urusan orang lain?

Dia bukan orang lain, Moon Hui adalah temanku.” Sela No Eul yang langsung pergi bersama temannya.



*****
Di tempat lain, Joon Young sedang menatap papan pengumuman dalam diam. Ada pengumuman yang mengatakan kalau Joon Young di skors selama 10 hari dengan alasan melakukan tindak kekerasan.





Ibu Joon Young tak terima, dia menggandeng seorang murid perempuan saat menemui Kepala Sekolah. Ibu menjelaskan bahwa Joon Young tak bersalah, dia telah membantu gadis yang datang bersamanya. Karena segerombolan anak mengganggu siswi itu, Joon Young mencoba menghentikan mereka. Tapi mereka tetap berulah hingga Joon Young terpaksa memukuli anak – anak itu. “Bukankah seharusnya dia mendapatkan penghargaan, kenapa anda malah menghukumnya?



Ibu meminta siswi itu untuk memberikan kesaksian tapi gadis itu terus menunduk diam.

“Maaf bu, menurut apa yang dikatakan gadis ini, mereka tak menganggunya. Yang mereka lakukan hanya bicara dan Joon Young mulai memukuli mereka tanpa adanya provokasi.”





Ibu Joon Young hilang kesabaran, dia memarahi siswi yang berani berbohong dan membuat anaknya dihukum. Apa karena anak – anak itu orang kaya jadi dia membela mereka? Ibu Joon Young menampar siswi itu dengan marah. Siswi tadi ketakutan hingga menangis, Kepala Sekolah pun membentak Ibu agar ia meredakan kemarahannya.

Ibu menangis, dia berlutut dihadapan kepala sekolah dan memintanya menarik hukuman Joon Young. “Anakku akan menjadi jaksa. Kalau Anda melakukan ini pada catatannya, sama saja anda telah menjatuhkan hukuman mati. Aku akan bertanggung jawab dan menyuruhnya lebih berhati – hati mulai sekarang. Dia tak akan pernah melakukan kekerasan lagi, aku mohon!”





*****
Tiga anak dengan wajah babak belur mengatai Joon Young yang kini menerima akibat setelah berurusan dengan mereka.

Sebuah ransel melayang dan jatuh tepat dihadapan mereka bertiga, Joon Young datang dengan senyum sinisnya. “Ada hal yang ingin aku tanyakan.

Ketiga anak itu meremehkan Joon Young, dia heran apakah Joon Young masih belum menyadari perbedaan kekuatan mereka. Joon Young tak takut, ia bahkan sudah berfikiran ingin mematahkan salah satu diantara mereka, “Siapa yang ingin menjadi relawan?

Ketiganya langsung gemetar dan perlahan bergerak mundur.



*****
Joon Young berakhir di kantor polisi dan polisi memukuli kepala Joon Young dengan buku, “Kenapa kau bocah, Aku merasa kasihan denganmu karena kau hanya dibesarkan oleh seorang ibu...”

Joon Young mendelik kearah polisi, ia menahan tangannya. “Kenapa kau mengasihani aku? Siapa kau hingga berani meremehkanku?



Jung Shik menghentikan polisi yang kembali akan memukul Joon Young, kalau tidak maka tangannya tak akan selamat. Dia menyuruhnya untuk jangan meremehkan Joon Young, kalau sampai ia menghubungi Ayah Joon Young maka ia yakin petugas itu akan kehilangan pekerjaanya.

Jadi tolong, bawa saja Ayah anak ini! Aku jadi penasaran, orang tua seperti apa yang sudah membuat anaknya seperti ini.” Ejek petugas polisi.

Baik, ayo buktikan! Dia sibuk dengan urusan pemerintah, kau tahu. Tapi kalau dia mendengar anaknya seperti ini, dia akan meninggalkan semuanya dan segera datang kesini.”

Paman. Berhenti..” lirih Joon Young. Jung Shik tak mendengarkan ucapan Joon Young dan tetap mengoceh.





BERHENTI!!” teriak Joon Young membuat seisi kantor menatapnya. Joon Young meminta Jung Shin jangan bicara yang tidak-tidak.

*****
Joon Young dan Jung Shik duduk dikedai. Saat yang sama, di TV ada tayangan berita yang meliput konferensi pers Hyun Joon. Joon Young menonton berita itu dengan tatapan benci.

Kau jangan bicara kebohongan lagi.” Suruh Joon Young pada Jung Shik tapi ia masih terus menatap intense ke arah layar televisi.

Mmm.. Kau tahu.. Itu bisa saja benar.” Ucap Jung Shik gugup. “Apa yang akan kau lakukan jika pria yang ada di TV itu (Hyun Joon) adalah ayahmu? Jika ayahmu adalah seorang jaksa yang hebat?

Joon Young dengan mantap berkata kalau dia akan membunuhnya karena telah meninggalkan dia dan ibunya. Sedangkan pria itu hidup enak dan tampil di TV.







Hey, dia bukan melakukannya dengan sengaja. Pria itu mungkin tak tahu kalau kau lahir. Ibumu selalu bersembunyi dan kabur, jadi bagaimana dia bisa tahu?

Joon Young menatap Jung Shik tajam, meminta penjelasan. Jung Shik seketika meraup wajahnya dan berkata kalau ia mungkin sedang tak waras. Joon Young masih serius dengan keingin tahuannya, ia berniat pergi dan menanyakan kebenaran ucapan Jung Shik.

Jung Shik ketakutan, ia menahan Joon Young. Dia takut kalau sampai ibu Joon Young tahu, maka tamat riwayatnya. Apalagi kalau tahu ia membicarakan Pria itu pada Joon Young.





*****
Joon Young pulang kerumahnya, ia teringat dengan penjelasan yang dikatakan Jung Shik mengenai Ayahnya.

Ayahmu menyembunyikan fakta kalau dia murid sekolah hukum dan bekerja sebagai pelayan di tempat karaoke. Dan ibumu bekerja sebagai pemotong buah di dapur. Keduanya pun saling jatuh cinta. Ayahmu sangat terobsesi untuk belajar dan ia sangat tampan. Joon Young, ibumu akan membunuhku kalau aku menceritakan hal ini padamu. Kau jangan sampai biarkan dia tahu, ya?





Joon Young melihat ibunya duduk sampai tertidur didepan pintu rumah.

Tapi suatu hari, seorang yang mengaku sebagai Kakak Hyun Joon datang. Dia mengatakan pada ibumu kalau Hyun Joon adalah murid terbaik di sekolah hukum dan akan menjadi jaksa. Jadi seorang wanita pemotong buah di sebuah tempat hiburan tak cocok untuk menjadi pasangannya.”



Joon Young membangunkan ibunya. Ibu menatap Joon Young marah bercampur sedih dan khawatir.

Ibumu mungkin kasar, tapi hatinya lembut. Dia sadar betul dimana ia berada dan mungkin dia rela mati demi ayahmu, jika perlu.”



Joon Young tanya pada ibunya yang lebih memilih tidur diluar daripada didalam. Dengan suara bergetar, ibu bertanya kenapa polisi bisa melepaskan seorang anak yang melakukan kekerasan. Seharusnya dia dilempar saja ke penjara.

Ada banyak sekali orang jahat didunia ini. Mereka tak punya tempat untukku. Mereka bilang agar aku kembali kalau aku membuat ulah sekali lagi.” Jawab Joon Young dengan santai. Ia kemudian mengajak Ibu untuk makan, ia tahu kalau ibu belum makan.

Aku tak punya makanan untuk anak sepertimu. Kalau kau lapar, kembali ke kantor polisi dan minta makanan penjara disana!” ketus ibu. Joon Young hanya menanggapinya dengan decakan.




Ibu makan dengan lahap, Joon Young menyidirnya karena tak membiarkan putra satu – satunya mencicipi makanan itu.

Itulah kenapa dia ingin menjadikanmu sebagai jaksa meskipun kau peringkat terakhir dikelas. Dia ingin membuatmu menjadi jaksa agar dia bisa menunjukkan pada Ayahmu. Dan berkata padanya, Aku merawatnya dengan baik meskipun tanpamu.”

Joon Young mencoba menyembunyikan kesedihannya dan ikut makan makanan ibunya. Tapi ibu menghalangi Joon Young.

Ibu memukuli dada Joon Young, kenapa dia harus membantu gadis itu? padahal Joon Young bukan tipe orang yang akan membantu orang lain meskipun mati dihadapannya. Ibu tersedak dan Joon Young memberikan minum padanya, “Sadarlah bu, aku bodoh karena aku menurunimu. Apa kau pikir aku bisa menjadi jaksa?

Ibu marah dan menyuruh Joon Young untuk menjadi apapun semaunya. Atau dia bisa membuat uang dengan memukuli uang kalau mau.







*****
Setelah mengetahui alasan dibalik keinginan ibunya menjadikan dia jaksa. Joon Young mulai belajar dengan rajin. Dia tipe yang pinter sih, Cuma emang malas. Godaan anak sekolah. :D



****
Meskipun bukan artis, Joon Young sudah banyak fans dan mereka berebut untuk bisa duduk bareng di bus. tapi mereka dibuat kesal, karena seorang Ahjussi yang tak lain adalah CEO Namgoong duduk lebih dulu disampingnya.

CEO Namgoong meletakkan kartu nama diatas buku catatan Joon Young, “Kau mendapat banyak panggilan dari agensi hiburan kan? Aku yakin kau tahu kalau kau menandatangani kontrak dengan kami, kami ada dilevel yang berbeda.”

Joon Young meremas kartu nama itu, dia mengabaikan dan menggunakan headset agar tak mendengar ocehan CEO Namgoong.





*****
Hari hari Joon Young kini dihabiskan untuk belajar dan belajar. Bahkan sampai larut malam dan tertidur di perpustakaan. Ia pergi ke WC untuk mencuci wajah.



Permisi?” tegur No Eul yang menantikan Joon Young di dekat toilet. “Kenapa kau mengabaikanku padahal aku memberikan tujuh note padamu?

“Maaf, kau bukan tipeku.”

Kau juga bukan tipeku.” Ketus No Eul. “Sejak kau meninggalkan Na Ri, kini yang dia lakukan hanya menangis. Dia tak mau makan. Karena kau, temanku tak bisa tidur ataupun makan.”

“Jadi apa hubungannya denganku?”

“Aku hanya bilang kalau dia bisa mati di tempat tidur karena kau!”

“Mati saja.”

“Kalau dia mati, aku akan membunuhmu!”





No Eul meminta Joon Young untuk putus dengan Na Ri sampai dia siap. Joon Young tersenyum tipis, dia tanya berapa banyak No Eul telah dibayar untuk melakukan semua ini?
Joon Young mendekat kearah No Eul dan memegang dahinya, “Kau pasti kehilangan akal. Kau harus masuk ke rumah sakit.”

No Eul menatap Joon Young sebal dan menata kembali poninya.

Apa perlu aku panggilkan orang tua mu (untuk mengantarmu ke rumah sakit)?” ejek Joon Young sambil ngeloyor pergi.



******


No Eul menjenguk Na Ri yang terus menangisi Joon Young. No Eul prihatin dengan kondisi temannya itu, ia menyuruh Na Ri untuk makan. Dia sudah membawakan makanan kesukaannya. Tapi Na Ri menolak, dia lebih memilih seperti ini terus dan mati.



No Eul berdecak, hanya demi bajingan seperti Joon Young, Na Ri tak boleh mati. Disekolah mereka, masih banyak anak lain yang menyukainya.



Aku tak perduli dengan mereka semua kalau mereka bukan Joon Young. Kau sangat beruntung karena dia bukan tipemu.



Mendengar ucapan Na Ri, No Eul sempat terdiam.


*****
Dalam perjalanan pulang, seorang gadis menabrak pundaknya dan saat ia melihat gadis itu, rupanya dia adalah No Eul sendiri. No Eul rupanya sedang terhanyut dengan ingatannya sendiri, dimana ia pergi ke sebuah salon. Ia mengatakan kalau dia akan mengungkapkan perasaanya pada pria yang ia suka, jadi ia ingin potongan rambut yang membuat pria itu menyukainya.

Penata rambut tersenyum mendengar penuturan polos No Eul.



No Eul tak lupa menghubungi Na Ri, dia mengatakan pada Na Ri kalau dia akan mengungkapkan perasaannya pada seseorang. “Kau akan punya kakak ipar, sister! Aku akan mengatakannya padamu siapa pria itu saat kau meminjamiku dress.

No Eul tak henti hentinya tersenyum, dia girang karena ia akan mengungkapkan perasaanya.


No Eul berlatih untuk berbicara dihadapan Joon Young, “Shin Joon Young, namaku No Eul dan aku sudah menyukaimu sejak lama. Aku tahu kau sangat populer tapi kau ditakdirkan denganku. Kau tak akan bisa lari dari sarangku..” wkwkw. No Eul geregetan sendiri karena kata – kata yang dia gunakan super lebay.


Tapi ia melihat suatu yang mengejutkan didepan rumah Na Ri. Dia melihat sahabatnya sendiri tengah berpelukan dengan Joon Young, pria yang dia sukai. No Eul reflek bersembunyi karena terkejut.



Kembali ke masa sekarang, No Eul tersenyum karena pada dasarnya dia sudah menyukai Joon Young sejak awal tapi tak bisa mengatakan pada sahabatnya sendiri.

No Eul menelfon ayahnya dan ia segera mendapatkan omelan yang sama tiap waktunya hingga No Eul menirukan ucapan Ayah.

Ayah, bisakah kau membeli beberapa alkohol?

Gadis gila. Cepat pulang dan tidur!” ucap ayah menutup telfon. No Eul ternyum, ayah tahu saja kalau dia memang sedang gila.

*****
Keesokan harinya, No Eul bangun pagi. Ia menelfon seseorang dan memberi tahukan kalau ia bangun pagi untuk mengejutkan ayahnya. No Eul tersenyum senang dan berbalik memakai hoodie agar ayahnya tak melihat. Dia juga mengakhiri panggilan dengan temannya.

Diseberang jalan, Ayah tengah menarik gerobak sambil tersenyum melihat dua botol alkohol yang dibawanya.



BRAAAKKKK!! Sebuah suara benturan membuat No Eul menengok. Ponsel yang dipegangnya terjatuh dan ia berdiri membeku.


Ayah No Eul sudah tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Seorang wanita keluar dari mobil merah dengan gemetaran. Dia melihat Ayah kebingungan, ia celingukan dan melihat tak ada seorang pun disana. Tak buang waktu, ia kembali ke mobil.




No Eul berlari dari tempatnya, dia mencoba mengejar mobil merah yang berlari dengan kecepatan tinggi. “Berhenti!! BERHENTIIIII!!!! BERHENTIII!!



*****
Ditempat lain, Choi Hyun Joon yang sedang tidur lelap dibangunkan oleh dering ponsel. Seseorang dengan panik menghubunginya, dia Assemblyman Yoon. Hyun Joon yang masih setengah sadar melihat jam tangan, dan saat ini pukul 03.30

“Kenapa kau menghubungiku tengah malam?”

“Putriku membuat sedikit masalah. Aku pikir kau harus membantunya.”


*****
No Eul menemani Ayah yang belum sadar, ia terlihat sangat kelelahan. Tapi saat ia menerima pesan, No Eul segera pergi.



Ia segera menuju ke kantor polisi saat menerima kabar kalau pelaku tabrak lari Ayahnya datang dan mengakui perbuatannya. No Eul pun melihat pelaku dan itu seorang pria. Dia berkata pada polisi kalau bukan Ahjussi itu pelakunya. Ahjussi terus menunduk dan meminta maaf karena telah melakukan hal yang mengerikan.
“Orang yang menabrak ayahku adalah seorang wanita! Plat nomornya adalah seoul 3-ga-3216. Itu adalah mobil produksi luar negeri.” Bentak No Eul tak peraya.


“Maafkan aku! Maafkan aku!” Ahjussi ketakutan.

“Kenapa kau meminta maaf, saat kau tak melakukan apapun? Kau bukan orang yang melakukan hal itu pada Ayahku. Kenapa kau bohong?” teriak No Eul hilang kesabaran.


*****
Di halte bus, Hyun Joon menerima panggilan yang menyuruhnya untuk segera datang ke kantos kejaksaan. Saat ini sedang hujan deras, terpaksa Hyun Joon hanya memayungi kepalanya dengan tangan.

Tiba – tiba seseorang datang dan memayungi Hyun Joon. Siapa lagi kalau bukan Joon Young yang tersenyum cerah pada Hyun Joon. “Anda akan pergi ke kantor kejaksaan kan?”

“Um, bagaimana kau tahu itu?”

“Anda adalah jaksa terkenal. Dan anda baru saja disiarkan TV.” Jawab Joon Young.


Keduanya dengan canggung berjalan ke kantor kejaksaan bersama. Joon Young berkata kalau dia juga bercita – cita untuk menjadi pengacara. Dan ia berniat masuk ke sekolah hukum seperti Hyun Joon. Hyun Joon memuji Joon Young, ia yakin kalau peringkat Joon Young disekolah pasti bagus. Joon Young membenarkan dengan malu (padahal bohong).

 Joon Young menatap Hyun Joon dengan sedih.

Orang tuamu pasti bangga padamu. Kau sepertinya sudah punya tujuan dalam karir mu. Dan sepertinya kau punya keinginan kuat untuk mewujudkannya. Aku juga punya anak, saat ini sungguh tak bagus. Dia tak punya impian dan tak punya keinginan kuat. Aku iri dengan orang tuamu.




Hujan reda, Joon Young masih terpaku mendengar ucapan yang keluar dari mulut Hyun Joon. Hyun Joon mengucapkan terimakasih dan keduanya berjabat tangan. Ia harap suatu saat bisa bekerja sama dengan Joon Young.

Hyun Joon akan berpisah dan Joon Young masih menatap tangannya yang tadi bersalaman dengan Hyun Joon.

“Ah, aku tak suka berhutang budi pada orang lain. Apa kau punya waktu 10 menit?” tanya Hyun Joon sebelum pergi. Joon Young pun mengiyakan.



*****
No Eul yang sedang marah, entah dengan alasan apa meleparkan batu ke sebuah mobil yang terparkir di jalan. Alarm mobil itu pun berbunyi dan pertugas penjaga datang menangkapnya.



Rupanya mobil yang dilempar batu oleh No Eul adalah milik Hyun Joon. Hyun Joon menemui No Eul, apa mobilku telah melakukan kesalahan padamu?

“Aku datang kesini lebih dari 20 kali dan meminta untuk bertemu dengan Anda. Dan anda terus menghindariku dan berkata sedang sibuk atau tak ditempat. Jadi aku pikir aku harus melakukan sesuatu seperti ini agar kau memberikan perhatian.”

Hyun Joon terdiam sejenak, ia kemudian menyuruh staff-nya yang lain untuk meninggalkan ruangan.



Hyun Joon bertanya apa alasan No Eul menemuinya sampai melakukan hal sejauh ini. No Eul meminta pada Hyun Joon agar kasus tabrak lari ayahnya jangan ditutup dulu. Dia tahu kalau pelaku yang menyerahkan diri bukanlah pelaku sebenarnya.

Hyun Joon bersikap seolah hal ini bukanlah menjadi tanggung jawabnya. Karena setiap orang punya tugasnya masing – masing dan dia tak bisa begitu saja ikut campur dalam sebuah kasus.



“Detektif mengatakan padaku kalau semuanya berubah saat kau ikut campur. Pelaku berubah, mobil yang bersangkutan diganti, dan kesaksian saksi mata berubah. Bahkan jaksa yang menangani kasus itu diganti.”

“Kau seharusnya bilang pada detektif itu untuk menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan dan investigasi daripada mengatakan kebohongan.”

No Eul tetap yakin kalau ada petinggi yang telah menutupi kasus ini. bahkan detektif menyuruhnya untuk diam dan menerima uang kompensasi.



Hyun Joon meminta No Eul untuk berhenti dan ia tak mau menghabiskan waktunya mendengarkan omong kosong.

“Kau sebenarnya sudah tahu siapa aku, kan? Dan kau sengaja mengabaikanku. Dan kau yang telah membuat pria tak bersalah itu mengaku.”

Hyun Joon marah, kesabarannya sudah mencapai batas. Dia akan memaafkan No Eul kali ini, karena dia melihat No Eul mirip dengan putrinya.



No Eul keluar dari ruangan sambil menahan air mata kemarahan.


Joon Young menunggu kehadiran Hyun Joon dengan tersenyum senang mengingat ia mendapatkan pujian darinya. No Eul yang melihat Joon Young sangat senang membuatnya risih, ada gadis yang kehilangan nafsu makan dan kau masih terlihat bahagia?!

Joon Young menganggap No Eul sebagai gadis bahaya yang tak seharusnya berkeliaran.

“Aku tak mengerti apa yang mereka lihat darimu. Kalau dia putriku, aku akan memukulnya sampai setengah mati karena begitu bodoh.” Geram No Eul.



Joon Young tak terima pun menghalangi kaki No Eul yang hendak melangkah. Walhasil No Eul terjatuh dilantai. No Eul makin geram, “Negera ini akan terpuruk kalau orang macam kau jadi jaksa. Aku tahu alasanmu memutuskan Na Ri. Karena dia membuatmu sulit belajar. Bagaimana bisa pria bodoh sepertimu yang tak bisa masuk 200 besar menjadi seorang jaksa?!”



Joon Young berniat membalas ocehan No Eul tapi saat menoleh, ia melihat ada Hyun Joon yang mendengarkan pembicaraan mereka dari kejauhan. Joon Young bungkam.

No Eul kembali mengoceh, “Jangan melihat gadis, kencan ataupun menikah! Hanya belajar dan belajar sampai kau menjadi tua dan mati. Aku yakin mereka akan menerimamu sebagai Jaksa saat kau berusia 80 tahun.”

Joon Young tak bisa berkata apa – apa, kebohongannya pada Hyun Joon terbongkar.


Hyun Joon menghampiri Joon Young saat No Eul sudah pergi. Joon Young sangat malu sampai dia tak berani menatapnya. Hyun Joon bersikap santai dan menawari Joon Young tanda tangan.

Joon Young masih menunduk, “Aku akan belajar dengan rajin dan menunjukkan hasil kelulusanku. Dan berikan tanda tanganmu saat itu. aku menantikan saat itu.”



*****
No Eul menaiki bus dengan lemas ditambah ia harus satu bus dengan Joon Young. Joon Young dengan jahil menghampiri kursi No Eul dan meminta wanita yang duduk disamping No Eul untuk pindah, dia teman No Eul.

“Dia bukan temanku.” Ucap No Eul pada wanita disebelahnya.

Wanita itu ragu tapi Joon Young memberikan kode agar wanita itu tetap pindah.



Joon Young duduk disamping No Eul, jelas No Eul malah untuk duduk disampingnya. No Eul berniat pindah tapi Joon Young menahannya, dia menyuruh No Eul untuk menggodanya. Dia ingin No Eul membuat dia lebih memilih No Eul dibandingkan belajar. Agar ia lebih memilih No Eul dibandingkan menjadi Jaksa. Dan ia ingin agar No Eul membuat dia tergila – gila padanya.


No Eul melongo tak mengerti, ia kembali berniat pergi tapi Joon Young menahannya. “Kalau kau tak mau merayu, maka aku yang akan merayumu.”


*****
Karena ia tak bisa mendapatkan bantuan dari siapapun, No Eul mencoba untuk menemukan saksi yang melihat tabrak lari tanggal 5 Desember 2006. Setiap malam, No Eul memasang poster, agar siapa saja yang menjadi saksi mata kecelakaan Ayah untuk menghubunginya.


*****
No Eul berjalan sambil terkantuk – kantuk karena waktu istirahatnya dimalam hari sudah ia habiskan untuk memasang poster. Selain itu, dia juga harus mencari pekerjaan untuk membayar biaya rumah sakit ayahnya.


Tak biasa, di pelataran sekolah No Eul ramai karena murid perempuan ribut dengan kehadiran Joon Young disekolah mereka apalagi dengan membawa boneka besar ditangannya. No Eul hanya melirik saja, tak perduli.



Saat No Eul melewati Joon Young, Joon Young meraih lengan Eul dan tersenyum manis padanya. “Aku pergi dari kelas karena ini perayaan hari keseratus kita, tapi kau mengabaikanku?”

No Eul jelas terkejut, “Apa? Perayaan hari keseratus? Siapa?”


Joon Young memberikan bonekanya pada No Eul, “Selamat hari keseratus. I love you, Eul-ah.”

Anak – anak mulai mengambil foto kebersamaan keduanya. Joon Young melihat ada Na Ri yang berdiri terpaku. Joon Young makin menjadi, dia mengacak poni No Eul dan memujinya.

Kaki Na Ri sontak lemas, ia pun jatuh terduduk dijalan.



“Ayo, jangan sembunyikan hubungan kita. Aku yang brengsek disini, kau tak melakukan kesalahan.” Akting Joon Young merangkul No Eul.

Na Ri menatap mereka dengan benci. No Eul ingin menjelaskan tapi Joon Young membekap mulutnya. “Maafkan aku karena semua berakhir seperti ini. Pastikan kau mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku..”




*****
Dikedai, Joon Young tak bisa menahan tawanya yang tak kunjung berhenti. Jung Shik terheran – heran, dia kira Joon Young sudah mulai gila karena belajar terlalu keras. Kalau memang tak bisa, maka dia tak perlu belajar terlalu keras untuk menjadi Jaksa. “Berhentilah tertawa.”


*****
Dirumah sakit, No Eul kesal dan mengumpati Joon Young. Ia meminta Ayah cepat sadar dan membalaskan dendamnya. Adik No Eul berdecak, “Bagaimana bisa kau menyuruh Ayah cepat sembuh dengan alasan seperti itu. kau pikir berapa umurmu... Ayah, cepat bangun dan belikan aku pizza..”

No Eul mengejek adiknya yang punya alasan lebih buruk lagi.


TUUUTTT!! Saat keduanya ribut, alat pendeteksi detak jantung sudah tak mendeteksi adanya detak jantung Ayah. No Eul panik memanggil perawat.

Tepat pukul 23.40, dokter menyatakan kematian Ayah No Eul.

Adik No Eul meraung dan meminta Ayahnya untuk bangun. No Eul terdiam dengan air mata terus mengalir, “Ayah~”




*****
Keesokan paginya, Joon Young celingukan mencari sosok No Eul pagi ini. tapi sepertinya dia tak berangkat.


Ditoilet, Joon Young mendengar dua temannya sedang membicarakan Eul. Mereka merasa kasihan pada Eul yang tak bisa melakukan upacara kematian. Dan dia pergi dengan adiknya tadi malam.

“Apa? Kemana mereka pergi?”

“Aku tak tahu kemana. Sepertinya Ayah Eul meminjam uang dalam jumlah banyak. Ibu Eul sakit dalam waktu yang lama sebelum meninggal.”

“Lalu kenapa mereka pergi malam – malam?” tanya Joon Young penasaran.

“Sepertinya penagih hutang mengancam mereka. Bahkan mereka datang ke acara pemakaman. Bukankah kau kencan dengan Eul, dan kau tak tahu hal ini?”



Akhirnya Joon Young datang ke tempat upacara pemakaman Ayah Eul. Dia menemukan beberapa orang yang tengah ribut dengan gerombolan penagih hutang. Rupanya tetangga Eul kasihan dengan Eul, jadi mereka bersama – sama mengumpulkan uang untuk biaya pemakaman Ayah Eul tapi Penagih hutang datang mengganggu mereka.

Tetangga Eul kesal karena mereka masih saja mengganggu Eul, padahal bukan Eul yang meminjam uang. Mereka hanya anak kecil yang tak punya apa – apa.

Joon Young diam mendengarkan keributan mereka. Dia miris karena dibalik sikap Eul, rupanya dia bukan orang yang sekuat kelihatannya.




Joon Young juga ikut hadir dan berdoa di upacara pemakaman Ayah Eul.

*****
Kesedihan pemakaman Ayah Eul berbanding terbalik dengan situasi yang dialami pelaku. Ayah dari wanita yang menabrak Ayah Eul mengadakan acara makan bersama dengan Hyun Joon. Hyun Joon memberitahukan kalau korban tabrak lari telah meninggal dan ia sudah membuat pelaku palsu dijatuhi hukuman 2 tahun kurungan.

Tuan Yoon memuji kerja bagus Hyun Joon. Dia juga memberitahukan kalau ia telah mengirim putrinya untuk pergi ke amerika. Putrinya masih syok dan butuh liburan.

“Kau tak akan membatalkan acara pertunangan kedua anak kita kan?” tanya Tuan Yoon.

Hyun Joon sepertinya tak terlalu setuju tapi dia mengiyakan dengan terpaksa.


****
Joon Young mencoba menghubungi No Eul lewat nomor yang No Eul cantumkan dalam poster tapi tak mendapat jawaban.


*****
Hari berganti hari. Dan tiba waktunya pembagian rapor dan Bu Guru mengumumkan kalau Joon Young melakukan peningkatan paling tinggi dan berhasil masuk peringkat 100 besar disekolah.

Joon Young tak bereaksi sama sekali, pikirannya kosong menatap keluar jendela.



****
Joon Young membantu No Eul untuk mencari saksi mata tapi beberapa kali ia menerima panggilan dan ia mengira No Eul tapi ternyata bukan. Joon Young sampai kesal, untuk apa aku perduli padanya?

Sebuah panggilan kembali masuk, Joon Young yang lelah tak begitu menanggapi.
“Apa ini telefon Shin Joon Young? Aku dengar dari Nenek On Yang, kau lah yang membawa foto Ayahku saat pemakaman. Terimakasih Shin Joon Young.”


****
KEMBALI KEMASA SEKARANG, AKHIR EPISODE 1
“Aku tahu, kau adalah Si Brengsek. Dan kalau aku bilang kalau aku mengenalmu, apa kau mau syuting film dokumenter? Bukan.. kalau aku bilang aku mengenalmu, mungkin kau juga akan menjadi lebih brengsek padaku. Terimakasih untuk uang ini, tuan. Aku akan menggunakannya dengan baik.”



Eul berjalan meninggalkan Joon Young dengan tertatih sampai akhirnya ia tak tahan lagi menahan tubuhnya. Eul jatuh pingsan.

Joon Young masih tak percaya kalau wanita dihadapannya adalah Eul. “Kau tak mungkin Eul.” Joon Young perlahan mendekati Eul. “Kau bukanlah Eul.”

Joon Young akhirnya berlari, “Kau jelas bukan Eul –ku.”





Bersambung Uncontrollably Fond Episode 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar