Minggu, 04 Desember 2016

The K2 - Episode 15 Part 2





Je Ha pergi ke tempat dimana ia terakhir kali menyembunyikan kartu memorinya. Dan bertepatan ketika itu pula, bodyguard yang mengawal Je Ha langsung memukul perutnya hingga ia jatuh terjerembap. Je Ha meringis kesakitan di tanah sedangkan orang ia menghubungi Gwan Soo untuk memberitahukan kalau kartu memori sudah berada ditangannya. Apa yang harus ia lakukan pada Je Ha?

Gwan Soo tersenyum senang memuji kerja bagus anak buahnya. Tentu saja mereka harus 
menyingkirkan Je Ha.

Bodyguard itu pun menodongkan pistolnya pada Je Ha namun belum sempat pelurunya meluncur, seseorang dari belakang sudah menembaknya lebih dulu. Ketua Joo datang untuk membantu Je Ha.




Je Ha bergegas meraih telefon Gwan Soo dan mengatakan kalau ini dia, Je Ha. Kemana ia harus mengantarkan kartu memorinya?

Sontak Gwan Soo gemetaran karena Je Ha berhasil mengalahkan anak buahnya. Ia pun menyuruh Je Ha untuk datang ke tempatnya.


Se Joon telah menanti Je Ha dalam mobil, ia melihat luka tembak diperutnya kembali mengeluarkan darah, ia menyarankan agar memberikan kartu memorinya kemudian segera pergi ke rumah sakit. Namun Je Ha menolak menyerahkannya, kartu memori ini bukan lagi menjadi miliknya, ia harus mengungkapkan isinya pada publik. Sung Won sudah masuk ke Cloud Nine dan memasang bom disana. Mereka harus mengekspos isinya untuk menghentikan Gwan Soo dan Sung Won.

Ketua Joo menentang keputusannya, apa yang ia lakukan akan menghancurkan karir Se Joon. Selain itu, JB Grup dan Ji Han Grup pun akan hancur.
Je Ha masih berusaha menjelaskan alasannya, kalau mereka tak mengungkapkannya sekarang maka Cloud Nine akan dikuasai oleh Sung Won. Atau.. Choi Yoo Jin juga akan mati bersama mereka.

“Je Ha. Untuk hal yang lebih baik, terkadang...”

Je Ha tak mau mendengarkan ucapan Ketua Joo, dia masih sama seperti dulu. Dia rela mengorbankan benih kecil untuk sesuatu yang baginya lebih baik. Dulu dia juga sudah mengorbankan tentaranya.

“Aku tidak memintamu untuk mengorbankan dirimu kali ini!” bentak Ketua Joo.
Se Joon berkata kalau ia harus memegang prinsipnya dan mewujudkan impiannya untuk membalas dendam.

“Bagaimana dengan Anna? Bagaimana dengan Uhm Hye Rin? Kalau kau tak bisa melakukannya, aku akan melakukannya.” Ucap Je Ha berniat keluar dari mobil.

Ketua Joo menodongkan pistolnya “Jangan membuatku menembakmu, Agen Kim.”

Je Ha menatapnya remeh, dulu Ketua Joo mengatakan kalau orang – orang di JSS cukup tangguh dan mereka pasti akan merebut kursi ke presidenan. Tapi lihat sekarang, Ketua Joo malah membuang sisa – sisa moralitasnya.

“Bagaimana denganmu? Kau membunuh warga sipil  di Irak hanya untuk uang dan lari karena kau dipecat dari majikan terakhirmu, bukan begitu?”

Apa yang dikatakan oleh Ketua Joo sebagian memang benar namun sebagian lagi salah. Memang benar kalau ia menjadi pembunuh bayaran setelah dibuang oleh negara ini. Dan benar kalau ia melakukan pekerjaannya sebagai tentara bayaran tapi ia tak pernah membunuh rakyar sipil. Alasan kenapa ia menjadi buronan adalah karena blackstone tahu kalau ia menjadi saksi di Mahkamah Pidana Internasional tentang pembunuhan warga sipil di Irak. Mereka mengejarnya dan berusaha menghentikannya.

Perlahan Ketua Joo menurunkan pistol yang ia arahkan pada Je Ha.


Tapi Se Joon sekali lagi bicara kalau ia mungkin akan menjadi Presiden Boneka tapi ketika ia tak memiliki kartu memori itu, maka dirinya kemungkinan akan menjadi orang – orangan sawah.

“Kenapa kau menjadi orang-orangan sawah? Kau harus menjadi ayah Anna sekarang.”

Se Joon diam. Je Ha kesal dibuatnya dan memberikan kartu memorinya. Ia sudah muak dengan segalanya. Motif aslinya adalah untuk melindungi Anna dari Yoo Jin dan membunuh Gwan Soo. Oleh karena itu, ia akan membunuh Gwan Soo sekarang.

Anna sudah memasuki pesawat dan sebentar lagi akan tinggal landas.

Je Ha mengecek bagasinya yang berisi banyak sekali alat peledak. Ketua Joo berusaha menghentikannya dan bertanya apa yang hendak ia lakukan?


“Kau melihat apa yang ada di bagasi kan?”

Ketua Joo membujuk Je Ha untuk menghentikan aksinya, ia mengira kalau Je Ha mungkin akan meledakkan diri.

Di Cloud Nine, Sung Won merengek agar Yoo Jin mau berbagi cermin bersamanya. Bukankah dulu ia juga menyerahkan JB Grup untuk menikah dengan kakak ipar? Ia juga mengaku iri dengan Yoo Jin karena Yoo Jin bukan anak simpanan seperti dirinya. Semua orang menyukainya dan beranggapan kalau ia akan menjadi Presdir berikutnya. Dan yang paling membuatnya iri adalah ketika Yoo Jin menolak perjodohan dan memilih bersama kakak ipar. 

“Aku juga punya wanita yang kucintai. Tapi aku tidak punya pilihan selain untuk melepaskannya.”
“Aku akan benar-benar percaya dengan kebohonganmu itu kalau aku sedikit lebih mudah tertipu.” Sinis Yoo Jin.

Sung Won tertawa gila karena kecerdasan Yoo Jin meskipun sepertinya ucapannya memang sebuah kejujuran. Selain itu, sepertinya Ayah memang lebih menyukai Yoo Jin ketimbang dirinya bahkan ia meminta Kepala JSS untuk menyembunyikan kasus pembunuhan Uhm Hye Rin.

Sekali lagi ia membujuk agar Yoo Jin mau berbagi cermin bersamanya maka ia akan berbagi saham JB Grup. Saat ia berhasil mendapatkan Jinhan Grup, ia akan memberikan JB Grup sepenuhnya pada Yoo Jin.

Yoo Jin menjawabnya dengan tawa remeh, dia yakin kalau Sung Won saat ini sedang khawatir. Mungkin awalnya dia hanya berniat merebut cermin atau kalau tidak akan menghancurkannya, Sung Won tak pernah menyangka akan terjebak didalam sini bersamanya. Ia tak akan punya pilihan selain menjinakkan bomnya.


Sekretaris Se Joon tidak setuju jika mereka harus mengungkapkan tentang skandal korupsinya. Sedari dulu dia bekerja untuk Se Joon adalah supaya Se Joon punya otoritas nantinya. Se Joon sendiri bingung dan meminta pendapat Ketua Joo atas masalah ini. Ketua Joo menyarankan agar Se Joon meminta pendapat Yoo Jin lebih dulu.

Yah. Se Joon sependapat, ia pun langsung menghubungi Yoo Jin.

Yoo Jin menerima pemberitahuan panggilan, ia pun menyuruh cermin untuk menerima panggilan dari suaminya “Ya, Parlemen. Bicaralah.”

“Oh, tampaknya bom belum meledak.”

“Apa, kau sedih itu belum terjadi?”

Sepertinya Yoo Jin masih punya waktu, ia ingin menanyakan sesuatu. Je Ha telah memberikan kartu memori padanya. Ia menyuruhnya untuk mengekspos skandal yang terdapat didalamnya.

Sung Won terkejut. Yoo Jin sempat senang saat tahu kartu memori itu ada dipihaknya tapi kemudian ia berubah marah “Je Ha, bilang begitu?”

“Ya. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melakukannya?”
Gila. Bagaimana kau bisa melakukannya? Yoo Jin pikir mereka harus menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Gwan Soo dan konsorsium. Dia harus menghubungi Ketua Park dan memberitahukan kalau mereka akan menghancurkan Gwan Soo dan Konsorsium. Sama halnya dengan JB Grup.. kalau mereka tak mau patuh.

Se Joon memuji kecerdikan istrinya. 

Wajah Yoo Jin berubah khawatir kemudian menanyakan keadaan Je Ha. Se Joon memberitahukan kalau kondisinya tak begitu baik. 


Yoo Jin menatap Sung Won dengar percaya diri, sepertinya Gwan Soo akan mundur dari pencalonan atas kemauannya sendiri. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia menghancurkan JB Grup dan merintisnya dari awal lagi?

Sung Won hanya bisa membalasnya dengan senyum getir.

Se Joon mengikuti saran yang diberikan oleh Yoo Jin dan menghubungi Ketua Park. Ia memberitahukan bahwa sebuah barang baik telah jatuh ke tangannya. Ia mendengar kalau Ketua Park dan anggota konsorsium terlibat didalamnya. Ia ingin melakukan pertemuan bersama anggota dan minum secangkir kopi.

Gwan Soo menerima kabar ini dengan geramnya, kartu memori Kim Suk Han jatuh ke tangan Se Joon. Ia menduga kalau Je Ha adalah agen ganda untuknya dan Yoo Jin. 

Gwan Soo ingat kalau Anna adalah Putri Jang Se Joon. Dia menyuruh sekretarisnya menghubungi Kepala Polisi dan menangkap gadis itu. Ia harus menyingkirkan Se Joon dan Je Ha malam ini juga.

Je Ha menahan rasa sakitnya sampai keringat dingin bercucuran diwajahnya. Ia terus mengemudikan mobilnya menuju ke suatu tempat.


Ditempat yang berbeda, Anna sedih sekaligus merindukan Je Ha. Ia menatap foto Je Ha ketika tengah berada di fashion show waktu itu. Je Ha tampak gagah dan tampan dengan tatapan tajamnya. Sebulir air mata pun mengalir dipipi Anna.

Seorang pramugari meminta Anna untuk mematikan ponselnya demi keselamatan penerbangan. Anna pun mematikan ponselnya.

Dalam perjalanan, Je Ha menepikan ponselnya sebentar dan berusaha untuk menghubungi Anna tapi ponselnya sudah tidak aktif.


Tepat sebelum tinggal landas, seorang polisi menghampiri Anna dan menyuruhnya untuk ikut bersamanya.


Sebuah mobil memasuki tempat rahasia Gwan Soo, sniper langsung menghujani mobil itu dengan tembakan. Namun ketika mereka memeriksa dalam mobil, tak ada seorang pun disana. Bagasinya juga sudah kosong. 

Je Ha tiba – tiba muncul kemudian langsung membanting orang itu. Ia menghindari tembakan dari para sniper dan menerobos masuk ke gedung itu. Ia pun menahan salah seorang anak buah Gwan Soo dan menjadikannya sebagai tameng.


Je Ha memberikan sebuah bom dan menyuruhnya memasang bom itu dipintu. Ia langsung menarik pria itu menjauh saat bom siap meledak. Pintu ruang rahasia Gwan Soo terbuka namun Je Ha tak menemukan siapapun disana. Dimana Gwan Soo?

“Dia mengatakan padaku kalau kau ingin menyelamatkan pacarmu. kau harus memberikan kartu memori itu.”

“Apa.. apa yang kau katakan?”

“Pacarmu. Go Anna.”

Je Ha menginjak kaki pria itu dengan geramnya. Pria itu mengatakan kalau Anna ditangkap sebelum meninggalkan tempat ini. Je Ha mencecarnya untuk mengatakan dimana keberadaan Anna. Pria itu memohon agar Je Ha jangan menginjak kakinya lagi, ia akan mengatakannya.

Je Ha harus menerobos bahaya yang menghadang ketika keluar dari gedung persembunyian Gwan Soo. Lukanya semakin parah saja karena ia harus melawan mereka seorang diri.


Saat berhasil keluar, Je Ha kembali menuju ke tempat lain dan menghubungi Mi Ran untuk memastikan apakah benar jika Anna diculik. Mi Ran terkejut dibuatnya karena terakhir kali mereka sudah mengatarkan nona ke bandara.

“Aku tidak tahu, tapi aku pikir Park Gwan Soo mungkin telah menculiknya!”


Ditempat lain, Gwan Soo menghubungi Se Joon dengan video call. Se Joon percaya diri karena menduga Gwan Soo pasti sedang terburu – buru. Gwan Soo tertawa, seharusnya memang ia bertatap muka ketika bicara masalah hidup seseorang yang tengah dipertaruhkan.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuhmu.” Ucap Se Joon.

“Tidak, aku tidak berbicara tentang aku.”

Gwan Soo menunjukkan Anna yang sudah terikat dikursi dengan mulut tersumpal. Anna ketakutan dan menggeram seperti meminta pertolongan. Se Joon tentu saja terkejut karenanya.

Tanpa basa – basi, ia meminta Se Joon untuk melakukan barter kartu memori Suk Han dengan Anna. Ia mengajaknya untuk bertemu di Cloud Nine dan menyelesaikan masalah ini. Katanya kartu memori itu tak bisa di salin jadi jangan coba – coba membuat salinan, ia akan memeriksanya dengan terperinci.

Se Joon yang panik langsung menyetujui persyaratan Gwan Soo.

Mi Ran menghubungi Je Ha untuk memberitahukan bahwa Anna memang diculik sebelum ia lepas landas. Je Ha berteriak marah karena sesuatu yang tak terduga malah terjadi di waktu yang tak tepat.


Ia sampai disebuah kontruksi namun pekerja disana tampaknya bukan pekerja biasa. Tanpa ada komando, mereka langsung menyerang Je Ha. Je Ha dikeroyok namun ia masih bisa melawan dan berhasil masuk dalam gedung.

Di gedung, ia sudah dihadang lagi namun Je Ha mengumpulkan kekuatannya untuk melawan mereka.


Terdengar suara erangan seorang wanita, Je Ha mencari sumber suara dan menemukan Anna diseret segerombolang orang dan dipaksa masuk dalam mobil. Je Ha mencoba menghampirinya tapi luka diperutnya terasa sakit dan ia kembali dihadang orang.

Anna didalam mobil tampak begitu ketakutan, ini mengingatkannya dengan pertemuan mereka pertama kali. Saat Anna dalam pengejaran dan meminta bantuannya.

Mobil yang membawa Anna pergi dan Je Ha harus mendapat pukulan dikepalanya. Je Ha sempat tumbang namun ia bangkit lagi dan menggunakan pisau milik salah satu diantara mereka untuk menumbangkan mereka semua.


Guru Song yang bebas membantu rekan lainnya dan menghajar pria bermasker kemudian membuka borgol yang mengikat lengan temannya. Mereka menggunakan seragam pria bermasker untuk membantu membebaskan rekan lainnya.


Anna digiring menuju lift, pria bermasker menyambut mereka dan mengawalnya. Namun disaat mereka lengah, pria bermasker membuat kontak mata kemudian menyerang anak buah Gwan Soo.

Anna terkejut tapi ia bisa bernafas lega saat mereka semua ternyata orang – orang JSS.

Guru Song mengantar Anna ke tempat parkir dan menyuruhnya pergi. Ia pun kembali membantu JSS yang diserang oleh beberapa polisi.

Anna berlari kebingungan saat beberapa anak buah Gwan Soo hampir menangkapnya ditempat parkir. Ia berlari ke sana kemari sampai akhirnya seseorang membekap mulut Anna dan membantunya bersembunyi.

Anna ketakutan. Ia melirik ke arah pria itu, dia adalah Guru Song. Namun Anna masih saja ketakutan..

Kilatan ingatan masa kecilnya kembali terulas. Yah.. pria berpakaian hitam yang mengarahkan cahaya senter padanya adalah.. Guru Song.


“G-Guru Song. Apa itu kau?”

“Apa?”

“Pada malam itu, orang yang membungkam mulutku  dan mengarahkan cahaya padaku.”

Guru Song terkejut dan mencoba memberikan penjelasan pada Anna.


Ditempat lain, Sekretaris Gwan Soo memohon agar Je Ha tak bereaksi berlebihan. Mereka masih bisa bicara baik – baik. Je Ha bertanya dimana Anna?

“Oh, um, Anna? D-dia ada di Cloud Nine. Dia di sana sekarang. Kau harus buru-buru.”


“Antarkan aku kesana.”

Sekretaris itu menolak. Dia tak mau soalnya bomnya akan segera meledak. Bom itu tak bisa dijinakkan setelah dinyalakan, Sung Won tak tahu cara menjinakkannya.

Je Ha benar – benar terkejut mendengarnya. Ia berteriak marahnya. Frustasi.


-oOo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar