Rabu, 05 Oktober 2016

Uncontrollably Fond Episode 4


Sedikit mundur dari episode terakhir, disini ternyata No Eul sama sekali tak berniat untuk bunuh diri. Dia hanya melihat suatu hal yang menarik, Lee Yu Bi dan Jun Ho sedang ber-selfie dipinggir sungai. Jelas saja No Eul seperti medapat durian jatuh, “Yak, itu Joon Ho dan Lee Yu Bi. Aku pikir kemistri dalam film mereka sudah terkirim ke dunia nyata.”





No Eul berdiri memanjat dinding demi mendapatkan foto kedua artis terkenal itu.
Disaat itulah Joon Young datang dan memarahi No Eul, dia pikir No Eul berniat bunuh diri dan menghargai nyawanya hanya segitu. Sedangkan No Eul yang tak tahu menahu hanya bisa melongo menatap Joon Young.









~~FLASHBACK~~
No Eul berhasil melewati masa kritisnya meskipun detak jantungnya sempat sangat lemah. Dokter memberitahukan kondisi No Eul pada No Jik dan Na Ri, dia menyuruh mereka tak usah khawatir. No Eul sudah melewati masa kritis dan dia tak akan meninggal.

Air mata lega Joon Young mengalir. Dia masih duduk diposisi yang sama selama operasi berlangsung.







Tak jauh dari mereka, Ji Tae juga sudah bisa menghela nafas lega saat tahu No Eul telah melewati masa kritis.



*****
Hari berikutnya, Joon Young menemui profesor untuk mengajukan pengunduran dirinya dari sekolah. Profesor menanyakan keyakinan Joon Young, bukankah ini pertama kalinya dia lulus? Kenapa tiba – tiba ingin keluar.

Joon Young menatap telunjuknya yang terluka, “Aku pikir kalau seorang pria sepertiku menjadi jaksa. Maka tak akan ada harapan untuk negeri ini.” jawab Joon Young tersenyum miris.
 






[JANUARI, 2016]
No Eul menatap pantulan wajahnya didepan kaca, dia tak pecaya kalau wanita itu adalah dirinya. Na Ri memuji kekuatan sebuah make-up yang bisa merubah No Eul sedemikian rupa.

Na Ri kemudian menawarkan No Eul untuk menambahkan dandanan layaknya girl group yang sedang populer sekarang. No Eul menanggapi malas dan mengusap lipstiknya, memangnya dengan begini dia mendapatkan uang apa?

No Eul menghapus lipstiknya. “memangnya kau ingin aku bertemu dengan Shin Joon Young dengan tampilan seperti ini? Kau ingin aku menggodanya atau apa? Aku menemuinya untuk urusan kerja.”





Na Ri hanya meminta No Eul untuk tetap menggunakan make – upnya. Toh Shin Joon Young bukan tipe yang mudah tergoda. Ada banyak wanita kaya dan cantik yang menantikannya jadi ia yakin No Eul tak akan punya kesempatan.

“Jadi untuk apa kau memintaku memakai make-up?”







Na Ri tahu kalau Shin Joon Young bagi mereka sudah terlalu jauh dari batas kemampuan mereka. Dia juga tak menginginkannya. Dan dengan No Eul berpakaian jelek membuatnya hanya mempermalukan diri.

“Memangnya kenapa kalau aku berpakaian menyedihkan? Aku tak perduli dengan apa yang dia pikirkan.”

“Aku perduli!” jawab No Eul. Dia hanya ingin kalau memori buruk mereka bersama Joon Young tak akan lagi terulang. Dia hanya ingin ada memori baik nantinya.

No Eul terdiam. Dia kemudian menyuruh No Eul untuk memberinya make-up seperti idol yang dia tawarkan tadi.



******
Omona~~ Sekarang kita disuguhi pemandangan Joon Young yang baru saja berkaca setelah mandi. Dirinya bangga menatap tubuhnya yang terlatih hingga memiliki otot yang bagus, “Aku telah membuat ototku menjadi sempurna.”







Ketika Joon Young sedang memilih baju, Gook Young datang dengan girangnya dan memberitahukan bahwa No Eul telah sampai ke sana tapi dengan tampilan yang aneh.





Keduanya sudah berada didepan layar, Joon Young tanpa berkedip menatap No Eul yang merias diri dan terlihat cantik.

“Wah, dia habis – habisan untuk terlihat baik didepanmu. Kenapa aku merasa kasihan padanya? Apa karena aku tahu kalau dia akan terus ditolak oleh Shin Joon Young” celoteh Gook Young.



No Eul mulai berlaku aneh dengan berlenggak lenggok didepan ponselnya karena menunggu Joon Young yang tak kunjung muncul. Gook Young melihat tingkahnya berniat untuk mematikan layar tapi Joon Young menghalangi. Dia malah meminta Gook Young untuk mengambil pororo.

Gook Young sebenarnya merasa aneh, tapi dia diam saja dan menuruti perintah Joon Young.










“Semakin lama aku lihat, semakin terlihat jelas kalau aku ini mempesona. Eul, hidupmu pasti sangat berat hingga menyembunyikan kecantikanmu untuk waktu yang lama!” ucap Eul sedih pada layar ponselnya.

Joon Young tersenyum tipis melihat aksi konyol Eul.





Na Ri sampai ke depan rumah Joon Young dengan tergesa gesa, dia meminta maaf kalau dia hanya bisa membawakan anting palsu. Bagi No Eul sih tak masalah, entah palsu ataupun asli.

“Itu akan sangat menyedihkan untukmu. Bahkan dia bisa berfikir kalau kau juga penuh kepalsuan.” Ujar Na Ri.

“Dia akan memperlakukanku dengan buruk, takperduli apapun yang aku lakukan. Dia punya temperamen yang buruk. Dan cara dia menyiksaku sebelumnya tak ada apa – apanya dibanding sekarang.” Kesal No Eul.







Na Ri kagum dengan rumah besar Joon Young. Dia mengingatkan No Eul untuk jangan sampai takut, bukan hanya Joon Young yang punya temperamen buruk, No Eul juga punya temperamen yang sama.

“Baiklah kawan.” Jawab No Eul.

Na Ri juga mengingatkan agar No Eul memanfaatkan semua kesempatan yang ia miliki. Bahkan No Eul harus berpura – pura ingin bunuh diri untuk mendapat kesempatan ini.



“Aku tidak berpura – pura untuk bunuh diri. Aku tak pernah melakukan ataupun mencoba bunuh diri. Dia hanya salah paham. Bagaimana bisa dia bunuh diri dan meninggalkan Jik.”
Na Ri mengangguk mengamini ucapan No Eul.

Sedangkan Joon Young didalam rumah tampak kesal, dia ternyata telah dibodohi. Wkwkw.





No Eul memencet tombol rumah Joon Young berulang kali tapi belum juga ada tanggapan. Dia mulai kedinginan dan menggigil, dia menghubungi Gook Young. Dia memberitahukan kalau dia sudah memencet bel selama lebih dari 10 menit di rumah Joon Young tapi belum juga ada jawaban.

“Benarkah? Aku juga heran kenapa. Aku akan melihatnya dan menelfonmu.”

Dan rupanya Gook Young sudah ada didepan layar pintu memperhatikan No Eul, “Tentu saja ini karena temperamen buruk Joon Young.







No Eul memanggil – manggil Joon Young, dia meminta Joon Young untuk membuka pintunya. No Eul befikir kalau mungkin dia sedang dipermainkan. No Eul kemudian berniat menendang pintu rumah Joon Young.

Bertepatan saat itu Joon Young membuka pintu. No Eul yang terkejut hampir saja jatuh tapi Joon Young membantunya.

“Anyeong...” sapa No Eul informal.
“Anyeonghaseyo..” jawab Joon Young formal.
No Eul canggung, dia akhirnya membungkuk hormat. “Anyeonghaseyo~~”



No Eul memberitahukan kalau mungkin bel pintu sudah rusak, dia bilang kalau crew syuting akan segera datang.

“Mereka tak akan datang. Aku menyuruh mereka untuk tak datang.”

“Kenapa?” tanya No Eul.
Joon Young berkata kalau dia tak akan syuting film dokumenter. No Eul terkejut, bukankah kemarin Joon Young sudah setuju.

“Karena kau menipuku. Aku pikir kau akan lompat dari jembatan karena aku mengatakan tidak padamu.”





No Eul mengedip – ngedipkan matanya bingung untuk menjawab. Itu semua hanya salah paham. Joon Young berkata kalau seharusnya No Eul memberitahunya kalau dia salah paham.

“Aku akan melakukannya...” ucap No Eul lirih. “tapi aku lupa...”
Joon Young pokoknya tak akan melakukan syuting film dokumenter. Joon Young pun memanggil pororo untuk jalan – jalan.





No Eul menghentikan Joon Young, bagaimanapun juga dia telah dirugikan karena Joon Young. Dia kehilangan cerita ekslusif tentang berita kencan Junho dan Lee Yu Bi.
“Ooh, jadi kau sebenarnya sedang mengambil foto mereka?”

No Eul mengamini pertanyaan Joon Young dan dia bisa saja menjual foto itu untuk uang yang banyak. Dia bisa memenuhi kebutuhannya selama dua bulan. Joon Young dengan angkuh menyuruh No Eul untuk mengirimkan informasi akunnya. Dia akan mengirimkan dua kali lipat untuk mengganti uang No Eul yang hilang, “berterimakasihlah padaku.”





Joon Young menyingkirkan No Eul yang menghalangi jalannya.



No Eul mengejar Joon Young lagi, “Berapa banyak uang yang akan kau berikan? Kalau kau ingin memberiku uang, jangan dalam jumlah kecil seperti 300.000 atau 1 juta won. Berikan aku 100 juta won.”

Semakin angkuh, Joon Young mengejek jumlah yang diminta No Eul. Dia bahkan siap untuk memberikan 1 milyar won. Dia bisa memberikan rumah, mobil ataupun bangunan, dan semua yang dia punya. “Ayo katakan padaku!..” teriak Joon Young.





“Kau pasti sangat senang karena kau begitu kaya. Aku bahkan tak punya uang dan kau punya cukup uang untuk meremehkanku. Dan jangan batalkan perjanjian seperti sesuatu hal yang sepele. kau pasti sangat senang, kau b*jingan!”

No Eul menendang betis Joon Young dengan keras. Pororo berlari menyerang No Eul karena tuannya telah diganggu.







*****
Joon Young memanggul No Eul yang pingsan akibat serangan Pororo. Joon Young menanggapi pingsan No Eul dengan santai, dia yakin kalau No Eul hanya pura – pura. Joon Young pamit untuk bekerja, dia menyuruh Gook Young untuk berpura – pura percaya lalu menyuruh No Eul pergi.

Gook Young menatap No Eul dengan penasaran, dia pikir No Eul tak berpura pura.







Saat Joon Young berjalan pergi, Gook Young memanggilnya dengan panik. Dia yakin kalau No Eul tak berpura-pura dan ada yang salah dengan No Eul.

Joon Young kembali menemui No Eul dengan panik, dileher dan di tangannya mulai bermunculan bercak merah.

“Panggil DR Kang.” Perintahnya.



Dr Kang telah memeriksa kondisi No Eul, dan mengatakan bahwa No Eul mempunyai alergi anjing.
“Alergi.. anjing?” tanya Joon Young.

Dr Kang telah memberikan obat peningkat tekanan darah dan akan mengurangi imflamasinya, dia akan segera sembuh.





Joon Young meminta maaf telah mengganggu Dr Kang disaat hari libur. Dengan bercanda, Dr Kang akan menerima permintaan maaf Joon Young jika dia mau memberikan tanda tangan untuk sang putri. Joon Young tersenyum menanggapinya.
“Kau terlihat baik – baik saja.”

“Ya.” Jawab Joon Young lalu bercanda. “Aku pikir ini hanya kesalahan diagnosa. Aku akan menahan diri agar tak melaporkan anda karena anda telah membantu saya.”

Joon Young tersenyum namun raut sedih wajahnya tak bisa ditutupi.



*****
Dibelakang rumah, Joon Young mengikat Pororo agar dia tak pergi kemana – mana.

“Kau disini untuk hari ini ya? Dia akan sakit karenamu. Dan aku sangat senang karena kau telah mengkhawatirkanku, tapi jangan lakukan itu lagi yah. Karena aku akan menendangmu kalau kau menggigit No Eul.” Ucap Joon Young tersenyum.



Joon Young mengecek kondisi No Eul yang masih belum juga sadarkan diri.
Sebuah dering ponsel terdengar, Joon Young menemukan ponsel No Eul tengah berdering. Seseorang menghubunginya. Dan disana tertera nama Hubby (suami) di layar ponsel No Eul.

Joon Young menatap No Eul, rautnya wajahnya sedikit menunjukkan kekecewaan.





****
Ji Tae lah pria yang diberi nama Hubby oleh No Eul. Ji Tae menatap ponselnya dengan heran karena No Eul tak mengangkat panggilannya.



Tak berselang lama, No Jik datang menemui Ji Tae. Ji Tae bertanya bukankah akan lebih baik kalau mereka bisa tinggal disana?

“Kami tinggal disini? Kami tak punya uang untuk menyewa tempat seperti ini.”

Ji Tae mengaku kalau temannya yang dulu tinggal disana pindah tapi mereka tak mau menjual ataupun menyewakan tempatnya jadi Ji Tae dan No Eul bisa tinggal disana. Dengan gratis.

“Tidak. Aku tak mau.”



No Jik menolak karena kakaknya akhir – akhir ini semakin berfikir untuk melakukan apapun demi uang. Kalau sampai dia mendapatkan tempat tinggal dengan gratis, dia akan berfikir kalau keberuntungan adalah yang terpenting dalam hidup. Dan mereka tak butuh kebenaran untuk hidup.

“Aku sangat berterimakasih padamu. Tapi aku tak ingin barang pemberian. Aku akan tinggal dirumah temanku dan kakaku tinggal ditempat temannya, Na Ri. Aku bekerja paruh waktu dan kakakku juga bekerja. jadi aku yakin, kami akan segera mendapatkan tempat tinggal dengan segera.” Jelas No Jik sangat dewasa dibandingkan dengan No Eul.
Ji Tae tersenyum, dia malu karena sekarang dia terlihat buruk dihadapan No Jik.





No Jik memberikan amplop dan berkata kalau dia mendapatkan bayaran karena anak yang dia ajar peringkatnya naik. Dia meminta Ji Tae untuk membeli jaket. Ji Tae menolak tapi No Jik menunjuk lubang di lengan jaket Ji Tae.

“Kau tahu kalau kakaku orangnya materialistik. Aku senang kalau kau bisa menjadi kakak iparku tapi kakakku tak akan berfikir seperti itu karena kau miskin sama seperti kita. Dan kakakku menyukai orang kaya. Jadi, belilah pakaian baru dengan ini dan buat kakakku bertekuk lutut padamu. Okey?”

Ji Tae diam. Tampak banyak pikiran yang berkecamuk dikepalanya.



Ponsel Ji Tae berdering, dan ia mengatakan kalau dia akan datang secepatnya.



*****
Bak superman atau bahkan batman, Ji Tae kini sudah berubah menjadi pria tampan dengan pakaian mahal. Dia berjalan keluar dari mobil dengan gagahnya. Omonaa~~



****

Dikediaman Hyun Joon, meja makan telah terisi penuh oleh hidangan yang masak oleh Jung Eun. Ibu Hyun Joon dan juga Bibi kemampuan Jung Eun, tak hanya cantik dan baik, tapi dia juga pandai memasak.

“Ha Ru, apa ini tidak mengajarimu apapun?” tanya Ibu pada Ha Ru.
Haru menatap makanan dimeja, “Ya, aku tahu. Aku benci orang yang pamer.”



Ibu meminta maaf atas sikap kasar putrinya. Jung Eun menanggapi dengan senyuman, dia sudah biasa seperti itu. bahkan temannya pun membenci dia.

Tapi saat Jung Eun terdiam, dia tampak kecewa.



Ha Ru duduk disamping ayahnya yang sibuk menulis. Ha Ru merapal semua kelebihan Jung Eun, tapi dia yakin kalau Jung Eun juga punya cacat.

“Seorang manusia tidak ada yang sempurna. Keluarganya terlalu luar biasa, dia sangat baik di sekolah, dia terlalu cantik, dia terlalu seksi, dan dia juga terlalu baik hati. Dia bahkan terlalu pandai memasak.”

“Siapa? Jung Eun?”


Ha Ru berfantasi liar kalau mungkin Jung Eun ini berasal dari planet lain. Hyun Joon Cuma bisa meringis mendengar pemikiran konyol putrinya.

“Mungkin, saat dia pulang, dia makan ular, tikus, atau kecoak. Dan di tengah malam, dia mungkin pergi ke pemakaman untuk menggali peti mati dan menghisap darah mayat yang masih  baru.” Khayal Ha Ru seram sendiri.


Tangan seseorang meraih pundak Haru. Haru terang saja tersentak ketakutan, dia jadi kesal pada Ji Tae. Ji Tae tersenyum, salah siapa adiknya ini terlalu jahat mengatai Jung Eun.

Hyun Joon memberitahu bahwa Jung Eun sudah ada disana. Ji Tae tahu, sudah ada yang mengabarinya.

“Dia sampai di sini sangat pagi dan menyiapkan makanan untuk peringatan kematian kakekmu. Katakan kepadanya dia melakukan pekerjaannya dengan baik.”

Ji Tae mengiyakan perintah Ayah, tapi sebelumnya dia ingin menyegarkan diri terlebih dahulu.



Haru kembali mengoceh kalau mungkin Jung Eun itu hanya pura – pura baik tapi kenyataanya dia psikopat dan sociopat. Hyun Joon tak tahan lagi mendengar ocehan konyol putrinya, “Haru!”

Haru terkejut, dia hanya bercanda. Dia menatap ayah dengan kedipan manja hingga Hyun Joon tak bisa lagi memarahinya. Ia pun tertawa.



Saat tengah menyegarkan diri, Ji Tae teringat akan kejadian beberapa waktu lalu. Dimana Ji Tae mengutarakan keinginannya agar dia tak usah menikah dengan Jung Eun. Ibu mencoba membujuk dengan mengatakan bahwa Jung Eun adalah wanita yang baik.

Ji Tae masih ingin menolak, baginya pernikahan adalah janji sehidup semati. Dia hanya ingin memiliki wanita yang ia cintai untuk menemani sepanjang hidupnya. Seperti Ayah dan Ibunya yang juga menjalin pernikahan karena adanya rasa cinta.

“Apa kau punya seseorang yang kau cintai?”

“Tidak..tidak juga.. hanya saja...”



Ji Tae sungguh paham atas betapa pentingnya Tuan Yoon agar Hyun Joon bisa mencapai keinginannya. Hanya saja dia juga ingin memikirkan kehidupannya mendatang.

Hyun Joon menerima alasan Ji Tae, “Aku akan menelepon tuan Yoon besok Aku akan menelepon tuan Yoon besok. Impianku sangat penting. Tapi untuk seorang ayah, anaknya lebih penting. Tidak ada di dunia ini, tak ada yang lebih berharga dari kau, Ji Tae.”




Kembali ke masa kini, Ji Tae keluar dari kamar setelah membasuh wajahnya. Dia melihat Jung Eun memijit lehernya yang kaku. Ji Tae menghampiri Jung Eun lalu memijat pundanya, dia memuji Jung Eun yang telah bekerja keras.

Jung Eun berbalik, kalau begitu dia meminta hadiah ciuman dari Ji Tae. Jung Eun menutup matanya namun Ji Tae tak memberikan reaksi apapun.

“Kau hangat, tapi tidak bergairah. Kau menemuiku dan memperlakukanku dengan baik, hanya karena orang tua kita, bukan? Kau tidak mencintaiku.”




Jung Eun merasa harga dirinya terluka, ia pun pergi meninggalkan Ji Tae. Ji Tae menarik lengan Jung Eun. Dia mengajaknya untuk menikah sesegera mungkin. Tak perlu mengadakan pertunangan dan langsung menikah.

“Apa kau mencitaiku?” tanya Jung Eun.
“Kecuali kalau kau menginginkan aku pergi, Aku tidak akan meninggalkanmu.” Ucap Ji Tae tanpa menjawab pertanyaan Jung Eun.



“Kau tidak bisa mengatakan saja kalau kau mencintaiku. Aku tidak keberatan. Aku akan mencintaimu, untuk kita berdua.” Ucap Jung Eun lalu mencium bibir Ji Tae.

Ji Tae seperti patung, tak merespon atau memejamkan mata saat Jung Eun menciumnya.


*****
Dirumah Joon Young, Joon Young tertidur dilantai saat dia menemani No Eul yang sakit. Tapi ketika dia terbangun, No Eul sudah menghilang dari tempat tidurnya.


Kini dia tengah menyeruput mie karena perutnya yang kelaparan. Saat Joon Young datang No Eul dengan formal berkata kalau dia akan menggantinya... “bukan, dia akan memberikan uang” ralat No Eul dengan kata-kata informal karena mereka batal bekerja sama.

“Apa pingsan memang hobimu?”

“Sistem kekebalan tubuhku kurang baik. Aku mendapatkan tiga operasi besar setelah sebuah kecelakaan mobil, dan tubuhku menjadi aneh setelah itu.” jelas No Eul membuat Joon Young terdiam, mungkin dia merasa bersalah.



Joon Young menyalakan oven untuk menghangatkan nasi yang No Eul minta. No Eul dengan canggung bertanya apakah tawaran Joon Young tadi siang masih berlaku? Seperti dia mengatakan akan memberikan sebuah mobil, rumah, ataupun bangunan.

Tak menjawab, Joon Young hanya tersenyum menatapnya.

No Eul salah tinggkah, “Aku tahu kau tidak akan memberikan apapun. aku hanya bertanya.”



“Apa yang kau inginkan?” Joon Young akhirnya bersuara.

“Boleh aku katakan kepadamu? 100.000 dolar. Itu jumlah terbesar yang bisa aku pikirkan.” Ungkap No Eul. Joon Young diam.



“Ini terlalu banyak, bukan? Bagaimana kalau 50.000 dolar?” Joon Young masih diam.

Joon Young terus diam. No Eul juga terus menurunkan jumlah uang yang ia minta hingga 10.000 dolar dan dia berjanji tak akan muncul dihadapan Joon Young ataupun memintanya syuting film dokumenter. Joon Young belum juga berbicara.

“Apa kau tak bisa meminjamkannya padaku? Kau kan kaya?”



Joon Young menolak memberikan uang pada No Eul. No Eul merutuki sikap buruk Joon Young, kalau dia tak mau meminjami atau memberinya uang seharusnya dia mengatakan itu sejak tadi.

“Kau bisa bekerja. Kenapa meminta kalau secara fisik kau masih mampu?”

“Aku tidak memiliki pekerjaan. Sikap pemarahmu membuatku kehilangan satu pekerjaan yang akhirnya aku dapatkan.”

“Kalau begitu ayo kita lakukan film dokumenternya.” Ajak Joon Young.



No Eul mengiyakan saja ucapan Joon Young yang suka plin plan. Tapi kali ini Joon Young memang serius, dia pun menghubungi CEO Namgoong. CEO Namgoong menanggapi dengan suara malas seperti baru bangun tidur. Dia mengiyakan tapi dia yakin kalau Joon Young paling besok pagi akan membatalkannya lagi.

“Tambahkan sebuah artikel dalam kontrak yang mengatakan bahwa aku akan membayar 1.000 kali biaya pembatalan kalau aku mengundurkan diri lagi.”

No Eul dan Joon Young saling menatap, Joon Young seolah menunjukkan keseriusannya. Diseberang telefon, CEO Namgoong juga terdengar kegirangan.



*****
Malam hari, Ji Tae belum tidur dan masih sibuk membaca buku. Ponselnya berdering, saat ia mengeceknya ternyata No Eul mengirimkan kupon sepatu untuk Ji Tae.

Ji Tae tersenyum menerima hadiah No Eul, Ji Tae kemudian menghubunginya.



Ji Tae menanyakan makna dari pemberian No Eul. No Eul mengaku kalau dia mendapatkan pekerjaan dan ini sebagai ucapan terimakasih karena Ji Tae sudah banyak membantu adiknya.

“Apa kau mendapatkan pekerjaan? Bukankah kau masuk daftar hitam di seluruh industri? Bagus sekali.”


No Eul mengaku kalau dia berhasil membuat Joon Young bersedia untuk membuat film dokumenter. Bukankah itu bagus?

Seketika ekspresi wajah Ji Tae mengeras, No Eul yang tak tahu menahu terus bercerita dengan senang. No Eul bingung kenapa Ji Tae sangat diam? Apa dia sudah tidur?


No Eul mengecek ponselnya, dia terkejut karena sekarang sudah pukul 3 pagi.

“Apa kau benar-benar tertidur? Tidurlah yang nyenyak.” No Eul mengakhiri panggilan dengan kecupan pada ponselnya.

Sedangkan di tempat Ji Tae, dia masih diam membeku.



*****
Joon Young terpaksa mengungsikan Pororo dari rumahnya. Dia membuat rumah anjing dibelakang rumah, dia ingin Pororo bersabar karena dia tinggal dirumah itu selama 3 bulan. Anggap saja sedang liburan dipedesaan dengan pemandangan langit dan bintang.

Pororo duduk manis tanpa merespon, seolah dia marah pada Joon Young.

“Apa kau ingin aku tinggal di sini sementara kau tinggal di dalam ruangan?” rutuk Joon Young kemudian.



Selepas membuatkan kandang Pororo, Joon Young kembali ke rumah dan meminta pembantu yang berbenah dirumahnya untuk memastikan bahwa bulu Pororo tak ada yang tertinggal.

Tapi sedetik kemudian Joon Young berubah pikiran, dia memutuskan untuk membersihkan rumahnya sendiri agar benar – benar rapi. Dia bahkan tak meninggalkan sejengkal pun tanpa dibersihkan.



****
Ditempat lain, No Eul terngah menemui CEO dari SNU Company yang bersikap sangat manis padanya. Dia bahkan menghidangkan bubble kesukaan No Eul dengan riang.

“Kenapa anda bersikap seperti ini?” tanya No Eu keheranan.

CEO mencoba bertingkah agar apa yang dia lakukan tampak lebih natural, tapi ini makin membuatnya terlihat mencurigakan. Dia memuji kalau kulit No Eul kini tampak lebih segar, oleh karena itu dia sudah bisa mulai bekerja.


“Pekerjaan apa?”

CEO memberitahukan bahwa Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tengah memberikan wewenang untuk melakukan syuting film dokumenter. Dia meminta No Eul untuk bekerja sebagai PD dari film tersebut.

No Eul langsung tersenyum, dia tahu kalau bosnya ini pasti sudah dengar kalau dia akan jadi PD dari film dokumenter Shin Joon Young?



CEO pura – pura tak tahu. No Eul mulai bertingkah dan menyilangkan kakinya dengan bangga, dia menyalahkan CEO yang sudah menyia-nyiakan manusia berbakat seperti dirinya.

“Aku akan membayarmu dua kali lipat dari apa yang kau dapatkan. Ditambah, posisi permanen dengan asuransi.”


Mendapat penawaran yang menarik, iman No Eul tergoyah namun saat ia menanyakan kebenarannya pada CEO. CEO mendapatkan panggilan dari seseorang.

Didalam ruangan, No Eul tak percaya. “DAEBAK.”


Rupanya pria dibalik layar yang telah membuat CEO berubah pikiran adalah Ji Tae. CEO memberitahukan bahwa No Eul sudah ada dikantornya.

“Kalau kau bisa membujuknya, aku akan melanjutkan dengan investasi yang aku janjikan.”

Ji Tae mengakhiri panggilannya. Tampang bodoh dan polos yang biasanya Ji Tae tunjukkan, kini berubah dingin.


*****
Gook Young dan CEO Namgoong pergi ke rumah Joon Young. Dan menemukan rumah Joon Young yang sudah rapi serta dipenuhi dengan bunga – bunga warna – warni. Bahkan karpet serta bantal semuanya baru.

Gook Young menganggap Joon Young seorang yang licik. Dia mengira kalau semua yang Joon Young lakukan ini hanya untuk pencitraan saja.

“Aish, tapi dimana Joon Young?”

“Aku tak tahu.” Jawab Gook Young.


Sang Tuan rumah tengah berada di kamar mandi, Joon Young muntah – muntah dan rasa sakit yang tak bisa tertahan membuat dia terduduk di lantai. Gook Young datang memanggil Joon Young.

Joon Young sekuat tenaga menaha suara erangannya, sakitnya telihat amat sangat menyiksa. Joon Young dengan gemetaran memencet tombol closet sehingga Gook Young mengira kalau Joon Young sedang buang air besar. Dengan polos Gook Young pergi sambil menutup lubang hidungnya.



Joon Young menyalakan shower, suara geraman dan erangannya sudah tak bisa dia tahan lagi. Air mengguyur tubuh Joon Young yang kesakitan sampai basah kuyup.

Aku ingin bertanya, Kenapa sekarang? Aku baik-baik saja sampai sekarang. Aku makan dengan baik dan tidur dengan baik. Aku bahkan mengalahkan rekorku mendaki Gunung Cheonggye dalam tiga menit. mendaki Gunung Cheonggye dalam tiga menit. Aku sudah lama menunggu hari ini. Jadi kenapa sekarang, Jadi kenapa sekarang? Tapi tiba-tiba, aku ingat janji yang aku buat dulu. Tolong biarkan Eul hidup. Kalau kau membiarkan dia hidup, Aku akan menyerahkan semua kebahagiaanku.” Duka dalam batin Joon Young.



*****
No Eul mengucapkan terimakasih atas tawaran yang telah diberikan oleh CEO. CEO pun senang karena No Eul tak menyimpan dendam padanya dan mau bekerja lagi disini.

“Tidak. Aku menyimpan dendam. Aku tidak akan kembali.”

CEO terkejut, dia yakin kalau No Eul sangat menyukai uang. Dia sudah berani membayar dua kali lipat, ditambah asuransi dan pekerjaan tetap.



No Eul tetap menolak dan pamit pergi, tak lupa ia membawa bubble yang dibelikan CEO.

“Semuanya terdengar sangat menggoda. Tapi kalau aku mengkhianatinya, Joon Young akan membunuhku. Aku yakin itu.” tutur No Eul.



CEO menghubungi Ji Tae untuk memberitahukan bahwa usahanya gagal. CEO mencoba menjelaskan tapi Ji Tae tak segera mematikan ponselnya.

Ji Tae menerawang jauh memandang keluar jendela dari kantonya.


FLASHBACK

Kita dibawa kembali menuju hari dimana No Eul mengalami kecelakaan. Rupanya disana, selain No Eul dan Joon Young, ada satu orang yang ikut memperhatikan keduanya dari kejauhan. Ya, dia Ji Tae.

Ji Tae ini menjadi saksi mata saat Joon Young berjalan mengikuti No Eul. Saat Joon Young menjambret tasnya, disaat itulah Ji Tae berniat untuk mengejar Joon Young yang menjambret tas No Eul.



Namun kecelakaan naas yang hampir merenggut nyawa No Eul terjadi tepat saat itu. baik Joon Young maupun Ji Tae, keduanya sangat terkejut.



Ji Tae mengikuti mereka sampai ke rumah sakit. Joon Young yang tengah membasuh muka di toilet berpapasan dengan Ji Tae, tapi dia sama sekali tak tahu kalau Ji Tae tengah memperhatikannya.

Ponsel Joon Young tertinggal di toilet, Ji Tae ragu untuk mengambilnya namun dia memutuskan untuk memungut ponsel itu. tampak walpaper ponsel Joon Young ada foto dirinya dan sang ibu.



Ji Tae membawa ponsel Joon Young, dia menunjukkan foto Joon Young pada rekannya. Dia meminta rekannya untuk menemukan informasi mengenai Joon Young.

“Siapa dia?”

“Dia hampir membunuh pacarnya sendiri untuk menyelamatkan ayahku.”



FLASHBACK BERAKHIR

Ditangan Ji Tae, dia sudah memegang foto yang menunjukkan bahwa Ibu Joon Young dan Hyun Joon sedang berpelukan dan tersenyum manis kearah kamera. Rekannya memberitahukan kalau kemungkinan Joon Young adalah putra dari Ayahnya.

Ji Tae memejamkan matanya, sungguh banyak hal berkecamuk dikepalanya.


*****
Joon Young menemui Dokter Kang dan mengatakan kalau dia sudah percaya pada apa yang dikatakan olehnya. Melihat dari hasil pemeriksaan, Dokter Kang mengatakan bahwa penyakit Joon Young berkembang lebih cepat.

“Apa ini akan menjadi 6 bulan? Tiga bulan?” tanya Joon Young berat.

Dokter menyarankan untuk melakukan pengobatan.

“Apa aku tak akan meninggal jika berobat?”

“Tidak. Tapi ini bisa memperpanjang waktu hidupmu.” Jawab Dokter Kang. Joon Young tersenyum miris, lupakan. Dia hanya meminta Dokter Kang memberikan obat penghilang rasa sakit terbaik. Agar tak ada seorangpun yang tahu kalau dirinya sekarat. Atau bahkan yang bisa membuatnya lupa. Dengan bercanda Joon Young berjanji akan memberikan 100 tanda tangan sebagai gantinya.



Di koridor rumah sakit, Joon Young menutup rapat wajahnya.

Tapi masih saja ada orang yang mengenali Joon Young, “Bukankah itu Shin Joon Young? Kenapa dia disini?” ungkap Istri Hyun Joon bertanya – tanya.



Joon Young mencoba menghubungi Ibunya namun panggilan tak diterima. Tak lama kemudian sebuah pesan masuk, Ibu bilang kalau dia sedang rapat jadi dia tak bisa mengangkat telfon.

“Dia berbohong lagi. Siapa yang mengadakan rapat di sebuah restoran yukgaejang? Dia juga tidak akan mengatakan bahwa dia mencintainya.”


*****
Tiga manusia smartphone tengah sibuk memainkan ponselnya masing masing. Mereka bertiga sedang sibuk meninggalkan komentar negativ untuk Shin Joon Young di internet.

Young Deuk yang duduk disamping Ibu Joon Young menunjukkan komentarnya, Orang dengan penampilan seperti dia ada banyak sekali. Mereka ada di mana-mana.


Ibu berdecak, “Jujur, penampilannya tidak terlalu umum. Lihat sendiri kalau kau bisa menemukan orang lain seperti dia. Kalau kau mulai mengetik omong kosong seperti itu lagi, Kalau kau mulai mengetik omong kosong seperti itu lagi, Mereka justru akan mengejekmu.”

Ketiganya pun kembali sibuk memainkan ponsel.



Jung Shik datang sambil menyindir pekerjaan ketiganya, dia menggertak akan mengambil foto mereka lalu melaporkan dengan tuduhan fitnah tak berdasar. Jung Shik mengomeli Young Deuk, dia sudah memerintahkannya sejak tadi untuk mengupas bawang. Tapi setelah dua jam, dia hanya berhasil mengupas sebutir.

“Bos kami lebih memilih untuk memfitnahnya daripada mengupas bawang putih.” Young Deuk tak ingin mendapat omelan lagi, dia memilih pergi. Man Ok juga ikutan pergi dengan kesal setelah Jung Shik memarahinya.




“Kau yang terburuk.” Tunjuk Jung Shik pada Ibu. “Siapa Choi Hyun Joon? Apa kau pikir dia akan peduli kalau kau muncul dengan seorang putra yang menjadi jaksa? Kerja bagus, Young Ok. Kau membesarkannya dengan baik. Apa kau pikir dia akan meninggalkan istrinya untuk kembali kepadamu?”

Ibu menyumpal mulut Jung Shik dengan lobak. Joon Young keluar dari sekolah hukum bukan tanpa alasan, ini semua karena Anak Jung Shik kecelakaan dan mereka tak punya uang hingga Joon Young terpaksa menandatangi kontrak.



Ibu pergi dengan kesal meninggalkan Jung Shik. Jung Shik terperangah, dia tak tahu kalau Ibu Joon Young tahu tentang hal ini.


Didepan kedai ibu, tertulis peringatan bahwa mereka tak menerima pelanggan dari fans Joon Young. Ibu tampak kesal dan Man Ok menyuapi coklat pada Ibu.

“Joon Young tahu bahwa kau meninggalkan komentar yang mengerikan... tentang dia secara online. Dia tidak akan menuntut siapa pun untuk fitnah karena dia takut dia akan menemuimu di kantor polisi.” Jelas Man Ok

“Si gila itu.” desis Ibu.

*****
Memang Joon Young tak akan melaporkan mereka, tapi ada orang – orang yang mau membelanya mati – matian. Siapa lagi kalau bukan fans Joon Young yang sudah mengumpulkan bukti komentar buruk yang bertebaran di internet. Mereka akan mengumpulkan satu juga petisi dan berusaha untuk memenjarakan mereka.


Ha Ru sebagai ketua fans mendapatkan sebuah pesan, dia mendapat kabar kalau Shin Joon Young akan membuat film dokumenter dengan seorang wanita sebagai Pdnya. Ha Ru melihat foto No Eul, “Wanita seperti ini akan bersama oppa sepanjang hari?”

Mereka berpendapat bahwa No Eul tampak sangat muda dan tak berpengalaman. Mereka curiga apa yang membuat No Eul bisa menjadi PD-nya.

“Namanya No Eul. Nama macam apa itu?” ucap Haru sinis.




Mereka bersiap untuk mencari tahu setiap detil informasi mengenai No Eul. No Jik menghampiri mereka, dia bertanya apakah No Eul yang mereka maksud adalah No Eul seorang PD wanita?

“Apa kau mengenalnya? Bagaimana kau bisa mengenalnya? Apa kau pacarnya?” tanya Haru penasaran.

No Jik tak ingin mengatakannya disana, dia sedang kerja. Kalau mau, dia akan memberitahukannya lewat telefon. Haru ragu, dia mengira kalau No Jik hanya penipu.



“Ya sudah, kalau tak mau.”

Haru akhirnya setuju, tapi dia mewanti- wanti agar No Jik jangan sampai mengirimi pesan tak penting seperti berjualan baju atau semacamnya. No Jik setuju dan dia mengaku namanya sebagai Oh Jik.



*****
Diruang rapat, No Eul mempresentasikan tentang konsep film dokumenter yang akan dia buat dengan Joon Young. Namun penjelasan yang bertele – tele membuat Joon Young menghentikan presentasinya. Dia meminta No Eul menjelaskan dengan kata – kata yang lebih sederhana.

“Itu sudah sederhana.”

“Lebih sederhana lagi. Mungkin aku cukup bodoh untuk memahaminya.”

“Itu mudah. Beberapa orang muda ingin mati karena hidup ini begitu sulit. Beritahu mereka untuk tidak melakukannya. Katakan kepada mereka untuk jangan mati. Katakan kepada mereka bahwa hidup ini layak dijalani, Beritahu mereka untuk tetap hidup. apapun resikonya.”





“Hidup ini adalah berkat dari atas. Hidup ini adalah berkat dari atas..” ucapan No Eul terputus.

Joon Young berdiri dengan geram, dan bertanya pada CEO Namgoong serta Gook Young yang tak memberitahukan konsepnya terlebih dulu. CEO Namgoong dan Gook Young berkata kalau dia sudah memberikannya dan meletakkan diatas meja.




Joon Young duduk dilantai kamar mandi dengan wajah frustasi. Disaat dirinya tak punya harapan untuk hidup, dia kini harus mengatakan pada orang lain bagaimana pentingnya hidup. Dan berjuang untuk hidup.


Ditempat rapat, semua orang cemas kalau sampai Joon Young kembali membatalkan niatannya. No Eul mengajukan diri untuk membujuk Joon Young.

“Ayo kita mulai syutingnya.” Ucap Joon Young dengan senyum lebar.




Proses rekaman dimulai, No Eul mengajukan pertanyaan sederhana pada Joon Young. Entah kenapa, Joon Young tak berniat untuk menjawab. Hingga No Eul mencoba mencairkan suasana canggung dengan mengganti pertanyaan.

“Mari kita berasumsi bahwa kau hanya memiliki satu tahun tersisa untuk hidup. Apa yang menurutmu ingin kau lakukan terlebih dahulu? Apa kau ingin pergi ke suatu tempat atau melakukan sesuatu?”

Raut wajah Joon Young seketika mengeras.


Namun Joon Young menahan perasaannya dan tersenyum miris. “Satu tahun terlalu panjang. Katakanlah aku memiliki tiga bulan.”

“Baiklah.”

“Aku akan melakukan apa yang aku inginkan. Aku akan menuntut orang-orang yang memfitnahku. dan membunuh semua orang yang aku benci.”



No Eul mengingatkan bahwa jawaban Joon Young sudah terlampau jauh dari konsep yang mereka bawakan. Produser meminta untuk menghentikan saja proses syuting karena jawaban Joon Young yang asal. Joon Young menolak, dia ingin rekaman tetap berlangsung.

“Aku tidak bercanda. Aku serius. Aku sekarat. Apa yang tidak bisa aku lakukan?”

No Eul dengan geram menyuruh Joon Young untuk mengkonsumsi saja n*rkoba. Atau dia bisa menyetir sambil mabuk, atau mungkin bermain judi didepan umum.



“Apa kau mau berkencan denganku? Katakanlah aku memiliki tiga bulan untuk hidup. Selama tiga bulan. Dengan bergairah.” Ungkap Joon Young membuat semua orang terdiam.




******

OST saat tas No Eul di jambret? Ini lagu punya A New Empire – A Little Braver. Lagunya bagus, bisa dicek deh.
Selain itu, OST UF ada banyak loh, nih listnya.

-      Suzy – Ring My Bell
-      Ki Na Young – My Heart Speak
-      Seulong ft Kisum – find the difference
-      Midnight Youth – Golden love
-      Junggigo – Only You
-      Hyorin – I Miss You



BERSAMBUNG KE EPISODE 5

1 komentar: